Friday 9 September 2016

SEJARAH PENDIDIKAN (DESAIN)




 BAGIAN 1

RENCANA PENELITIAN
A.    Latar Belakang
Dinamika persoalan pendidikan sudah menjadi tabir legendaris sekarang ini, apalagi mengingat kondisi didaerah dimana sektor pendidikan yang berada diwilayah pelosok terkadang harus menjadi perhatian yang penuh, karena mengingat segala akses yang jauh akan menyebabkan suatu penghambat distribusi kelengkapan pembelajaran. Hal ini tentu akan menyebabkan ketimpangan pemerataan dunia pendidikan.
Keberadaan sekolah-sekolah yang ada diplosok sebenarnya tidak menjadi alasan untuk menyalahkan sepenuhnya pemerintah, namun bagaimana cara yang baik untuk cepat keluar dari permasalahan tersebut. Jika terus menyalahkan pemerintah maka sekolah-sekolah yang berada diplosok akan terus tertinggal dan terbelakang dari sekolah-sekolah yang ada di kota. Kondisi ini sebenarnya yang dituntut besar dalam berkontribusi memajukan dunia pendidikan dan mengurangi ketimpangan dunia pendidikan adalah guru. Guru yang mengajarkan harus dituntut bisa berinovasi, dalam gaya mengajar karena mengingat kondisi sekolah yang jauh dan terpencil. Jika guru kurang kriatif maka siswa kurang berkembang dan maju dalam dunia pendidikan.

Guru harus pandai mengatur keadaan atau kondisi yang terjadi didalam dinamika permasalahan sekolah tersebut yang dialami. Berbagai upaya yang harus dilakukan dan diterapkan demi kemajuan dan peningkatan pendidikan. Guru harus bersifat aktif pandai memilih cara apa dan metode apa yang harus digunakan demi tercapainya kemajuan dunia pendidikan. Hasil pembelajaran siswa merupakan kompenen yang sangat penting dalam proses penilaian. Disitu kita dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami apa yang telah kita sampaikan atau ajarkan kepada siswa tersebut. Disini memang dituntut besar kepada guru agar bisa mengajar penuh dengan kereatif karna pembelajaran IPS terpadu sejauh ini masih dikatakan membosankan, namun para guru tidak boleh kehabisan cara bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat disukai dan diminati oleh siswa. Salah satunya yang diterapkan para guru dalam mengajar bagaiman siswa menyukai guru dan pembelajaran yang akan diajarkannya. Dalam proses belajar mengajar hubungan atau interaksi anatara siswa dan dewan guru sangat efektif. dengan harapan proses belajar mengajar tersalur dengan baik karena kondisi siswa dan guru mempunyai hubungan atau interaksi yang saling ketergantungan atara satu dengan yang lain.
Berbagai variasi dalam proses belajar mengajar yang diterapkan dewan guru sudah barang tentu menjadi suatu keharusan, agar supaya tetap terusnya meningkat kualitas pendidikan. Karena hal demikian tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negaranya. Artinya pembelajaran yang dilakukan oleh guru memang harus benar-benar diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang berkualitas yang diajarkan oleh seorang guru sangat berdampak sekali terhadap perkembangan mutu pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat Soetomo ( Majid, 2013 : 262) mengatakan “variasi dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara/ gaya penyampaiaan yang satu kepada cara/ gaya penyampaian yang lain, dengan tujuan menghilangkan kebosanan/ kejenuhan siswa saat belajar, sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam belajarnya”.
Proses pembelajaran yang menyenangkan dan mengasikan tentu tidak mudah dilakukan oleh para guru, karena jika pembelajaran sudah membuat siswa senang tentu semangat berefek terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Keadaan dimana siswa sangat antusias dalam belajar dan semangat datang kesekolah rupanya ada terdapat disuatu sekolah yang berada disalah satu daerah yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu tepatnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu. Semangat belajar siswa disana sangat antusias sekali dengan dibuktikan beberapa nilai yang cukup memuaskan.
Saat penliti melakukan praobservasi peneliti melihat perolehan nilai rata-rata 76-77, sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal 73. Disini menunjukan bahwa siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupatan Kapuas Hulu memperoleh nilai yang cukup memuaskan. Peneliti menganggap proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupatan Kapuas Hulu adalah karena adanya kreatif para dewan guru dalam mengajar siswa-siswinya karena dilihat semangat belajar dan semangat sekolah siswa-siswi menunjukan ada cara tersendiri yang mungkin berupa variasi mengajar dilakukan oleh guru setempat. Namun peneliti belum mengetahui variasi yang seperti apa yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, sehingga nilai siswa rata-rata lulus.
Besar harapan peneliti dengan berbagai variasi model pembelajaran yang diterapkan Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, merupakan cara yang efektif terutama terhadap peningkatan belajar siswa. Karena hasil yang diperoleh dalam belajar siswa merupakan faktor utama untuk melihat  keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan menjadi tolak ukur juga bagi seorang guru untuk melakukan evaluasi cara dalam mengajarnya.
Penulis tertarik dengan paparan diatas dan ingin mengangkat untuk dijadikan suatu penelitian dengan judul “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS Terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggangap perlu diadakannya suatu penelitain yang hasilnya dapat mengambarkan kondisi yang sebenarnya berlangsung disekolah tersebut. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.

B.     Fokus Penelitian
Masalah umum penelitian ini adalah “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.
Secara khusus masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana Variasi Gaya Mengajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.
2.      Apa saja Variasi Media dan Bahan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.
3.      Bagaimana Variasi Interaksi Antara Guru dan Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.

C.    Tujuan Penelitian
 Berdasarkan permasalahan penelitian maka tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
1.         Variasi Gaya Mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
2.         Variasi Media dan Bahan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
3.         Variasi Interaksi Antara Guru dan Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.

D.    Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang Variasi Dalam proses Belajar Mengajar.



2.    Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini berguna bagi:
a. sekolah
bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang kongkrit yang berkaitan dengan perubahan proses pembelajaran serta dapat menjadi bahan dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru dengan Variasai Dalam proses Belajar Mengajar.
b. Guru
Bagi guru dapat berperan aktif dalam memotivasi siswa dalam melaksanakan minat belajar dalam rangka peningkatan belajar siswa.
c. siswa
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai apa yang harus mereka lakukan untuk meningkatkan belajar.
d.  IKIP PGRI Pontianak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan guna meningkatkan kemampuan serta pemahaman mahasiswa dalam menguasai teori-teori studi penelitian.
e. peneliti
1)      penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan pelaksanakan proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS terpadu (Sejarah)
2)      penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melanjutkan penelitian sejenis maupun lanjutan.
3)      temuan-temuan penelitian ini dapat pula menjadi informasi yang berguna  bagi lembaga sebagai bahan kajian untuk kemudian dikembangkan dalam rangka kemajuan ilmu pendidikan.



E.     Ruang Lingkup Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Tempat penelitian yaitu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu.

2.    Definisi Operasional
Agar tidak terlalu luas cakupan judul dalam penelitian ini maka peneliti menekankan pada materi sejarah dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan demikian judul dalam penelitian ini tidak meluas dan mengarah pada pembahasan yang peneliti maksudkan, seperti menganalisis “variasi dalam  proses belajar mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu” yaitu kelas IX C, materi sejarah.
a.    Variasi Proses Belajar Mengajar dan Pengertianya
1)      Pengertian Belajar Mengajar Bervariasi
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang teroganisani. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatantan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan untuk membantu kegiatan belajar. Ahmadi (2005 : 33) mengatakan lingkungan belajar yang baik adalah “lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan”.
Proses belajar mengajar tentu guru sanggat menginginkan sekali pebelajaran dapat tersalurkan dengan baik kepada siswa-siswinya. Ahmadi (2005 : 35) mengatakan “dalam kegitan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilanya, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai saling ketergantungan”. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga mencapai titik awal keberhasilan pengajaran. untuk mencapai keberasilan belajar siswa yang diinginkan tentu seorang guru dalam mengajar tidak mengunakan satu terik atau gaya dalam mengajar, sudah barang tentu bervariasi. Pembelajaran yang dikatakan membosankan apabila seorang guru yang mengajar hanya menggunakan satu metode saja tidak ada variasi dalam mengajar sehingga suasana seperti ini terasa cepat membosankan.
Uno (2007 : 85) mengatakan “Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran”. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran bila pembelajaran terancang atau terdesain dengan baik maka hasil belajar siswa dapat memuaskan. Perencanaan disini yang dimaksud adalah gaya atau variasi guru dalam mengajar siswa, agar proses belajar mengajar tidak terasa membosankan. Djamarah (2010:160) mengatakan “keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam mengunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam intraksi antara guru dan siswa”.
Kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswanya? apa yang harus dikuasai siswa? Bagaimana cara melihat keberasilan belajar? Semua tergantung guru. Oleh karena begitu pentingnya peranan guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru; dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tampa guru. Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peranan yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai perencana, sebagai penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator. (Sanjaya, 2006 : 97).
Sebelum mengupas jauh tentang belajar mengajar maka ada baiknya terlebih dulu kita mengetahui pengertian dari belajar mengajar. Adapun pengertianya adalah sebagai berikut:
a)   Pengertian belajar
Belajar merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan, yang mana dengan belajar kita dapat mengetahui apa yang tidak dimengerti menjadi mengerti, apa yang tidak diketahui menjadi mengetahui. Dengan belajar kita dapat menjdi manusia yang berkualitas dan berkuantitas seperti pendapat para ahli yang mengatakan merubah kita menjadi yang lebih baik sesuai dengan pendapat Slameto (Hamdani, 2011 : 20) mengatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang baru secara keseluruhan, sebgai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut aliran piskologi koneksionisme yang dipelopori thorndike (Zuldafrial, 2011 : 5) mengatakan belajar adalah “merupakan usaha untuk membentuk hubungan antara pasangan dan reaksi”. Hamalik (2005 : 36) mengatakan belajar adalah “merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Dari berbagai definisi para ahli tentang belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan prilaku atau sikap yang mengarah kearah yang lebih baik yang diperoleh dari interaksi baik dengan guru, kondisi atau lingkungan.
Belajar pada dasarnya adalah merupakan suatu proses mental karena orang yang belajar perlu memikir, menganalisa, mengingat dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Belajar memang menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia karena dengan adanya belajar kita dapat mengetahui dari apa yang tidak kita ketahui, dari tidak mengerti mendi mengerti dan lain sebagainya.
b)   Pengertian mengajar
Mengajar secara umum diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan sejumlah fakta, informasi atau pengetahuan pada siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dikelas. Mengajar secara identiknya adalah guru. Sudirman (2014 : 47) Mengatakan mengajar adalah “menyampaikan pengetahuan pada anak didik”. Sanjaya (2006 : 96) mengatakan “mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaiaan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa”. Dapat diambil kesimpulan dari pengertian teori diatas, mengajar adalah proses interaksi guru kepada siswa  dalam proses penyampaian ilmu yang dilakukan secara sadar oleh pengajar. Proses penyampaian itu sering juga diangap sebagai proses mentransfer ilmu.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses belajar. Didalam proses mengajar, terjadi interaksi belajar mengajar, guru menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang beorentasi kepada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode dan media tertentu untuk mempermudahkan siswa didalam menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan belajar mengajar tentu guru besar harapan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil. dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar, gaya mengajar dan media pembelajaran. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain, karena dalam proses belajar mengajar yang sifatnya tidak membosankan apabila seorang guru dalam mengajar penuh dengan gaya atau variasi dalam mengajar.
Pembelajaran yang sifatnya menoton tentu menjadikan siswa cepat membosankan, sehingga apa yang disampaikan oleh guru terasa tidak asik dan secara otomatis pembelajaran yang disampaikan tidak dapat diterima dan diresapi dengan baik oleh siswa. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan pembelajaran. Isi perencanaan, yaitu mengatur dan menetapkan unsu-unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian.

2)   Pembelajaran Terpadu IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, giografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Depdikbud (Trianto, 2007:128) “pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan perserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik”.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasikan kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).
Melalui pembelajaran terpadu perserta didik dapat memperoleh pangalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian perserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik dan aktif.
Tujuan penyusunan model pembelajaran IPS terpadu pada tingkat SMP/ MTs pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran IPS pada tingkat SMP/MTs pada dasarnya hanya bersifat dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial. Tujuan dalam pembelajaran agar ketika siswa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi siswa mempunyai dasar dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Trianto (2007:123-124) mengatakan Secara rinci, penyususnan model ini diantaranya bertujuan untuk:
                      
1.   Memberikan wawasan dan pemahaman tentang pembelajaran terpadu, khususnya paduan pembelajaran IPS/MTs.
2.   Membimbing guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran terpadu antardisiplin ilmu-ilmu sosial pada mata pelajaran IPS.
3.   Memberikan keterampilan pada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran dan penilaian secara terpadu dalam pembelajaran IPS.
4.   Memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga mereka dapat memberi dukungan terhadap kelancaran dan ketetapan pelaksanaan pembelajaran terpadu.
5.   Memberikan acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di SMP/MTs.

Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi perserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaiakan segala kemungkinan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

F.     Metode dan Bentuk Penelitian
1.    Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang objektif,  valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu”. Penentuan jenis metode penelitian sangat berpengaruh terhadap  penentuan keseluruhan instrumen penelitian, baik jenis data, sumber  data, atau pun alat analisisnya.
Penelitian  ini penulis menggunakan bentuk penelitian metode deskriptif. Mahmud (2011: 100) menggemukakan bahwa metode deskriptif adalah “suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan serta sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu”. metode penelitian diskriptif merupakan suatu metode yang banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena memang kebanyakan penelitian sosial adalah kebanyakan penelitian diskriptif. Suryabrata (Soejono, 2005: 21) mengatakan secara harfiah, penelitian diskriptif adalah “penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (diskriptif) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mely G Tan (Soejono, 2005 :37)  yang mengemukakan bahwa “penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat”. Dari berbagai pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa metode diskriftif adalah mengamati permasalahan yang ada dengan sistematis atas situasi-situasi yang terjadi dilingkungan tersebut.
Metode deskriptif dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan “Analisis Variasi Dalam Belajar Mengajar IPS Terpadu (sejarah) kelas IX Sekolah Menengah Pertam Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu.     

2.    Bentuk Penelitian
 Penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus, karena studi kasus sifatnya luwes dan mendalam sehingga dengan demikian peneliti dengan mudah untuk memperoleh data yang valid. Studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan  fenomena-fenomena lainya. Satu fenomena bisa berupa seorang pemimpin sekolah atau pun pemimpin pendidikan, sekelompok siswa, suatu program, suatu proses,  suatu kebijakan atau suatu konsep.
Sukmadinata (2005:64) mengatakan Studi kasus adalah “suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memproleh pemahaman dari kasus tersebut”. Subana (2001: 30) mengatakan studi kasus “memusatkan perhatian pada satu kasus secara intensif dan mendetil”.
Dari berberapa pengertian para ahli maka dapat disimpulkan studi kasus adalah suatu penelitian untuk menghimpun data atau memperoleh data dari kasus tersebut dari permasalahan sosial dan akan diteliti secara mendalam dan mendetil.
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif terhadap suatu permasalahan yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Studi kasus dalam pendidikan bisa dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas terutama kasus-kasus siswa disekolah yang pada umumnya permasalahan berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak menyesuaikan diri, gangguan emosional, frustasi, sering membolos, dan kelainan-kelainan prilaku siswa lainnya.
Kelebihan studi kasus dari studi lainya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya sujektif, artinya untuk individu yang bersangkutan saja, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada indivudu lainya.

3.    Prosedur Penelitian
a.    Tahapan Persiapan Sebelum Kelapangan
1)      Melakukan observasi di Sekolah Menengah Pertam Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu
2)      Membuat paduan wawancara
3)      Memvalidasi instrumen penelitian
4)      Merevisi hasil validasi
5)      Menentukan kelas
6)      Mengajukan permohonanan penelitian kepada kepala sekolah
7)      Menyesuaikan jadual penelitian dengan guru wali kelas yang akan diteliti
b.   Tahap Pelaksanaan
1)      Observasi
Ada tiga tahap dalam pelaksanaan Observasi :
a)    Tahap deskripsi, memasuki situasi sosial ada tempat, aktor, dan aktivitas.
b)   Tahap reduksi, menentukan fokus memilih diantara yang telah dideskripsikan.
c)    Tahap seleksi, mengurangi fokus menjadi komponen yang lebih rinci.
Nusation ( Sugiyono, 2010 : 226) mengatakan bahwa, observasi adalah “dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat berkerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.
Dari menurut para Ahli dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan observasi maka kita dapat memperoleh data yang sesuai dengan kenyataan dan data tersebut dapat dipertangung jawabkan karana data tersebut benar-benar fakta.



2)      Wawancara
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data  apa bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil (Sugiyono, 2012 : 137).
Dengan demikian wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan wawancara dengan sumber data. Dengan panduan wawancara ini, peneliti bermaksud memperoleh informasi tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan yang dilakukan oleh guru pada materi sejarah.

4.    Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a.      Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, kareana tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang valid. Nawawi (2015:100) mengatakan teknik pengumpulan data dapat dibedakan enam teknik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data.Keenam teknik itu adalah :

1.   Teknik Observasi Langsung
2.   Teknik Observasi Tidak Langsung
3.   Teknik Komunikasi Langsung
4.   Teknik Komunikasi Tidak Langsung
5.   Teknik Pengukuran
6.   Teknik Studi Dokumenter


Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)   Teknik Komunikasi  Langsung
Teknik komunikasi langsung merupakan salah satu metode pengumpulan data dan untuk mencari tau informasi yang dilakukan secara langsung dalam interaksi antara peneliti dan responden. Zuldafrial (2012 : 39) “Teknik komunikasi langsung adalah suatu metode pengumpulan data, dimana si peneliti langsung berhadapan dengan subjek penelitian untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan melalui wawancara dengan subjek penelitian atau responden”.

2)   Teknik Observasi Lansung
Teknik Observasi langsung adalah suatu metode pengumpulan data secara langsung, dimana peneliti atau pembantu peneliti langsung mengamati gejala-gejala yang diteliti dari satu objek penelitian menggunakan atau tampa menggunakan instrumen penelitian yang sudah dirancang.
3)   Studi Dokumenter
Sukmadinata (2005 : 221) Studi dokumenter (documentary study) “merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
b.      Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh teknik pengumpulan data yang telah digunakan. Maka alat pengumpulan data yang sesuai dengan teknik tersebut adalah:
1)        Panduan wawancara
Wawancara secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open ended interview), wawancara terstruktur sering disebut wawancara baku (standardized in interview).
Penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam. Karena wawancara mendalam atau wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Wawancara tak terstruktur peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang diperoleh karena pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana waktu saat wawancara.
Mulyana (2001 : 180) mengatakan wawancara adalah “bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Wawancara merupakn peranan yang penting dalam memperoleh data yang hendak diteliti, karna dengan sistem wawancara peneliti dapat memperoleh informasi yang dapat dipercaya atau fakta.
Dengan panduan wawancara ini, peneliti bermaksud memperoleh informasi tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan yang dilakukan oleh guru yang mengajarkan IPS terpadu. Sutriasno Hadi (Sugiyono, 2012:138) mengatakan bahwa bahwa anggapan yang perlu dipandang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:

1)   Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tau tentang dirinya sendiri.
2)   Bahwa apa yang ditanyakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3)   Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti.

Dengan demikian wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan wawancara dengan sumber data. Dengan panduan wawancara ini, peneliti bermaksud memperoleh informasi tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan yang dilakukan oleh guru yang mengajarkan IPS terpadu.
2)        Lembar Observasi
Penelitian ini penelti mengunakan lembar observasi adapun yang dimaksud dengan lembar observasi adalah berupa check list. Zuldafrial (2012 : 41) Check list adalah “suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak di teliti”. Melalui check list lebih dapat dijamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya tetapi telah dipandang penting dan telah ditetapkan hendak diselidiki.
3)        Dokumentasi
Data yang digunakan untuk studi dokumentasi adalah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta mata pelajaran yang di ajarkan guru IPS terpadu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, dan untuk melengkapi data dalam studi dokumentasi ini digunakanlah foto-foto pada saat penelitian.

5.    Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, katagori, dan satuaan uraian dasar. (Afifuddin dan Seabani, (2009 : 145) mengatakan “analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data yang terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Untuk menjawab masalah dalam penelitian maka diperlukan langkah-langkah dalam memilih pendekatan penelitian. Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan di analisis untuk memastikan bahwa “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS Terpadu Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”. Apakah ada menggunkan Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar, maka peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a.       Analisis Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif adalah uapaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Analisi interaktif terdiri atas empat macam kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

(1)   Pengumpulan Data
(4) Penarikan Simpulan / Verifikasi
(2)   Reduksi Data

 







(3)   Sajian Data
    

Gambar 1.1 Model Analisis Interaktif

1)   Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi  yang berkaitan dengan informasi data mengenai objek yang akan diteliti dan untuk mendapatkan hasil dari penelitian itu sendiri. Dokumen dan arsip yang akan disajikan sebagai alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah data-data yang tertulis mengenai sekolah yang akan diteliti, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru yang mengajarkan IPS terpadu, silabus, foto-foto saat pelaksanaan pembelajaran serta buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar yang digunakan oleh guru.
2)   Reduksi Data
Reduksi data berati merekam, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema polanya. Dalam meredoksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang tidak asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam mereduksi data.
3)   Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah data display atau mendisplaykan data, kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian antar hubungan anatar katagori, Flowchart dan sejenisnya. paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan tek yang besifat naratif.
4)   Penarikan Kesimpulan
Langkah keempat adalah conclusion drawing/ verification atau penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukankan masih bersifat sementara, dan akan beruabah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten  saat peneliti kembali kelapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kridibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

G.    Rencana Penelitian
Tabel 1.3
Rencana Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan
2016
Januari
Febuari
mei
Juni
Sebt
Okto
1
Pengajuan Judul





2
Pembuatan Outtline





3
Konsultasi Desain Penelitian





4
Seminar



   


5
Perbaikan Hasil seminar





6
Konsultasi Skripsi





7
Ujian Skripsi








 

No comments:

Post a Comment