BAGIAN II
VARIASI
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
IPS
TERPADU (SEJARAH)
A.
Variasi Proses Belajar Mengajar dan Pengertian
1.
Pengertian Belajar Mengajar Bervariasi
Manusia adalah
mahluk individu dan mahluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
mahluk sosial, terkadang suatu maksud bahwa manusia bagaimanpun juga tidak
dapat terlepas dari individu yang lain. secara kodrati manusia akan selalu
hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai
bentuk komunikasi dan situasi.Dalam kehidupan seperti inilah terjadi suatu
interaksi. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan
proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan,
interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu
disengaja maupun tidak disengaja.
Proses belajar
mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang teroganisani.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatantan belajar terarah sesuai
tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan untuk membantu
kegiatan belajar. Ahmadi (2005 : 33) mengatakan Lingkungan belajar yang baik
adalah “lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,
memberikan rasa dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan”.
dalam proses
belajar mengajar tentu guru sangat menginginkan sekali pebelajaran dapat
tersalurkan dengan baik kepada siswa-siswinya. Pembelajaran yang baik tentu
sangat menentukan keberasilan belajar siswaini sesuai sekali dengan pendapat
para ahli, seperti Ahmadi (2005 : 35) mengatakan “dalam kegitan belajar
mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberasilanya, yakni pengaturan
proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai
saling ketergantungan”. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik
akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga mencapai titik
awal keberasilan pengajaran. untuk mencapai keberasilan belajar siswa yang di
inginkan tentu seorang guru dalam mengajar tidak mengunakan satu terik atau
gaya dalam mengajar, sudah barang tentu bervariasi. Pembelajaran yang diakatakan membosankan apabila seorang guru yang mengajar
hanya menggunakan satu metode saja tidak ada variasi dalam mengajar sehingga
suasana seperti ini terasa cepat membosankan.
Perbaikan
kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Uno
(2007 : 85) perencanaan pembelajaran dapat dijadiakan titik awal dari upaya
perbaikan kualitas pembelajaran. Bila pembelajaran terancang atau terdeasain
dengan baik maka hasil belajar siswa dapat memuaskan. Perencanaan disini yang
dimaksud adalah gaya atau variasi guru dalam mengajar siswa, agar proses
belajar mengajar tidak terasa membosankan. Dalam kegiatan pembelajaran,
pengertian variasi menunjukan pada tindakan perbuatan guru, yang disengaja
ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan meningkat perhatian
siswa selama pelajaran berlangsung. Darmadi (2009 :3) mengatakan “keterampilan
mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya
mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola intraksi”. Juga tidak jauh berbeda dengan teori Djamarah
(2010:160) mengatakan “keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar
akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan
media dan bahan pengajaran dan variasi dalam intraksi antara guru dan siswa”.
Dari pengertian
teori diatas, maka akan dijabarkan satu persatu mengenai penjelasan tentang
variasi dalam proses belajar mengajar. Seorang guru yang mengajar dikatakan
menggunakan variasi apabila memenuhi tiga aspek, yaitu:
a. gaya
mengajar
Variasi dalam
gaya mengajar yang dimaksud disinia adalah bagaimana seorang guru ketika
mengajar didalam kelas mengatur tempo suara, bagaimana siswa memperhatikan dan
fokus dengan guru yang didepan. Darmadi (2009 : 3) mengatakan “variasi dalam
gaya mengajar adalah suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang”.
Maksudnya adalah ketika seorang guru mengajar didalam kelas tentu suara harus
jelas dan bisa didengar oleh semua siswa-siswinya, agar kata perkata dapat diresapi
dengan baik oleh siswa yang sedang ikut dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan harapan siswa akan memahami apa yang telah disampaikan. Misalnya jika
suara seorang guru tidak berjeda, terlalu kecil bunyinya, terlalu nyaring,
tentu suasana didalam kelas terasa membosankan. Jika dalam mengajar suara
berjeda secara otomatis baik didengar oleh siswanya, tentu ada rasa semangat untuk
mendengar apa yang dibicarakan seorang guru didepan kelas.Dengan demikian gerak
dan kontak pandang siswa pasti tertuju pada satu objek yaitu guru didepan, maka
pemusatan mereka menjadi lebih fokus kepada seorang guru. Disamping itu pula
guru harus mempunyai pula metode dalam mengajarnya. Ketika konsep tersusun
dengan baik barulah cara atau gaya mengajar diterapkan maka akan semakin
lengkaplah cara mengajar yang baik dilakukan. Dengan demikian pembelajaran yang
ditargetkan dapat tersalur dengan baik kepada siswa-siswinya.
Dalam konteks
pembelajaran guru yang menjadi peranan utama
dalam mencetak atau menjadikan siswa yang berkualitas, ini sesuai dengan
pendapat Nurfuadi (2012 : 66) mengatakan guru adalah “orang yang bertanggung
jawab mencerdaskan kehidupan anak didik”. Pribadi susila yang cakap adalah yang
diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Pada dasarnya tidak ada seorang
guru yang menginginkan anak didiknya menjadi samapah masyarakat, melainkan
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Menjdi
tanggung jawab seoarang guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak
didiknya agar mereka mengetahui mana perbauatan yang susila dan asusila, mana
perbuatan bermoral dan amoral, karena itu berbagai cara dalam gaya guru
mengajar harus benar-benar direncanakan dengan baik agar supaya proses
pembelajaran yang disampaikan guru dapat mereka implementasikan kedalam
kehidupa sehari-hari mereka. Isjoni (2008 : 61) mengatakan “peningkatan mutu
pembelajaran mutlak dilakukan para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap
mutu pendidikan nasional”. Jika kita perhatikan dari kata tersebut sebenarnya
tidak ada seorang guru dalam mengajar tidak memperhatikan cara pengajarannya,
karna segala sesuatu yang berkaitan dengan keberasilan siswa dalam belajar
memang ditentukan seorang guru.
b. Menggunakan
media
Sesuatu yang
sifatnya perantara yang menghubungkan satu dengan yang lain hampir dikatakan
media. Adapun media menurut para ahli adalah sebagai berikut, Hamdani (2010 :
243) mengatakan “Kata media berasal dari bahasa laitin medius yang secara harfiah berati tengah, perantara atau pengantar”. Selanjutnya Anitah (2012 : 5) mengatakan “kata
media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata mediun, yang berati sesuatu yang
terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat”. Webster
Dictonary (Anitah, 2012 : 5), media atau medum adalah “segala sesuatu yang
terletak ditengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan
sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal”.
Dari pengertian
para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah” suatu penengah atau
penghubung pengantar yang berupa alat dari satu ke yang lainya”. Media meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari antara lain buku, tape recorder,
kaset, vidio camera, vidio recorder, film, slaide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional
dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan media
pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut, Hamdani (2010 : 243)
mengatakan “media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran”.
Danim (2010 : 7) mengatakan “Media
pendidikan merupakan suatu perangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan
oleh guru atau pendidik, dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau perserta
didik”. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan kembali, media
pembelajaran adalah sebuah perangkat alat yang membawa pesan atau informasi
yang dilakukan guru dalam berinteraksi dengan siswa.
Dalam prose
pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber
(guru) menuju penerima (siswa). Pada mulanya media pembelajaran hanya berfungsi
sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru
sebatas alat visual. Sekitar pertengahan abad ke-20, usaha pemanfaatan visual
pun dilengkapi dengan alat audio mulai dilakukan sehingga lahirlah alat bantu
audio-visual.
1) Jenis
media yang digunakan dalam pembelajaran
Berikut
ini akan diuraikan perinsip-prinsip penggunaan dan pengembangan media
pembelajaran. Leshin (Arsyad 2013 :79) mengatakan media pembelajaran sebagai
berikut, media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual,
media berbasis audio-visual, media berbasis komputer, dan permanfaatan
perpustakaan sebagai sumber belajar”.
a) Media
Berbasis Manusia
Media
berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan
mengomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila
tujuan kita adalah menggubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan
pemantauan pembelajaran siswa. Media yang berbasis manusia adalah seperti guru,
instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok dan lain-lain. Media berbasis
manusia intinya adalah manusia yang ikut serta kedalam peran.
Salah
satu faktor penting dalam pembelajaran dengan menggunakan media berbasis
manusia ialah rancangan pembelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia
sebagai pemeran utama dalam proses belajar mengajar maka kesempatan interaksi
dengan siswa semakin terbuka lebar.
b) Media
Berbasis Cetakan
Media
pembelajaran berbasis cetakan yang paling dikenal adalah buku teks, buku
penuntun, jurnal, majalah dan lain-lain. Media ini yang sifatnya bahan atau
sumber yang hendak di ajarkan kepada siswa.
c) Media
Berbasis Visual
Media Visual
(Gambar) adalah media yang menitik beratkan pada indra penglihatan. Di dalam
pembelajaran, media visual mampu memperlancar pemahaman siswa akan materi yang
tengah diajarkan. Selain itu media ini juga bisa meningkatkan minat belajar
siswa dan dapat memberikan hubungan antara dunia nyata dengan isi materi
pelajaran. Arsyad (2013 : 89) menyebutkan “visual dapat menumbuhkan minat siswa
dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata”.Adapun
bentuk media visual dibagian ini adalah seperti, yaitu gambar, representase,
diagram, dan peta.
d) Media
Berbasis Audio- Visual
Media Audio
Visual adalah media yang menggabungkan antara media audio dan visual. Jadi
disana ada gambar sekaligus suara pendukungnya. Dalam pembuatan media jenis
ini, si pembuat akan memerlukan kerja ekstra. Salah satu pekerjaan yang penting
dalam pembuatan media audio visual adalah storyboard dan penulisan naskah yang
tentunya membutuhkan persiapan serta perencanaan yang matang.
Naskah yang
nantinya akan menjadi bahan narasi tentu harus relevan dengan bahan ajar yang
akan diterangkan kepada siswa. Narasi ini adalah salah satu penuntun bagi para
pembuat untuk memikirkan bagaimana video bisa memvisualisasikan materi
pelajaran.
e) Media
Berbasis Komputer
Dewasa
ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan
latihan. Komputer berperan sebagai manejer dalam proses pembelajaran yang
dikenal dengan nama Computer Managend
Instruction(CMI). Ada pula peranan komputer sebagai pembantu tambahan dalam
belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pembelajaran,
latihan, atau kedua-duanya.
Simulasi
pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif,
dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan perkerjaan yang kompleks dapat
ditata hingga menyerupa dunia nyata. Arsyad (2013 : 95) Keberasilan simulasi “dipengaruhi
tiga faktor, yaitu sekanario, model dasar, dan lapisan pengajaran”. sekanario
harus mencerminkan kehidupan nyata. Harus menentukan apa yang terjadi dan
bagaimana hal itu terjadi, siapa karakternya, objek apa yang terlibat apa peran
siswa, dan bagaimana siswa berhadapan dengan bersimulasi itu. Untuk
mensimulasikan suatu situasi, komputer harus menganggapi tindakan siswa seperti
halnya yang terjadi didalam situasi kehidupan sesunguhnya.
f) Pemanfaat
Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Dalam
dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari sekolah. Hampir setiap sekoalah mulai dari sekoalah dasar
sampai perguruan tinggi terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit
perpustakaan keliling (mobile library) dari depertemen pendidikan dan
kebudayaan tersedia di kota-kota besar guna melayani para pelajar.
Perpustakaan
merupakan puasat sarana akademis. Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada
umumnya siap untuk dipinjamkan dalam jangka watu dua minggu sampai satu bulan
kepada pelajar, mahasiswa dan angota masyarakat yang mempunyai kartu angota
perpustakaan.Para pelajar, mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran dapat
memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian
tugas-tugas yang dibebankan oleh pengajar. Terkadang dengan jumlah pelajar yang
banyak, sementara jumlah buku dan artikel terbatas, sehingga bahan-bahan
reverensi hanya dapat dibaca oleh pelajar antara satu sampai dua jam saja. Namun
perlu diapresiasi dalam kurun waktu pemerintah selalu menggutamakan kemajuan
pendidikan yang berada di Indonesia.
Pada
dasarnya media dalam pembelajaran ada tiga, yaitu media visual, media audio dan
media audio visual. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamdani (2010 : 248)
mengatakan “media pembelajaran dikelompokan menjadi tiga, media visual, media
audio dan media audio visual”.
c. Hubungan
Intraksi antara guru dan siswa
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial, terkadang suatu maksud
bahwa manusia bagaimanpun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain.
secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia
akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.dalam kehidupan
seperti inilah terjadi suatu interaksi. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia
akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi
dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan
tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi
anatara guru dan siswa yang dilakukan secara sadar, sistematis, dan terencana.
Setiap proses interaksi tersebut selalu terjadi dalam ikatatan situasi dan
tidak pernah terjadi dalam keadaan yang hampa. Diantara berbagai jenis situasi
itu terdapat satu jenis situasi khusus yaitu situasi kependidikan atau educatif yang harus menjadi perhatian setiap pendidikan
ditingkat manapun dan untuk bidang apapun. Zuldafrial (2011 : 46) mengatakan “interaksi
yang terjadi dalam situasi educatif itu adalah interaksi yang berlangsung dalam
ikatan tujuan pendidikan”. Interaksi educatif atau disempitkan dalam pengertian
interaksi belajar mengajar adalah suatu usaha yang bersifatnya sadar tujuan
yang dengan sistematik terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan
anak didik.
Menyadarkan bahwa perubahan yang tidak disadari dan
tidak diarahkan lebih banyak memberi kemungkinan perubahan tingkah laku yang
berada di luar titik tujuan, perlulah perkembangan itu diarahkan. Disinilah
peranan guru yang sangat dibutuhkan dan ditekankan agar dia tidak hanya untuk
membimbing perkembangan belajar, tapi juga memberi bekal hidup yang berguna
bagi perserta didiknya. Guru tiadak memakai pendekatan yang otoriter yang hanya
memerintahkan dan memaksa, melaikan dia memberi berbagai berbagai motivasi,
inovasi yang berguan bagi peningkatan kaulitas dan kuantias anak. Sadirman (2014
: 84) mengatakan “hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi”. Makin
tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berasil pula pembelajaran. Motivasi
sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Sudirman (2014 : 84) mengatakan
intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya.
Sebelum
mengupas jauh tentang belajar mengajar maka ada baiknya terlebih dulu kita
mengetahui pengertian dari belajar mengajar. Adapun pengertianya adalah sebagai
berikut:
2.
Pengertian
belajar
Pendidikan pada
hakikatnya adalah pendewasaan anak didik melalui suatu interaksi, proses dua
arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa merupakan inti dalam proses
pendidikan. Interaksi guru dan siswa disebut proses belajar mengajar (Nurfuadi
: 21). Belajar dikususkan pada siswa sedangkan mengajar ditunjukan pada guru
dan ada siswa disebut proses belajar mengajar. Sedangkan pengertian belajar
menurut para ahli adalah sebagai berikut. Belajar merupakan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan, yang mana dengan belajar kita dapat mengetahui apa
yang tidak dimengerti menjadi mengerti, apa yang tidak diketahui menjadi
mengetahui. Dengan belajar kita dapat menjdi manusia yang berkualitas dan
berkuantitas seperti pendapat para ahli yang mengatakan merubah kita menjadi
yang lebih baik sesuai dengan pendapat Slameto (Hamdani, 2011 : 20) mengatakan
belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru yang baru secara keseluruhan, sebgai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut aliran
piskologi koneksionisme yang dipelopori thorndike (Zuldafrial, 2011 : 5)
mengatakan belajar adalah “merupakan usaha untuk membentuk hubungan antara
pasangan dan reaksi”.Hamalik (2005 : 36) mengatakan belajar adalah “merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Dari berbagai
definisi para ahli tentang belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha perubahan prilaku atau sikap yang mengarah kearah yang lebih
baik yang diperoleh dari interaksi baik dengan guru, kondisi atau lingkungan.
Belajar pada
dasarnya adalah merupakan suatu proses mental karena orang yang belajar perlu
memikir, menganalisa, mengingat dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah
dipelajari. Belajar memang menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia
karenadengan adanya belajar kita dapat mengetahui dari apa yang tidak kita
ketahui, dari tidak mengerti mendi mengerti dan lain sebagainya.
3.
Pengertian
mengajar
Mengajar secara
umum diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
sejumlah fakta, informasi atau pengetahuan pada siswa sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan dikelas. Mengajar secara identiknya adalah guru.
Sudirman(2014 : 47) Mengatakan mengajar adalah “menyampaikan pengetahuan pada
anak didik”. Sanjaya (2006 : 96) mengatakan “mengajar dapat diartikan sebagai
proses penyampaiaan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa”. Dapat
diambil kesimpulan dari pengertian teori diatas, mengajar adalah proses
interaksi guru kepada siswa dalam proses
penyampaian ilmu yang dilakukan secara sadar oleh pengajar. Proses penyampaian
itu sering juga diangap sebagai proses mentransfer ilmu kepada siswa yang
sifatnya tak mengenal habis-habisnya.
Mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses belajar. Didalam
proses mengajar, terjadi interaksi antara siswa dan guru, guru menyampaikan
bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang beorentasi kepada
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode dan media
tertentu untuk mempermudahkan siswa didalam menerima dan memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan
belajar mengajar tentu guru besar harapan bahwa proses belajar mengajar itu
berhasil. dalam proses belajar mengajar, tiga unsur yang amat penting adalah
gaya mengajar, media pembelajaran dan adanya suatu interaksi. Ketiga aspek ini
saling berkaitan satu sama lain, karena dalam proses belajar mengajar yang
sifatnya tidak membosankan apabila seorang guru dalam mengajar penuh dengan
gaya atau variasi dalam mengajar.
Pembelajaran
yang sifatnya menoton tentu menjadikan siswa cepat membosankan, sehingga apa
yang disampaikan oleh guru terasa tidak asik dan secara otomatis pembelajaran
yang disampaikan tidak dapat diterima dan diresapi dengan baik oleh siswa.
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Proses belajar mengajar perlu
direncanakan agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang
diharapkan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai
tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan pembelajaran. Isi
perencanaan, yaitu mengatur dan menetapkan unsu-unsur pembelajaran, seperti
tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian.
Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Guru menentukan
segalanya. Mau diapakan siswanya? apa yang harus dikuasai siswa? Bagaimana cara
melihat keberasilan belajar? Semua tergantung guru. Oleh karena begitu
pentingnya peranan guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung
manakala ada guru; dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tampa guru.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada
tiga peranan yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai perencana, sebagai
penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator ( Sanjaya 2006 : 97).
B. Pembelajaran IPS Terpadu
1.
Pengertian
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah
untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungan, serta
berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Pembelajaran IPS tidak akan terlepas dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Trianto
(2007:124) mengatakan ilmu pengetahuan sosial (IPS) “merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, giografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya”.
Sebenarnya disiplin ilmu sosial tersebut
mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang
berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan
tentang berbagai macam kebutuhan manusia, hukum dan politik mengenai
peraturan-peraturan yang ada dalam bermasyarakat serta bagaimana cara
mendapatkan kekuasaan,dan sosiologi/antropologi memberikan wawasan yang
berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur social dan sebagainya.
Kompetensi
Dasar IPS Terpadu berasal dari struktur keilmuan geografi,sejarah,ekonomi,hukum
dan politik,sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau topik (tema) tertentu.Ilmu
pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mengujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu
sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial atau studi sosial merupakan bagaian dari
kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabag ilmu sosial.
Adapun cabang-cabang ilmu sosial yang tergabung
kedalam konsep studi sosial menurut Trianto (2007 : 125) adalah sebagai
berikut:
Sejarah
|
Geografi
|
Sosiologi
|
Antropologi
|
Ilmu pengetahuan sosial
|
Ilmu hukum
|
Ekonomi
|
Piskologi sosial
|
filsafat
|
Gambar 1.2 Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.
2.
Karakteristik
Mata Pelajaran IPS
Istilah
pendidikan IPS dalam menyelengarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru
digunakan. (Trianto, 2010:172) pendidikan IPS merupakan pendanaan dari social studies dalam konteks kurikulum
di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun
1913 mengadopsi nama lembaga social
studies yang mengembangkan kurikulum di Amerika Serikat. Sesuai amanat
KTSP, bahwa model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implemantasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan kesemua jenjang pendidikan,
diaplikasikan terutama pada jenjang pendidikan Dasar, mulai dari tingkat
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan pada tingkat
Pendidikan Menengah, baik Pendidikan Menengah Umum (SMA/MA) maupun pendidikan
Menengah Kejuruan (SMK/MAK). Hal ini bergantung pada kecenderungan
materi-materi yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam satu tema tertentu.
Pembelajaran ini merupakan model yang
mencoba memadukan beberapa pokok bahsan.
Karakteristik
mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik.
Karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengajar siswa tentang
kemampuan dasar dalam bersosial, baik dilingkungan sekolah, masyarakat dan
keluarga.
Mata
pelajaran IPS di SMP/ MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai
berikut:
a.
Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur giografi,
sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga
dibidang humaniora, pendidikan dan agama.
b.
Standar Kompetisi dan Kompetensi Dasar IPS berasal
dari struktur keilmuan ilmu-ilmu sosial.
c.
Standar Kompetisi dan Kompetensi dasar IPS juga
menyangkut berbagai masalah-masalah sosial
3. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial
ialah untuk mengembangkan potensi perserta didik agar peka terhadap maslah sosial
yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan
segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran
IPS disekolah diorganisasi secara baik.
Pembelajaran IPS terpadu juga memiliki
berbagai arti yang sangat pnting dalam kehidupan bermasarakat khusunya di dunia
pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa alasan pentingnya
pembelajaran IPS Terpadu sebagai berikut:
a.
Didunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak
selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka
tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau
pristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep / materi beberapa mata pelajaran. Misalnya saat mereka berbelanja
di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (matematika), aneka
ragam makanan sehat (IPA), dialok tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang
naik turun (IPS) dan beberapa materi lainya.
b.
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam
suatu peristiwa/ obyek lebih teroganisisr
Proses pemahaman anak terhadap suatu
konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki
anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap
konsep baru. Guru dan orang tua sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga
peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan
yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimikinya.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakna
kalau pembelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari
materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan
pengetahuan sebelumnya.
d.
Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan
diri
Pembelajaran terpadu memberi peluang
siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bermakna. Ketiga
ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap ( jujur, teliti, tekun, terbuka
terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih
informasi, menggunakan alat, berkerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif
(pengetahuan).
4. Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPS
Pendekatan pembelajaran terpadu
dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Depdikbud (Trianto,
2007 : 128) mengatakan “model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan perserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip secara holistik dan otentik”. Pembelajaran terpadu pada
dasarnya adalah menanamkan dan menumbuhkan rasa keinginan tahuan siswa terhadap
pembelajaran Salah satu diantaranya adalah memadukan kompetensi dasar. Melalui
pembelajaran terpadu perserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian perserta didik
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Disamping itu guru dapat menciptakan juga suatu keadaan atau lingkungan belajar
memadai agar siswa dapat menemukan pemahaman-pemahaman nyata dan seakan
terlibat langsung.
Pada
pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai
cabang ilmu didalam rumpuan ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran IPS terpadu
dapat mengambil topik dari salah satu cabang ilmu tertentu kemudian dilengkapi,
diperdalam dan diperluas dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Misalnya topik
“Kegiatan Ekonomi Penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dapat ditinjau dari
kondisi fisik-geografi yang tercakup dalam ilmu Geografi. Secara sosiologis,
kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial dalam masyarakat.
Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami
perubahan. Salah satu keterpaduan yang bisa dilakukan guru (sesuai dengan
filosofi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah memadukan Kompetensi
Dasar.
Pada tahap
operasional konkrit siswa mulai untuk dapat memandang “dunia” secara objektif
dan berorentasi secara konseptual. Berpikir secara operasional konkrit dapat
dipandang sebagai tipe awal berpikir ilmiah. Baik dari hasil penelitian maupun
pengalaman praktis menunjukan bahwa siswa kelas 2 SMP misalnya usia mereka
antara kisaran 11- 15 tahun, sebagaian besar siswa mulai bergeser dari sekedar
memahami, dan mengelompokan benda-benda menuju ke kemampuan dalam hal
memberikan, mengorganisasi, dan menghubungkan sifat-sifat benda.
Pembelajaran terpadu pada dasarnya menjadikan atau
menciptakan siswa menjadi lebih aktif dan semangat untuk menemukan hal-hal yang
baru dan menemukan apa yang belum mereka pahami. Pembelajaran terpadu merupakan
wadah yang menyatu dari berbagai ilmu dan disajikan kedalam bentuk satu pokok bahasan
yang mudah diemengerti dan dipahami oleh siswa.
Menurut Joni, T.R (Trianto, 2007:6) mengatakan “pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik”. Trianto
(2007:7) mengatakan “pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan
sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi
untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik”. Menurut Sukandi (Trianto,
2007: 8) mengatakan “pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat
dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari”. Dari
beberapa pengertian para ahli tentang pembelajaran terpadu maka dapat
disimpulkan pembelajaran terpadu adalah “mengarahkan siswa untuk mencari,
menemukan suatu konsep pembelajaran yang ada dilingkungan dan mudah ditemui
dalam interaksi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
suatu kesan yang bermakna”. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang
dicapai melalui dapampak pengiring. Guru bereaksi terhadap aksi siswa dalam
semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melaikan kesuatu
kesatuan yang utuh dan bermakna.
Dalam
pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat
menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian- bagian penting dari
pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran
secara jelas dan menarik, memberi penekanan pada bagian-bagian penting, atau
dengan mendemontrasikan suatu kegiatan. Disamping itu model yang diberikan
harus memiliki daya menarik sehingga harapn dan tujuan belajar mengajar yang
diharapkan datat terlaksanakan dengan baik.
No comments:
Post a Comment