ASAL-MUASAL KAMPUNG DUSUN KAMPUNG KARANG RAYA
A.
Masyrakat awal
Pada suatu ketika di kecamatan boyan tanjung(masa
sekarang) masyarakat hidup ditepi-tepian sungai sebagaimana kehidupan
masyarakat dayak pada masa itu. Mengapa banyak masyarakat hidup ditepian sungai
karena kebanyakan masyarakat pada masa itu berhubungan/ bertransfortasi
mengunakan suangai atau laut.
Sebenarnya masarakat di kecamatan boyan tanjung pada
masa ini kebanyakan adalah masyarakat melayu, yaitu menganut agama islam, masyarakat memang
asli dayak sangat jauh dari tempat kecamatan boyan tanjung. Masyarakat dayak
sudah mulai bermigrasi kedaerah lain.
Masyarakat melayu sama dengan masyarakat dayak yaitu
mempunyai kesamaan masalah beladang secara berpindah-pindah. Demi mencari
keluasan tanah atau keluasan suatu daerah tersebut dimana dia menetap. Tanah
yang dia kelola tidak untuk dijual belikan melainkan dipakai untuk keperluan
bersama.
Tahun berganti tahun, bulan bergati bulan minggu berganti
minggu dan akhirnya makin menambahlah jumlah penduduk di kecamatan boyan
tanjung, karena pada masa itu masyarakat di kecamatan boyan tanjung belum
mengenal masalah KB, karena minimnya masalah pendidikan, pengetahuan dan
informasi.
Kalau dilihat dari sekarang untuk kecamatan boyan
tanjung jika kita bandingkan dengan terdahulu adalah perubahan yang sanagat
drastis sekali, ketika ada perubahan masalah transfortasi yaitu dari air ke
darat yang dikeluarkan pemerintah pada masa itu untuk pemerataan jalan raya.
Kembali lagi kepermasalahan awal yaitu ketika jumlah
penduduk dikecamatan boyan tanjung semakin hari semakin padat maka ada
keinginan masyarakat yang berada di boyan tanjung untuk berpindah tempat untuk
mencari pemukiman baru untuk beladang, karena tempat beliau tingal semakin hari
semakin jauh untuk datang ketempat dia berladang nah milirlah beliau untuk
mencari tempat baru sekaligus untuk berpidah karena kendala masalah ladang yang
semakin hari semakin jauh.
Ketika Ai Lanau mulai melakukan perjalanan datang
lah dia ketempat yang sekarang disebut nanga putus, disitulah dia meletakan
batu pertama (tempat pemukiman pertama).
Sebenarnaya kampung karang raya sendiri terbagi
menjadi dua yaitu kampung hulu dan kampung hilir. Kampung hilir sendiri dirintis
datok/ Ai Anyap yang dari kampung Nanga danau. Dia meletakan batu pertama di
nanga marau. Nama kedua daerah tersebut mempunyai arti yaitu, Nanga putus
sendiri diambil dari nama sebuah sungai kecil yang terputus pas disungai yang
besar. Dia memilih tempat itu karena disungai kecil tersebut banyak terdapat
ikan sungai, makanya sambil beladang dia sambil memancing ikan untuk dijadikan
sayuk untuk dia makan siang. Sedangkan yang dari perintis hilir di Nanga marau
memilih tempat itu karena Nanga marau sendiri banyak terdapat rotan marau
bahkan nama tempat itu sendiri diambil dari kelebihan tempat itu karena
kebanyakan rotan marau tersebut. Rotan tersebut digunakan utuk membuat bubu
untuk penangkapan ikan, bahkan bubu itu sendiri bisa dijual oleh datok Anyang Ucai.
Mereka menetap disitu mempunyai nasip yang sama
yaitu karena semakin hari semakin jauh dari tempat dia berladang, makanya
mereka mulai ber imigran ketempat tersebut. Mereka berpindah sambil membawa
keluarga mereka masing-masing, untuk datang ketempat tersebut mereka sebenarnya
tidak berjanji melainkan sebuah kebetulan sampai di tempat tersebut. Bahkan
mereka sempat tidak tau satu sama lain bahwa mereka sudah menetap disitu.
Dalam kehidupan masyarakat terdahulu kampung yang
ramai merupakan kampung yang berada di hilir, karena masyarakat pada waktu itu
mempunyai kebiasaan berladang dan mencari tanah di bagian hulu sungai, karena
mereka berperinsip ketika berangkat berkerja sudah barang tentu tenaganya masih
kuat makanya mereka siap mendayung melawan arus air, tapi ketika mereka
berpulang kerja merasa capek dan lelah mereka mendayung tidak lagi melawan arus
air melainkan ikut arus air, jadi tidak menambah lelah dan capek yang mereka
rasakan ketika pulang kerja.
Kebiasan itulah membuat mereka bisa sering menemukan
tempat lahan baru untuk bisa dijadikan lahan ladang dan bahkan perkampungan
tergantung tempat yang menurut mereka strategis.
B.
Terbentuknya
stuktur di Nanga Marau dan Nanga Putus
Ketika tahun berganti tahun, bulan bergati bulan,
minggu pun bergati minggu akhirnya jumlah penduduk semakin hari semakin
meningkat baik di Nanga Marau maupun Nanga putus sendiri. dalam kehidupan
masyarat dinanga putus maupun Nanga Marau belum ada struktur kepemimpinan yang
teratur, ketika melihat jumlah penduduk yang semakin hari semakin meningkat
maka timbulah rasa untuk membentuk sistem ke pengurusan meskipun kecamatan itu
sendiri berada di Nanga Bunut.
Sebenarnya hubungan antara masyrakat Marau dan Nanga
Putus pada waktu itu memang kurang baik karena ada perbedaan pendapat masalah
siapa yang paling pertama datang ketempat yang sekarang disebut kampung dusun
Karangang Raya. bukti dari ketiak kecocokan dari kedua kubu tersebut dapat
dilihat dari tempat pemakaman saat penguburan jenazah. Nanga putus bagian
kehulu sedangkan Nanga Marau bagian kehilir, padahal sama ditempat itu juga hanya pembatasnya pohon
beringin saya. Namun masyarakat nya yang cerdas meski ketua tidak saling akur
tapi masyarakat tetap hidup akur dan berdampingan, melihat demikian maka
terpukau lah hati dari kedua ketua tersebut maka dilanjutkanlah lagi tentang
masalah kepengurusan atau struktur di daerah kedua tersebut dari penyatuan antara
Nanga Marau dan Nanga Putus diambil satu nama yaitu SUAYA. Untuk masalah arti
ini belum diketahui, karenapa mengambil dari nama SUAYA tersebut.
C.
Kehidupan
masyarat Suaya
Masyrakat suaya berhubungan dagang dengan kampung
boyan sungkin dan Nanga bunut yang transfortasi mengunakan samapan demi
memenuhi kecukupan hidup. Pada masa itu kehidupan masyarakat suaya tingal
ditepi pantai dan bahkan jika mereka mengunakan jalan darat masih mengunakan
jalan setapak.
Kebanyakan masyarakat suaya berkerja sebagai peladang
dan berkebun karet. Sistem berdagang tidak ada khusus di suaya, bagaimana mau
berdagang uang kebanyakan dari masyarakat suaya tidak ada jika menginginkan
sesuatu mereka masih ada menggunakan sistem barter barang, seperti beras
ditukar dengan lesung dan sebaliknya. Kalau mengiginkan yang lain pasti menjual
apa yang bisa dijual, seperti Getah karet, emas, dan lain-lain. Masyarakat
terdahulu di kampung suaya ngak sempat noreh, karena hari banyak dihabiskan
untuk beladang. Asal ada beras masyarakat sangat bersukur masalah sayur mereka
mencari di hutan masalah lauk mereka cari disunggai. Itulah waktu yang berlalu
yang dilakukan masyarakt suaya pada masa itu.
Pusat pemerintahan seluruh Kabupaten Kapuas Hulu
hampir 40% berpusat di Nanga Bunut. Disitu merupakan kecamatan pada waktu itu sebelum
ada pemekaran jalan raya. Masyarakat suaya jarang sekali berbelanja dikarenakan
jarak tempuh yang sangat jauh dan memakan waktu yang cukup lama untuk tiba di
Nanga Bunut tersebut.
Kalau dilihat kehidupan masyarakat pada masa itu
khususnya di kampung suaya pada ketika
itu memang sangat miskin, bahkan ada sebagian masyarakat suaya yang kelaparan
karena kekurang bahan panggan seperti beras dan lain-lain semua ini merupakan
kendala dari beberapa faktor sebagai berikut:
a.
Faktor alam
Masyarakat memang beladang tapi ladang mereka selalu
di ganggu masalah binatang seperti babai dan lain-lain. Ini menjadikan lahan
ladang mereka menjadi rusak dan tidak bisa dipanen hasil ladangnya. ‘’Bagaimana
tidak banyak binatang masyaratnya sedikit tapi daerahnya sangat laus sehingga
mengakibatkan banyaknya binatang disuatu tempat tersebut. Walaupun tanaman
telah di pagar tetap saya ada binatang. kalau bukan yang berjalan ditanah
bintang yang bisa terbang’’ ini merupakan ungkapan dari Pak Abduramahman,
sebgai orang yang tertua dikampung dusun Karang Raya.
b.
Faktor tempat
Untuk membeli beras ke kecamatan Nanga Bunut memakan
waktu yang cukup lama sekali sehingga ada yang terjadi kelaparan untuk menuggu
belanjaan datang.
Kalaupun membeli barang di boyan sungkin mereka malu
sudah barang tentu mereka ada hutang yang belum di bayar, mau bayar hutang
engak ada untuk membeli beras.
Tempat yang jauh untuk berhubungan dagang menjadikan
masyrakat di Suaya semakin hari semakin terpuruk kedalam lembah kemiskinan yang
tak berpuncak, makanya kehidupan dibagian hulu, khususnya kapuas hulu minin
masalah pendidikan pada masa itu ya karena masalah kedala miskin yang semakin
hari semakin memuncak dalam kehidupan masyarakat Suaya.
Hidup tidak ada untuk berpandangan setiap hari hanya
berteman dengan alam saja tidak ada yang berpikir merubah cara pola hidup yang
lebih baik, kehidupan masih saja sifatnaya menoton. Mengikuti tradisi yang
diwariskan dari nenek moyangnya terdahulu.
D.
Masyarakat generasi
muda di kamung Suaya
Ketika julah penduduk yang semakin hari semakin
meninggkat bukan hanya di Suaya saja melainkan masyarakat yang ada di kapuas
hulu pada masa itu maka pemerintah pusat memintah untuk diadakanlah pemerataan
maslah jalan raya. Maka datanglah utusan dari Boyan Tanjung untuk meminta
masyarakat suaya untuk pindah ke tanah darat bukan lagi di pesisir pantai
sungai lagi, mendengar sepeerti itu golongan masyarakat muda mengiginkan pindah
karena mereka tidak sangup hidup dipesisir sungai karena masalah banjir, lupur dan
lain-lain. Kaki mereka tak pernah bersih karena banyak lumpur yang diakibatkan
sering banjir. Sedangkan golongan tua menginginkan tetap disana karena mereka
merasa banyak barang yang harus di jaga seperti sampan, lantin dan lain-lain.
Melihat perbedaan paham seperti ini konflik idiolgi
tidak dapat dibendung antara masyarakat muda dan masyarakat tua.
Jika ada kegitan masalah gotong royan masyarakat tua
bergumpul dengan masyarakat tua sedangkan yang masyarakat muda bergumpul sama
masyarakat muda. Melihat separti ini akhirnya golongan masyarakat muda mulai
mengubah pemikirian masyarakat di suaya masalah cara berladang yaitu berladang
kebagian darat, buakan lagi kehulu sungai. Dan mengimingkan mereka bawa ditanah
darat banyak terdapat kancil, rusa, kijang. Sehingga golongan tua ada yang
tertarik dan mengikuti cara beladang golongan muda. Akhir semakin hari semakin
dekat dengan tempat yang di inginkan untuk di jadikan jalan raya.
Sebagian dari masyarakat tua mulai mengerti dan memahami
mengapa masyarakat muda memilih untuk tidak lagi tinggal dipesisir sunggai. akhirnya
masyarakat tua mulai merengkul sesama tua untuk mulai menjauh dari pesisir
pantai sunggai.
Bertahun- tahun masyarakat sering tinggal di tanah
darat akhinya timbulah rasa suaka mereka karena halaman rumah mereka sudah
tidak berlumpur lagi dan tanaman padi mereka dapat tumbuh subur karena jarang
sekali di landa banjir.
E.
Terjadinya
kampung Karang Raya
Ketika pemerintah membuka atau mengarap jalan raya
yang melewati kampung suaya belum ada masyarakat satupun disitu, mereka masih
jauh dari tempat itu. Akhirnya salah satu camat dari Nanga Bunut meminta kepada
masyarakat yang ada di boyan tanjung untuk meminta masyarakat suaya untuk
tingal di dekat jalan raya dengan harapan ketika pemasangan listrik PLN tidak
terlalu banayak memakan tali untuk mendatang kerumah-kerumah penduduk suaya
kala itu.
Perubahan masalah transfotasi dari sungai menjadi
darat membuat masyarakat suaya belum bisa menerima semua itu mereka tidak mau
pidah dari tempat itu dan bertahun-tahun jalan darat belum ada yang menggunakan.
masyarakat tetap amsih menggunakan samapn jika mau berkepergian dari tempat
satu dengan ketempat yang lain.
Berpindahnya masyarakat suaya ke jalan raya
diakibatkan pengaruh dari luar seperti di boyan tanjung. Mereka melihat kampung
begitu indah berjejer di dekat jalam raya dan ada sebagian yang membuka toko
kelihatan sangat laris.bahkan bukan boyan tanjung saja yang melainkan
diberbagai kampung sudah seperti itu, kehidupan bukan lagi menghadap kepantai
melainkan sudah menghadap kejalan lintas dan bahkan kebanyakan dari kampung
mereka kehidupan sanagat maju bila dibandingkan dngan masyarakat suaya.
Karena masalah faktor eksternal maka masyarakat
suaya melakukan hal yang serupa seperti yang dilakukan kampung lain yatu
tinggal didekat jalan raya. Masyarakat suaya mulai bermusuarah dan menentukan
harapan mereka ternyata dapat diterima oleh masyarakat besar yang ada di suaya
kala itu. Perpindahan masyarakat suaya kala itu tidak dilakukan secara
beramai-ramai melainkan sipa yang rumahnya yang sudah tak layak huni maka
pindahlah ke dekat jalan raya. Mereka tidak mengizin jika ada masyarakat
membangun rumah bukan di dekat jalan raya ini demi kecepatan masyarakat supaya
pindah semua.
Inilah salah seorang yang pertama pindah ketempat
dekat jalan raya sekarang disebut kampung dusun Karang Raya.
- Jalan
karang raya sekarang
Ketika semua masyarakat disuaya sudah mulai habis
pindah dekat jalan raya maka selanjutnya masyarakat menyusun struktur baru yang
mana dengan harapan berubahnya atau barunya kampung baru juga nama maka
terjadilah nama Karang Raya yang menjadi tempat tinggaal saya saat ini.
Dalam sebuah metamorposa kampung dusun Karang
Raya melalui tahap yang begitu pajang
sampai menjadi kampung yang sesuai harapan
pemerintah daerah kala itu, yang mana penduduk yang ada diboyan tanjung
khususnya yang ada diSuaya yaitu berumah tangga di dekat jalaan raya agar
pemerintah bisa melihat langsung perkembangan dalam sebuah kampung.
Diambilnya nama kampung Karang Raya yaitu dari nama
sebuah kampung yang pertama atau kampung tua yang masih tingal di pesisir
sungai tersebut yaitu Nanga Marau dan Suaya. Di daerah Nanga Marau dahulu ada
sebuah pantai pasir dan pantai pasir anehnya hanya ada satu, masyarakat
menyebut pantai pasir adalah Kerangan,
maka KARANG adalah sebutan dari Kerangan sedangkan
RAYA adalah diambil dari nama Suaya. Dan beharapan nama RAYA juga bisa membawa
kejayaan pada pada penduduk Karang Raya.
Dahulu penduduk yang ada didusun Karang Raya yang
pertama hanya berjumlah rumah sebanyak tiga buah rumah saja pada tahun1984.
Pendudkuk kala itu sudah mulai memanpaatkan jalan raya sebahagi transportasi
walaupun masih menggunakan jalan kaki.
Tahap demi tahap masyarakat mulai melupakan tradisi
berhubungan dengan kampung lain atau berkunjung kekampung lain menggunakan transportasi laut yaitu sampan melainkan
menggunakan jalan darat karena menurut mereka jika dibandingkan lebih dekat
menggunakan jalan darat bila dibandingkan dengan jalan laut. Semakin hari
semakin majululah penduduk yang ada dikampung didusun Karang Raya. Banyak
orang-orang yang mengenyam pendidikan dikota yang kemudian diterapkan dikampung
halaman mereka sendiri hasil dari pengelaman mereka sehingga ini menjadi batu
loncatan untuk perkembangan kampung dusun Karang Raya kearah yang lebih baik
dari sebelumya.
a.
Masyarakat
Karang Raya sekarang
Dahulu kehidupan masyarakat karang raya masih
bersifat menoton salah satu contohnya adalah bentuk rumah yang masih bersifat
budaya yang diwariskan dari nenek moyang, bentuk rumahnya adalah dinding masih
mengunakan kulit kayu, tapi sekarang bentuk rumah sudah moderen yaitu mengikuti
perkembangan zaman mesikipun masih ada sebagian yang bercampur antara moderen
dan budaya dari dayak yaitu mengunakan tiang.
Pengaruh kemajuan globalisasi sangat besar dampak
untuk kehidupan khususnya masyarakat dusun Karang Raya yang mana mereka dapat
belajar meski dari dunia elektronik. Lambat laun perkembangan pola pikir
masyarakat pelosok dapat mengikuti perkembangan pola pikir orang kota atau
perkembangan pola pikir orang maju.
Dahulu dalam satu keluarga pasti anak lebih dari
lima orang tapi sekarang jumlah anak paling banayak berjumlah empat orang, ini
sanagat membukti bahwa perkembangan pola pikir masyarakat semakin hari semakin
maju.
Dalam kemajuan tidak dapat di hindar begitulah
dampak yang terjadi dalam sebuah masyarakat yang maju ada dampak posif dan ada yang negatf. Dampak negatif adalah
ketika zaman dahulu masyarakat masih membudayakan yang namanya gotong royong
tapi sekararang gotong royong sudah mulai pudar dalam kehidupan masyarakat.
Banyak hal budaya yang telah dilupakan akibat dampak kemajuan dari globalisasi.
Masyarakat sekarang yang ada di dusun Karang Raya
Rumah sekolah MADRASAH yang ada di dusun Karang Raya
Dusun Karang Raya terletak dibagian hilir
diperempatan jalan diboyan tanjung. Karang raya masuk kedalam dan merupakan
bagian dari daerah kecamatan Boyan Tanjung. Pusat dari pemerintahan masih di
Boyan Tanjung. Disitu merupakan panduan masyarakat Karang Raya untuk
menjalankan sistem pemerintahan.
Kehidupan masyarakat yang berada dikecamatan Boyan
Tanjung masih hidup bertumpuk-tumpuk diakibatkan jumlah penduduk belum padat
salah satunya masyarakat dusun Karang Raya, jarak anatara Boyan Tanjun dan
Karang Raya ada 1kg% diantara jarak
kedua tersebut itu masih diselimut hutan dan tanaman karet
Didalam sistem pemerintahan di kapuas hulu kususnya daerah
yang berada di kecamatan boyan tanjung pembangunan yang layak sangat lamabat
contohnya masalah jalan raya yang berada di bagian hilir kecamatan boyan
tanjung dari dahulu samapai sekarang belum juga ada perbaikan jalan untuk
diaspal. Jalan dasar memang cepat datang tapi masalah jalan aspal belum bisa
dikabul oleh pemerintah yang berada di pusat yaitu di putusibau.
Melihat perkembangan kampung yang berada dibagian
hilir dikecamatan boyan tanjung memang belum bisa dibandingkan dengan pusat
bila dilihat dari sumber daya manusianya tapi kalau masalah penghasilan hampir
sama dengan penduduk yang berada dipusat.
Terkadang kendala masyarakat di bagian hilir
Kususnya karang Raya untuk berhubungan ekonomi pasti permasalahan jalan,
masyarakat sebenarnya sudah dikatakan maju tapi karena paktor jalan raya
menjadi terhambat, ini merupakan penghambat proses kemajuan suatu daerah utuk
berkembang atau berevolusi.
Sebenarnya kampung dusun Karang Raya bisa lebih maju
dari sekarang karena tempatnya sangat strategis, asal saja pemerintah kabupaten
Kapuas Hulu mau mengaspalkan jalan raya karena jalan dasar sekarang hampir
menembus daerah naga Bunut.
Sebuah ciri dari kehidupan masyarakat yang berada di
kecamatan Boyan Tanjung apa bila jalannya sudah di aspal pasti masyarakat menggubah
pola perkerjaan tidak lagi berladang melainkan mereka berdagang dan lain-lain
yang lebih kesifat bisnis.