BAGIAN 1
RENCANA PENELITIAN
A.
Latar Belakang
Dinamika
persoalan pendidikan sudah menjadi tabir legendaris sekarang ini, apalagi
mengingat kondisi didaerah dimana sektor pendidikan yang berada diwilayah
pelosok terkadang harus menjadi perhatian yang penuh, karena mengingat segala
akses yang jauh akan menyebabkan suatu penghambat distribusi kelengkapan
pembelajaran. Hal ini tentu akan menyebabkan ketimpangan pemerataan dunia
pendidikan.
Keberadaan
sekolah-sekolah yang ada diplosok sebenarnya tidak menjadi alasan untuk
menyalahkan sepenuhnya pemerintah, namun bagaimana cara yang baik untuk cepat
keluar dari permasalahan tersebut. Jika terus menyalahkan pemerintah maka sekolah-sekolah
yang berada diplosok akan terus tertinggal dan terbelakang dari sekolah-sekolah
yang ada di kota. Kondisi ini sebenarnya yang dituntut besar dalam
berkontribusi memajukan dunia pendidikan dan mengurangi ketimpangan dunia
pendidikan adalah guru. Guru yang mengajarkan harus dituntut bisa berinovasi,
dalam gaya mengajar karena mengingat kondisi sekolah yang jauh dan terpencil.
Jika guru kurang kriatif maka siswa kurang berkembang dan maju dalam dunia
pendidikan.
Guru
harus pandai mengatur keadaan atau kondisi yang terjadi didalam dinamika
permasalahan sekolah tersebut yang dialami. Berbagai upaya yang harus dilakukan
dan diterapkan demi kemajuan dan peningkatan pendidikan. Guru harus bersifat
aktif pandai memilih cara apa dan metode apa yang harus digunakan demi
tercapainya kemajuan dunia pendidikan. Hasil pembelajaran
siswa merupakan kompenen yang sangat penting dalam proses penilaian. Disitu
kita dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami apa yang telah kita
sampaikan atau ajarkan kepada siswa tersebut. Disini memang dituntut besar
kepada guru agar bisa mengajar penuh dengan kereatif karna pembelajaran IPS
terpadu sejauh ini masih dikatakan membosankan, namun para guru tidak boleh
kehabisan cara bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat disukai dan
diminati oleh siswa. Salah satunya yang diterapkan para guru dalam mengajar
bagaiman siswa menyukai guru dan pembelajaran yang akan diajarkannya. Dalam
proses belajar mengajar hubungan atau interaksi anatara siswa dan dewan guru
sangat efektif. dengan harapan proses belajar mengajar tersalur dengan baik
karena kondisi siswa dan guru mempunyai hubungan atau interaksi yang saling
ketergantungan atara satu dengan yang lain.
Berbagai
variasi dalam proses belajar mengajar yang diterapkan dewan guru sudah barang
tentu menjadi suatu keharusan, agar supaya tetap terusnya meningkat kualitas
pendidikan. Karena hal demikian tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan bermutu
(berkualitas) bagi setiap warga negaranya. Artinya pembelajaran yang dilakukan
oleh guru memang harus benar-benar diperhatikan dalam proses pembelajaran,
karena pembelajaran yang berkualitas yang diajarkan oleh seorang guru sangat
berdampak sekali terhadap perkembangan mutu pendidikan, hal ini sesuai dengan
pendapat Soetomo ( Majid, 2013 : 262) mengatakan “variasi dalam proses
pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara/ gaya penyampaiaan yang
satu kepada cara/ gaya penyampaian yang lain, dengan tujuan menghilangkan kebosanan/
kejenuhan siswa saat belajar, sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam
belajarnya”.
Proses
pembelajaran yang menyenangkan dan mengasikan tentu tidak mudah dilakukan oleh
para guru, karena jika pembelajaran sudah membuat siswa senang tentu semangat
berefek terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Keadaan dimana siswa sangat
antusias dalam belajar dan semangat datang kesekolah rupanya ada terdapat
disuatu sekolah yang berada disalah satu daerah yang berada di Kabupaten Kapuas
Hulu tepatnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten
Kapuas Hulu. Semangat belajar siswa disana sangat antusias sekali dengan
dibuktikan beberapa nilai yang cukup memuaskan.
Saat
penliti melakukan praobservasi peneliti melihat perolehan nilai rata-rata 76-77,
sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal 73. Disini menunjukan bahwa siswa-siswi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupatan Kapuas Hulu
memperoleh nilai yang cukup memuaskan. Peneliti menganggap proses pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupatan Kapuas Hulu adalah
karena adanya kreatif para dewan guru dalam mengajar siswa-siswinya karena
dilihat semangat belajar dan semangat sekolah siswa-siswi menunjukan ada cara
tersendiri yang mungkin berupa variasi mengajar dilakukan oleh guru setempat. Namun
peneliti belum mengetahui variasi yang seperti apa yang diterapkan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, sehingga nilai
siswa rata-rata lulus.
Besar harapan
peneliti dengan berbagai variasi model pembelajaran yang diterapkan Sekolah
Menengah Pertama Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, merupakan cara
yang efektif terutama terhadap peningkatan belajar siswa. Karena hasil yang
diperoleh dalam belajar siswa merupakan faktor utama untuk melihat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dan menjadi tolak ukur juga bagi seorang guru untuk melakukan
evaluasi cara dalam mengajarnya.
Penulis tertarik
dengan paparan diatas dan ingin mengangkat untuk dijadikan suatu penelitian
dengan judul “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS Terpadu kelas
IX Sekolah Menengah Pertama negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
Berdasarkan uraian
diatas peneliti menggangap perlu diadakannya suatu penelitain yang hasilnya
dapat mengambarkan kondisi yang sebenarnya berlangsung disekolah tersebut.
Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ Analisis Variasi Dalam Proses
Belajar Mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Boyan
Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
B.
Fokus
Penelitian
Masalah umum
penelitian ini adalah “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS terpadu
kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.
Secara
khusus masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana
Variasi Gaya Mengajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten
Kapuas Hulu?”.
2. Apa
saja Variasi Media dan Bahan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung
Kabupaten Kapuas Hulu?”.
3. Bagaimana
Variasi Interaksi Antara Guru dan Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu?”.
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian maka
tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui “Analisis
Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
1.
Variasi Gaya Mengajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
2.
Variasi Media dan Bahan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
3.
Variasi Interaksi Antara Guru dan Siswa
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu”.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini
bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang Variasi
Dalam proses Belajar Mengajar.
2. Manfaat Praktis
Manfaat
praktis dalam penelitian ini berguna bagi:
a. sekolah
bagi sekolah,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang kongkrit yang
berkaitan dengan perubahan proses pembelajaran serta dapat menjadi bahan dan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan sekolah yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru dengan Variasai Dalam proses
Belajar Mengajar.
b. Guru
Bagi
guru dapat berperan aktif dalam memotivasi siswa dalam melaksanakan minat
belajar dalam rangka peningkatan belajar siswa.
c. siswa
diharapkan
hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai apa yang
harus mereka lakukan untuk meningkatkan belajar.
d. IKIP PGRI Pontianak
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan guna meningkatkan
kemampuan serta pemahaman mahasiswa dalam menguasai teori-teori studi
penelitian.
e. peneliti
1) penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca berkaitan dengan
pelaksanakan proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS terpadu (Sejarah)
2) penelitian
ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melanjutkan penelitian sejenis
maupun lanjutan.
3) temuan-temuan
penelitian ini dapat pula menjadi informasi yang berguna bagi lembaga sebagai bahan kajian untuk
kemudian dikembangkan dalam rangka kemajuan ilmu pendidikan.
E.
Ruang
Lingkup Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat penelitian yaitu di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu.
2.
Definisi Operasional
Agar
tidak terlalu luas cakupan judul dalam penelitian ini maka peneliti menekankan
pada materi sejarah dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan demikian judul dalam
penelitian ini tidak meluas dan mengarah pada pembahasan yang peneliti
maksudkan, seperti menganalisis “variasi dalam
proses belajar mengajar IPS terpadu kelas IX Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu” yaitu kelas IX C, materi sejarah.
a.
Variasi
Proses Belajar Mengajar dan Pengertianya
1)
Pengertian
Belajar Mengajar Bervariasi
Proses
belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang teroganisani.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatantan belajar terarah sesuai
tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan untuk membantu
kegiatan belajar. Ahmadi (2005 : 33) mengatakan lingkungan belajar yang baik
adalah “lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,
memberikan rasa dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan”.
Proses
belajar mengajar tentu guru sanggat menginginkan sekali pebelajaran dapat
tersalurkan dengan baik kepada siswa-siswinya. Ahmadi (2005 : 35) mengatakan “dalam
kegitan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilanya,
yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang
keduanya mempunyai saling ketergantungan”. Kemampuan mengatur proses belajar
mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar
sehingga mencapai titik awal keberhasilan pengajaran. untuk mencapai
keberasilan belajar siswa yang diinginkan tentu seorang guru dalam mengajar
tidak mengunakan satu terik atau gaya dalam mengajar, sudah barang tentu bervariasi.
Pembelajaran yang dikatakan membosankan apabila seorang guru yang mengajar hanya
menggunakan satu metode saja tidak ada variasi dalam mengajar sehingga suasana
seperti ini terasa cepat membosankan.
Uno
(2007 : 85) mengatakan “Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan
perbaikan desain pembelajaran”. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik
awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran bila pembelajaran terancang
atau terdesain dengan baik maka hasil belajar siswa dapat memuaskan.
Perencanaan disini yang dimaksud adalah gaya atau variasi guru dalam mengajar
siswa, agar proses belajar mengajar tidak terasa membosankan. Djamarah
(2010:160) mengatakan “keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar
mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi
dalam mengunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam intraksi antara
guru dan siswa”.
Kegiatan
belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Guru menentukan
segalanya. Mau diapakan siswanya? apa yang harus dikuasai siswa? Bagaimana cara
melihat keberasilan belajar? Semua tergantung guru. Oleh karena begitu
pentingnya peranan guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung
manakala ada guru; dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tampa guru.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada
tiga peranan yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai perencana, sebagai
penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator. (Sanjaya, 2006 : 97).
Sebelum
mengupas jauh tentang belajar mengajar maka ada baiknya terlebih dulu kita mengetahui
pengertian dari belajar mengajar. Adapun pengertianya adalah sebagai berikut:
a) Pengertian
belajar
Belajar merupakan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan, yang mana dengan belajar kita
dapat mengetahui apa yang tidak dimengerti menjadi mengerti, apa yang tidak
diketahui menjadi mengetahui. Dengan belajar kita dapat menjdi manusia yang
berkualitas dan berkuantitas seperti pendapat para ahli yang mengatakan merubah
kita menjadi yang lebih baik sesuai dengan pendapat Slameto (Hamdani, 2011 :
20) mengatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang baru secara keseluruhan,
sebgai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut
aliran piskologi koneksionisme yang dipelopori thorndike (Zuldafrial, 2011 : 5)
mengatakan belajar adalah “merupakan usaha untuk membentuk hubungan antara
pasangan dan reaksi”. Hamalik (2005 : 36) mengatakan belajar adalah “merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Dari berbagai
definisi para ahli tentang belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha perubahan prilaku atau sikap yang mengarah kearah yang lebih
baik yang diperoleh dari interaksi baik dengan guru, kondisi atau lingkungan.
Belajar pada
dasarnya adalah merupakan suatu proses mental karena orang yang belajar perlu
memikir, menganalisa, mengingat dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah
dipelajari. Belajar memang menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia karena dengan
adanya belajar kita dapat mengetahui dari apa yang tidak kita ketahui, dari
tidak mengerti mendi mengerti dan lain sebagainya.
b) Pengertian
mengajar
Mengajar secara
umum diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
sejumlah fakta, informasi atau pengetahuan pada siswa sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan dikelas. Mengajar secara identiknya adalah guru.
Sudirman (2014 : 47) Mengatakan mengajar adalah “menyampaikan pengetahuan pada
anak didik”. Sanjaya (2006 : 96) mengatakan “mengajar dapat diartikan sebagai
proses penyampaiaan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa”. Dapat
diambil kesimpulan dari pengertian teori diatas, mengajar adalah proses
interaksi guru kepada siswa dalam proses
penyampaian ilmu yang dilakukan secara sadar oleh pengajar. Proses penyampaian
itu sering juga diangap sebagai proses mentransfer ilmu.
Mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses belajar. Didalam
proses mengajar, terjadi interaksi belajar mengajar, guru menyampaikan bahan
pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang beorentasi kepada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode dan media tertentu
untuk mempermudahkan siswa didalam menerima dan memahami apa yang disampaikan
oleh guru.
Kegiatan
belajar mengajar tentu guru besar harapan bahwa proses belajar mengajar itu
berhasil. dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar, gaya mengajar dan media pembelajaran. Ketiga aspek ini saling
berkaitan satu sama lain, karena dalam proses belajar mengajar yang sifatnya
tidak membosankan apabila seorang guru dalam mengajar penuh dengan gaya atau
variasi dalam mengajar.
Pembelajaran
yang sifatnya menoton tentu menjadikan siswa cepat membosankan, sehingga apa
yang disampaikan oleh guru terasa tidak asik dan secara otomatis pembelajaran
yang disampaikan tidak dapat diterima dan diresapi dengan baik oleh siswa.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Proses belajar mengajar perlu
direncanakan agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang
diharapkan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai
tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan pembelajaran. Isi
perencanaan, yaitu mengatur dan menetapkan unsu-unsur pembelajaran, seperti
tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian.
2)
Pembelajaran
Terpadu IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, giografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Depdikbud (Trianto, 2007:128) “pembelajaran terpadu
pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan perserta
didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik”.
Model pembelajaran terpadu merupakan
salah satu model implementasikan kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA).
Melalui pembelajaran terpadu
perserta didik dapat memperoleh pangalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan
untuk menerima, menyimpan, memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang
dipelajarinya. Dengan demikian perserta didik terlatih untuk dapat menemukan
sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik dan
aktif.
Tujuan penyusunan model pembelajaran
IPS terpadu pada tingkat SMP/ MTs pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang
dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran IPS pada tingkat SMP/MTs pada
dasarnya hanya bersifat dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial. Tujuan dalam
pembelajaran agar ketika siswa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi siswa
mempunyai dasar dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Trianto
(2007:123-124) mengatakan Secara rinci, penyususnan model ini diantaranya
bertujuan untuk:
1. Memberikan wawasan dan pemahaman
tentang pembelajaran terpadu, khususnya paduan pembelajaran IPS/MTs.
2. Membimbing guru agar memiliki
kemampuan melaksanakan pembelajaran terpadu antardisiplin ilmu-ilmu sosial pada
mata pelajaran IPS.
3. Memberikan keterampilan pada guru
untuk dapat menyusun rencana pembelajaran dan penilaian secara terpadu dalam
pembelajaran IPS.
4. Memberikan wawasan, pengetahuan, dan
pemahaman bagi pihak terkait, sehingga mereka dapat memberi dukungan terhadap
kelancaran dan ketetapan pelaksanaan pembelajaran terpadu.
5. Memberikan acuan dasar dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu di SMP/MTs.
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi perserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
dimasyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaiakan segala
kemungkinan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
F. Metode dan Bentuk Penelitian
1.
Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu”.
Penentuan jenis metode penelitian sangat berpengaruh terhadap penentuan keseluruhan instrumen penelitian,
baik jenis data, sumber data, atau pun
alat analisisnya.
Penelitian ini
penulis menggunakan bentuk penelitian metode deskriptif. Mahmud (2011: 100)
menggemukakan bahwa metode deskriptif adalah “suatu penelitian yang diupayakan
untuk mengamati permasalahan serta sistematis dan akurat mengenai fakta dan
sifat objek tertentu”. metode penelitian diskriptif merupakan suatu metode yang
banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena
memang kebanyakan penelitian sosial adalah kebanyakan penelitian diskriptif.
Suryabrata (Soejono, 2005: 21) mengatakan secara harfiah, penelitian diskriptif
adalah “penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (diskriptif)
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”.
Pendapat lain dikemukakan
oleh Mely G Tan (Soejono, 2005 :37) yang
mengemukakan bahwa “penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu
gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan
gejala lain dalam masyarakat”. Dari berbagai pendapat para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa metode diskriftif adalah mengamati permasalahan yang ada
dengan sistematis atas situasi-situasi yang terjadi dilingkungan tersebut.
Metode deskriptif dalam
penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan
“Analisis Variasi Dalam Belajar Mengajar IPS Terpadu (sejarah) kelas IX Sekolah
Menengah Pertam Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Bentuk
Penelitian
Penelitian
ini peneliti menggunakan studi kasus, karena studi kasus sifatnya luwes dan
mendalam sehingga dengan demikian peneliti dengan mudah untuk memperoleh data
yang valid. Studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena
saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainya. Satu fenomena bisa
berupa seorang pemimpin sekolah atau pun pemimpin pendidikan, sekelompok siswa,
suatu program, suatu proses, suatu
kebijakan atau suatu konsep.
Sukmadinata (2005:64) mengatakan Studi kasus adalah
“suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna,
memproleh pemahaman dari kasus tersebut”. Subana (2001: 30) mengatakan studi
kasus “memusatkan perhatian pada satu kasus secara intensif dan mendetil”.
Dari berberapa pengertian para ahli maka dapat
disimpulkan studi kasus adalah suatu penelitian untuk menghimpun data atau
memperoleh data dari kasus tersebut dari permasalahan sosial dan akan diteliti
secara mendalam dan mendetil.
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara
intensif terhadap suatu permasalahan yang dipandang mengalami suatu kasus
tertentu. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit (kesatuan unit) yang
dipandang sebagai kasus. Studi kasus dalam pendidikan bisa dilakukan oleh guru,
guru pembimbing, wali kelas terutama kasus-kasus siswa disekolah yang pada
umumnya permasalahan berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak menyesuaikan
diri, gangguan emosional, frustasi, sering membolos, dan kelainan-kelainan
prilaku siswa lainnya.
Kelebihan studi kasus dari studi lainya adalah bahwa
subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahannya
sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
sujektif, artinya untuk individu yang bersangkutan saja, dan belum tentu dapat
digunakan untuk kasus yang sama pada indivudu lainya.
3. Prosedur
Penelitian
a. Tahapan
Persiapan Sebelum Kelapangan
1)
Melakukan
observasi di Sekolah Menengah Pertam Negri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas
Hulu
2)
Membuat paduan
wawancara
3)
Memvalidasi
instrumen penelitian
4)
Merevisi hasil
validasi
5)
Menentukan
kelas
6)
Mengajukan
permohonanan penelitian kepada kepala sekolah
7)
Menyesuaikan
jadual penelitian dengan guru wali kelas yang akan diteliti
b. Tahap
Pelaksanaan
1)
Observasi
Ada tiga
tahap dalam pelaksanaan Observasi :
a) Tahap
deskripsi, memasuki situasi sosial ada tempat, aktor, dan aktivitas.
b) Tahap
reduksi, menentukan fokus memilih diantara yang telah dideskripsikan.
c) Tahap
seleksi, mengurangi fokus menjadi komponen yang lebih rinci.
Nusation
( Sugiyono, 2010 : 226) mengatakan bahwa, observasi adalah “dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat berkerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”.
Dari
menurut para Ahli dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan observasi maka
kita dapat memperoleh data yang sesuai dengan kenyataan dan data tersebut dapat
dipertangung jawabkan karana data tersebut benar-benar fakta.
2) Wawancara
wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apa bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/
kecil (Sugiyono, 2012 : 137).
Dengan
demikian wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membuat daftar
pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan wawancara dengan
sumber data. Dengan panduan wawancara ini, peneliti bermaksud memperoleh
informasi tentang kegiatan proses belajar mengajar dengan yang dilakukan oleh
guru pada materi sejarah.
4.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
a.
Teknik
Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, kareana tujuan utama dari peneliti adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang valid. Nawawi (2015:100) mengatakan teknik pengumpulan
data dapat dibedakan enam teknik penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh
untuk mengumpulkan data.Keenam teknik itu adalah :
1.
Teknik
Observasi Langsung
2.
Teknik
Observasi Tidak Langsung
3.
Teknik
Komunikasi Langsung
4.
Teknik
Komunikasi Tidak Langsung
5.
Teknik
Pengukuran
6.
Teknik
Studi Dokumenter
Adapun yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Teknik
Komunikasi Langsung
Teknik
komunikasi langsung merupakan salah satu metode pengumpulan data dan untuk
mencari tau informasi yang dilakukan secara langsung dalam interaksi antara
peneliti dan responden. Zuldafrial (2012 : 39) “Teknik komunikasi langsung
adalah suatu metode pengumpulan data, dimana si peneliti langsung berhadapan
dengan subjek penelitian untuk mendapatkan data atau informasi yang diperlukan
melalui wawancara dengan subjek penelitian atau responden”.
2) Teknik
Observasi Lansung
Teknik
Observasi langsung adalah suatu metode pengumpulan data secara langsung, dimana
peneliti atau pembantu peneliti langsung mengamati gejala-gejala yang diteliti
dari satu objek penelitian menggunakan atau tampa menggunakan instrumen
penelitian yang sudah dirancang.
3) Studi
Dokumenter
Sukmadinata
(2005 : 221) Studi dokumenter (documentary
study) “merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus
masalah.
b.
Alat
pengumpulan data
Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh teknik pengumpulan
data yang telah digunakan. Maka alat pengumpulan data yang sesuai dengan teknik
tersebut adalah:
1)
Panduan wawancara
Wawancara
secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, wawancara tak terstruktur dan
wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara
mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (open ended interview), wawancara
terstruktur sering disebut wawancara baku (standardized
in interview).
Penelitian
ini peneliti menggunakan wawancara mendalam. Karena wawancara mendalam atau
wawancara tak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan
kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi. Wawancara tak terstruktur peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang diperoleh karena pewawancara perlu
memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan
dimana waktu saat wawancara.
Mulyana
(2001 : 180) mengatakan wawancara adalah “bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Wawancara
merupakn peranan yang penting dalam memperoleh data yang hendak diteliti, karna
dengan sistem wawancara peneliti dapat memperoleh informasi yang dapat
dipercaya atau fakta.
Dengan
panduan wawancara ini, peneliti bermaksud memperoleh informasi tentang kegiatan
proses belajar mengajar dengan yang dilakukan oleh guru yang mengajarkan IPS
terpadu. Sutriasno Hadi (Sugiyono, 2012:138) mengatakan bahwa bahwa anggapan
yang perlu dipandang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga
kuesioner adalah sebagai berikut:
1)
Bahwa
subyek (responden) adalah orang yang paling tau tentang dirinya sendiri.
2)
Bahwa
apa yang ditanyakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3)
Bahwa
interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti.
Dengan demikian wawancara yang dilakukan peneliti
adalah dengan cara membuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman
untuk mengadakan wawancara dengan sumber data. Dengan panduan wawancara ini,
peneliti bermaksud memperoleh informasi tentang kegiatan proses belajar
mengajar dengan yang dilakukan oleh guru yang mengajarkan IPS terpadu.
2)
Lembar Observasi
Penelitian
ini penelti mengunakan lembar observasi adapun yang dimaksud dengan lembar
observasi adalah berupa check list. Zuldafrial (2012 : 41) Check list adalah “suatu
daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak di teliti”.
Melalui check list lebih dapat dijamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapapun kecilnya tetapi telah dipandang penting dan telah
ditetapkan hendak diselidiki.
3)
Dokumentasi
Data
yang digunakan untuk studi dokumentasi adalah silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) serta mata pelajaran yang di ajarkan guru IPS terpadu di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu, dan
untuk melengkapi data dalam studi dokumentasi ini digunakanlah foto-foto pada
saat penelitian.
5.
Teknik
Analisis Data
Analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola,
katagori, dan satuaan uraian dasar. (Afifuddin dan Seabani, (2009 : 145)
mengatakan “analisis data merupakan aktivitas pengorganisasian data. Data yang
terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Untuk menjawab
masalah dalam penelitian maka diperlukan langkah-langkah dalam memilih
pendekatan penelitian. Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan di
analisis untuk memastikan bahwa “Analisis Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar
IPS Terpadu Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas
Hulu”. Apakah ada menggunkan Variasi Dalam Proses Belajar Mengajar, maka
peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Analisis
Kualitatif
Teknik
analisis data kualitatif adalah uapaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Analisis
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis model interaktif.
Analisi interaktif terdiri atas empat macam kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan atau verifikasi.
(1)
Pengumpulan
Data
|
(4) Penarikan Simpulan / Verifikasi
|
(2)
Reduksi Data
|
(3)
Sajian Data
|
Gambar 1.1 Model Analisis Interaktif
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan
berbagai informasi yang berkaitan dengan
informasi data mengenai objek yang akan diteliti dan untuk mendapatkan hasil
dari penelitian itu sendiri. Dokumen dan arsip yang akan disajikan sebagai alat
pengumpulan data pada penelitian ini adalah data-data yang tertulis mengenai
sekolah yang akan diteliti, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh
guru-guru yang mengajarkan IPS terpadu, silabus, foto-foto saat pelaksanaan
pembelajaran serta buku-buku penunjang kegiatan belajar mengajar yang digunakan
oleh guru.
2)
Reduksi Data
Reduksi data berati merekam, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema polanya. Dalam meredoksi
data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti
melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang tidak asing,
tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan
perhatian peneliti dalam mereduksi data.
3)
Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah data display atau
mendisplaykan data, kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagian antar hubungan anatar katagori, Flowchart dan sejenisnya. paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan tek
yang besifat naratif.
4)
Penarikan
Kesimpulan
Langkah keempat adalah conclusion drawing/ verification atau penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukankan masih bersifat sementara, dan
akan beruabah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan pengumpulan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kridibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas.
G.
Rencana Penelitian
Tabel
1.3
Rencana
Pelaksanaan Penelitian
No
|
Kegiatan
|
2016
|
|||||
Januari
|
Febuari
|
mei
|
Juni
|
Sebt
|
Okto
|
||
1
|
Pengajuan
Judul
|
√
|
|||||
2
|
Pembuatan
Outtline
|
√
|
|||||
3
|
Konsultasi
Desain Penelitian
|
√
|
|||||
4
|
Seminar
|
√
|
|||||
5
|
Perbaikan
Hasil seminar
|
√
|
|||||
6
|
Konsultasi
Skripsi
|
√
|
|||||
7
|
Ujian Skripsi
|
√
|
No comments:
Post a Comment