Friday 9 September 2016

SEJARAH PENDIDIKAN



BAGIAN II
VARIASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
IPS TERPADU (SEJARAH)

A.    Variasi Proses Belajar Mengajar dan Pengertian
1.    Pengertian Belajar Mengajar Bervariasi
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial, terkadang suatu maksud bahwa manusia bagaimanpun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.Dalam kehidupan seperti inilah terjadi suatu interaksi. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang teroganisani. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatantan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut menentukan lingkungan untuk membantu kegiatan belajar. Ahmadi (2005 : 33) mengatakan Lingkungan belajar yang baik adalah “lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan”.
dalam proses belajar mengajar tentu guru sangat menginginkan sekali pebelajaran dapat tersalurkan dengan baik kepada siswa-siswinya. Pembelajaran yang baik tentu sangat menentukan keberasilan belajar siswaini sesuai sekali dengan pendapat para ahli, seperti Ahmadi (2005 : 35) mengatakan “dalam kegitan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberasilanya, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai saling ketergantungan”. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar sehingga mencapai titik awal keberasilan pengajaran. untuk mencapai keberasilan belajar siswa yang di inginkan tentu seorang guru dalam mengajar tidak mengunakan satu terik atau gaya dalam mengajar, sudah barang tentu bervariasi. Pembelajaran yang diakatakan membosankan apabila seorang guru yang mengajar hanya menggunakan satu metode saja tidak ada variasi dalam mengajar sehingga suasana seperti ini terasa cepat membosankan.
Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Uno (2007 : 85) perencanaan pembelajaran dapat dijadiakan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Bila pembelajaran terancang atau terdeasain dengan baik maka hasil belajar siswa dapat memuaskan. Perencanaan disini yang dimaksud adalah gaya atau variasi guru dalam mengajar siswa, agar proses belajar mengajar tidak terasa membosankan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi menunjukan pada tindakan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan meningkat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Darmadi (2009 :3) mengatakan “keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola intraksi”.  Juga tidak jauh berbeda dengan teori Djamarah (2010:160) mengatakan “keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam intraksi antara guru dan siswa”.
Dari pengertian teori diatas, maka akan dijabarkan satu persatu mengenai penjelasan tentang variasi dalam proses belajar mengajar. Seorang guru yang mengajar dikatakan menggunakan variasi apabila memenuhi tiga aspek, yaitu:
a.    gaya mengajar
Variasi dalam gaya mengajar yang dimaksud disinia adalah bagaimana seorang guru ketika mengajar didalam kelas mengatur tempo suara, bagaimana siswa memperhatikan dan fokus dengan guru yang didepan. Darmadi (2009 : 3) mengatakan “variasi dalam gaya mengajar adalah suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang”. Maksudnya adalah ketika seorang guru mengajar didalam kelas tentu suara harus jelas dan bisa didengar oleh semua siswa-siswinya, agar kata perkata dapat diresapi dengan baik oleh siswa yang sedang ikut dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan harapan siswa akan memahami apa yang telah disampaikan. Misalnya jika suara seorang guru tidak berjeda, terlalu kecil bunyinya, terlalu nyaring, tentu suasana didalam kelas terasa membosankan. Jika dalam mengajar suara berjeda secara otomatis baik didengar oleh siswanya, tentu ada rasa semangat untuk mendengar apa yang dibicarakan seorang guru didepan kelas.Dengan demikian gerak dan kontak pandang siswa pasti tertuju pada satu objek yaitu guru didepan, maka pemusatan mereka menjadi lebih fokus kepada seorang guru. Disamping itu pula guru harus mempunyai pula metode dalam mengajarnya. Ketika konsep tersusun dengan baik barulah cara atau gaya mengajar diterapkan maka akan semakin lengkaplah cara mengajar yang baik dilakukan. Dengan demikian pembelajaran yang ditargetkan dapat tersalur dengan baik kepada siswa-siswinya.
Dalam konteks pembelajaran guru yang menjadi peranan utama  dalam mencetak atau menjadikan siswa yang berkualitas, ini sesuai dengan pendapat Nurfuadi (2012 : 66) mengatakan guru adalah “orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik”. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Pada dasarnya tidak ada seorang guru yang menginginkan anak didiknya menjadi samapah masyarakat, melainkan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat berguna bagi bangsa dan negara. Menjdi tanggung jawab seoarang guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didiknya agar mereka mengetahui mana perbauatan yang susila dan asusila, mana perbuatan bermoral dan amoral, karena itu berbagai cara dalam gaya guru mengajar harus benar-benar direncanakan dengan baik agar supaya proses pembelajaran yang disampaikan guru dapat mereka implementasikan kedalam kehidupa sehari-hari mereka. Isjoni (2008 : 61) mengatakan “peningkatan mutu pembelajaran mutlak dilakukan para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap mutu pendidikan nasional”. Jika kita perhatikan dari kata tersebut sebenarnya tidak ada seorang guru dalam mengajar tidak memperhatikan cara pengajarannya, karna segala sesuatu yang berkaitan dengan keberasilan siswa dalam belajar memang ditentukan seorang guru.
b.    Menggunakan media
Sesuatu yang sifatnya perantara yang menghubungkan satu dengan yang lain hampir dikatakan media. Adapun media menurut para ahli adalah sebagai berikut, Hamdani (2010 : 243) mengatakan “Kata media berasal dari bahasa laitin medius yang secara harfiah berati tengah, perantara atau pengantar”.  Selanjutnya Anitah (2012 : 5) mengatakan “kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata mediun, yang berati sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat”. Webster Dictonary (Anitah, 2012 : 5), media atau medum adalah “segala sesuatu yang terletak ditengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal”.
Dari pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah” suatu penengah atau penghubung pengantar yang berupa alat dari satu ke yang lainya”. Media meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku,  tape recorder, kaset, vidio camera, vidio recorder, film, slaide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan media pembelajaran menurut para ahli adalah sebagai berikut, Hamdani (2010 : 243) mengatakan “media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran”. Danim (2010 : 7) mengatakan  “Media pendidikan merupakan suatu perangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik, dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau perserta didik”. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan kembali, media pembelajaran adalah sebuah perangkat alat yang membawa pesan atau informasi yang dilakukan guru dalam berinteraksi dengan siswa.
Dalam prose pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Pada mulanya media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru sebatas alat visual. Sekitar pertengahan abad ke-20, usaha pemanfaatan visual pun dilengkapi dengan alat audio mulai dilakukan sehingga lahirlah alat bantu audio-visual.
1)   Jenis media yang digunakan dalam pembelajaran
Berikut ini akan diuraikan perinsip-prinsip penggunaan dan pengembangan media pembelajaran. Leshin (Arsyad 2013 :79) mengatakan media pembelajaran sebagai berikut, media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-visual, media berbasis komputer, dan permanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar”.
a)    Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah menggubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Media yang berbasis manusia adalah seperti guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok dan lain-lain. Media berbasis manusia intinya adalah manusia yang ikut serta kedalam peran.
Salah satu faktor penting dalam pembelajaran dengan menggunakan media berbasis manusia ialah rancangan pembelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama dalam proses belajar mengajar maka kesempatan interaksi dengan siswa semakin terbuka lebar.
b)   Media Berbasis Cetakan
Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah dan lain-lain. Media ini yang sifatnya bahan atau sumber yang hendak di ajarkan kepada siswa.
c)    Media Berbasis Visual
Media Visual (Gambar) adalah media yang menitik beratkan pada indra penglihatan. Di dalam pembelajaran, media visual mampu memperlancar pemahaman siswa akan materi yang tengah diajarkan. Selain itu media ini juga bisa meningkatkan minat belajar siswa dan dapat memberikan hubungan antara dunia nyata dengan isi materi pelajaran. Arsyad (2013 : 89) menyebutkan “visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata”.Adapun bentuk media visual dibagian ini adalah seperti, yaitu gambar, representase, diagram, dan peta.
d)   Media Berbasis Audio- Visual
Media Audio Visual adalah media yang menggabungkan antara media audio dan visual. Jadi disana ada gambar sekaligus suara pendukungnya. Dalam pembuatan media jenis ini, si pembuat akan memerlukan kerja ekstra. Salah satu pekerjaan yang penting dalam pembuatan media audio visual adalah storyboard dan penulisan naskah yang tentunya membutuhkan persiapan serta perencanaan yang matang.
Naskah yang nantinya akan menjadi bahan narasi tentu harus relevan dengan bahan ajar yang akan diterangkan kepada siswa. Narasi ini adalah salah satu penuntun bagi para pembuat  untuk memikirkan bagaimana video bisa memvisualisasikan materi pelajaran.


e)    Media Berbasis Komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai manejer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama Computer Managend Instruction(CMI). Ada pula peranan komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi isi materi pembelajaran, latihan, atau kedua-duanya.
Simulasi pada komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan. Dengan simulasi, lingkungan perkerjaan yang kompleks dapat ditata hingga menyerupa dunia nyata. Arsyad (2013 : 95) Keberasilan simulasi “dipengaruhi tiga faktor, yaitu sekanario, model dasar, dan lapisan pengajaran”. sekanario harus mencerminkan kehidupan nyata. Harus menentukan apa yang terjadi dan bagaimana hal itu terjadi, siapa karakternya, objek apa yang terlibat apa peran siswa, dan bagaimana siswa berhadapan dengan bersimulasi itu. Untuk mensimulasikan suatu situasi, komputer harus menganggapi tindakan siswa seperti halnya yang terjadi didalam situasi kehidupan sesunguhnya.
f)    Pemanfaat Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Dalam dua dekade terakhir ini perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir setiap sekoalah mulai dari sekoalah dasar sampai perguruan tinggi terdapat perpustakaan sekolah. Bahkan unit-unit perpustakaan keliling (mobile library) dari depertemen pendidikan dan kebudayaan tersedia di kota-kota besar guna melayani para pelajar.
Perpustakaan merupakan puasat sarana akademis. Buku-buku dalam berbagai bidang keilmuan pada umumnya siap untuk dipinjamkan dalam jangka watu dua minggu sampai satu bulan kepada pelajar, mahasiswa dan angota masyarakat yang mempunyai kartu angota perpustakaan.Para pelajar, mahasiswa yang mengikuti mata pelajaran dapat memperoleh akses terhadap bahan-bahan yang merupakan bagian dari penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh pengajar. Terkadang dengan jumlah pelajar yang banyak, sementara jumlah buku dan artikel terbatas, sehingga bahan-bahan reverensi hanya dapat dibaca oleh pelajar antara satu sampai dua jam saja. Namun perlu diapresiasi dalam kurun waktu pemerintah selalu menggutamakan kemajuan pendidikan yang berada di Indonesia.
Pada dasarnya media dalam pembelajaran ada tiga, yaitu media visual, media audio dan media audio visual. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamdani (2010 : 248) mengatakan “media pembelajaran dikelompokan menjadi tiga, media visual, media audio dan media audio visual”.
c.    Hubungan Intraksi antara guru dan siswa
Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial, terkadang suatu maksud bahwa manusia bagaimanpun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.dalam kehidupan seperti inilah terjadi suatu interaksi. Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi anatara guru dan siswa yang dilakukan secara sadar, sistematis, dan terencana. Setiap proses interaksi tersebut selalu terjadi dalam ikatatan situasi dan tidak pernah terjadi dalam keadaan yang hampa. Diantara berbagai jenis situasi itu terdapat satu jenis situasi khusus yaitu situasi kependidikan atau educatif  yang harus menjadi perhatian setiap pendidikan ditingkat manapun dan untuk bidang apapun. Zuldafrial (2011 : 46) mengatakan “interaksi yang terjadi dalam situasi educatif itu adalah interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan”. Interaksi educatif atau disempitkan dalam pengertian interaksi belajar mengajar adalah suatu usaha yang bersifatnya sadar tujuan yang dengan sistematik terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Menyadarkan bahwa perubahan yang tidak disadari dan tidak diarahkan lebih banyak memberi kemungkinan perubahan tingkah laku yang berada di luar titik tujuan, perlulah perkembangan itu diarahkan. Disinilah peranan guru yang sangat dibutuhkan dan ditekankan agar dia tidak hanya untuk membimbing perkembangan belajar, tapi juga memberi bekal hidup yang berguna bagi perserta didiknya. Guru tiadak memakai pendekatan yang otoriter yang hanya memerintahkan dan memaksa, melaikan dia memberi berbagai berbagai motivasi, inovasi yang berguan bagi peningkatan kaulitas dan kuantias anak. Sadirman (2014 : 84) mengatakan “hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi”. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berasil pula pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan karena motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian prestasi. Sudirman (2014 : 84) mengatakan intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Sebelum mengupas jauh tentang belajar mengajar maka ada baiknya terlebih dulu kita mengetahui pengertian dari belajar mengajar. Adapun pengertianya adalah sebagai berikut:
2.    Pengertian belajar
Pendidikan pada hakikatnya adalah pendewasaan anak didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara guru dan siswa. Guru dan siswa merupakan inti dalam proses pendidikan. Interaksi guru dan siswa disebut proses belajar mengajar (Nurfuadi : 21). Belajar dikususkan pada siswa sedangkan mengajar ditunjukan pada guru dan ada siswa disebut proses belajar mengajar. Sedangkan pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut. Belajar merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan, yang mana dengan belajar kita dapat mengetahui apa yang tidak dimengerti menjadi mengerti, apa yang tidak diketahui menjadi mengetahui. Dengan belajar kita dapat menjdi manusia yang berkualitas dan berkuantitas seperti pendapat para ahli yang mengatakan merubah kita menjadi yang lebih baik sesuai dengan pendapat Slameto (Hamdani, 2011 : 20) mengatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang baru secara keseluruhan, sebgai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut aliran piskologi koneksionisme yang dipelopori thorndike (Zuldafrial, 2011 : 5) mengatakan belajar adalah “merupakan usaha untuk membentuk hubungan antara pasangan dan reaksi”.Hamalik (2005 : 36) mengatakan belajar adalah “merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Dari berbagai definisi para ahli tentang belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha perubahan prilaku atau sikap yang mengarah kearah yang lebih baik yang diperoleh dari interaksi baik dengan guru, kondisi atau lingkungan.
Belajar pada dasarnya adalah merupakan suatu proses mental karena orang yang belajar perlu memikir, menganalisa, mengingat dan mengambil kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Belajar memang menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia karenadengan adanya belajar kita dapat mengetahui dari apa yang tidak kita ketahui, dari tidak mengerti mendi mengerti dan lain sebagainya.
3.    Pengertian mengajar
Mengajar secara umum diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan sejumlah fakta, informasi atau pengetahuan pada siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dikelas. Mengajar secara identiknya adalah guru. Sudirman(2014 : 47) Mengatakan mengajar adalah “menyampaikan pengetahuan pada anak didik”. Sanjaya (2006 : 96) mengatakan “mengajar dapat diartikan sebagai proses penyampaiaan informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa”. Dapat diambil kesimpulan dari pengertian teori diatas, mengajar adalah proses interaksi guru kepada siswa  dalam proses penyampaian ilmu yang dilakukan secara sadar oleh pengajar. Proses penyampaian itu sering juga diangap sebagai proses mentransfer ilmu kepada siswa yang sifatnya tak mengenal habis-habisnya.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses belajar. Didalam proses mengajar, terjadi interaksi antara siswa dan guru, guru menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku yang beorentasi kepada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan menggunakan metode dan media tertentu untuk mempermudahkan siswa didalam menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar tentu guru besar harapan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil. dalam proses belajar mengajar, tiga unsur yang amat penting adalah gaya mengajar, media pembelajaran dan adanya suatu interaksi. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain, karena dalam proses belajar mengajar yang sifatnya tidak membosankan apabila seorang guru dalam mengajar penuh dengan gaya atau variasi dalam mengajar.
Pembelajaran yang sifatnya menoton tentu menjadikan siswa cepat membosankan, sehingga apa yang disampaikan oleh guru terasa tidak asik dan secara otomatis pembelajaran yang disampaikan tidak dapat diterima dan diresapi dengan baik oleh siswa. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada saat melaksanakan pembelajaran. Isi perencanaan, yaitu mengatur dan menetapkan unsu-unsur pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan siswanya? apa yang harus dikuasai siswa? Bagaimana cara melihat keberasilan belajar? Semua tergantung guru. Oleh karena begitu pentingnya peranan guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru; dan tidak mungkin ada proses pembelajaran tampa guru. Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peranan yang harus dilakukan guru, yaitu sebagai perencana, sebagai penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator ( Sanjaya 2006 : 97).

B.     Pembelajaran IPS Terpadu
1.    Pengertian
Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungan, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran IPS tidak akan terlepas dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Trianto (2007:124) mengatakan ilmu pengetahuan sosial (IPS) “merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, giografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”.
Sebenarnya disiplin ilmu sosial tersebut mempunyai keterpaduan yang tinggi karena geografi memberikan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam kebutuhan manusia, hukum dan politik mengenai peraturan-peraturan yang ada dalam bermasyarakat serta bagaimana cara mendapatkan kekuasaan,dan sosiologi/antropologi memberikan wawasan yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur social dan sebagainya.
Kompetensi Dasar IPS Terpadu berasal dari struktur keilmuan geografi,sejarah,ekonomi,hukum dan politik,sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mengujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial atau studi sosial merupakan bagaian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabag ilmu sosial.
Adapun cabang-cabang ilmu sosial yang tergabung kedalam konsep studi sosial menurut Trianto (2007 : 125) adalah sebagai berikut:

Sejarah
Geografi
Sosiologi
Antropologi
Ilmu pengetahuan sosial
Ilmu hukum
Ekonomi
Piskologi sosial
filsafat
 










Gambar 1.2 Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.

2.    Karakteristik Mata Pelajaran IPS
Istilah pendidikan IPS dalam menyelengarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. (Trianto, 2010:172) pendidikan IPS merupakan pendanaan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga social studies yang mengembangkan kurikulum di Amerika Serikat. Sesuai amanat KTSP, bahwa model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implemantasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan kesemua jenjang pendidikan, diaplikasikan terutama pada jenjang pendidikan Dasar, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan pada tingkat Pendidikan Menengah, baik Pendidikan Menengah Umum (SMA/MA) maupun pendidikan Menengah Kejuruan (SMK/MAK). Hal ini bergantung pada kecenderungan materi-materi yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam satu tema tertentu. Pembelajaran ini  merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahsan.


Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Karena pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengajar siswa tentang kemampuan dasar dalam bersosial, baik dilingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga.
Mata pelajaran IPS di SMP/ MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a.    Ilmu  Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur giografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga dibidang humaniora, pendidikan dan agama.
b.    Standar Kompetisi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu-ilmu sosial.
c.    Standar Kompetisi dan Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah-masalah sosial
3.    Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi perserta didik agar peka terhadap maslah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS disekolah diorganisasi secara baik.
Pembelajaran IPS terpadu juga memiliki berbagai arti yang sangat pnting dalam kehidupan bermasarakat khusunya di dunia pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa alasan pentingnya pembelajaran IPS Terpadu sebagai berikut:
a.    Didunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau pristiwa yang didalamnya memuat sejumlah konsep / materi beberapa mata pelajaran. Misalnya saat mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu perhitungan (matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialok tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik turun (IPS) dan beberapa materi lainya.
b.    Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/ obyek lebih teroganisisr
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Guru dan orang tua sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimikinya.
c.    Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakna kalau pembelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat memanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d.   Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri
Pembelajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bermakna. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap ( jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, berkerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
4.    Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPS
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner. Depdikbud (Trianto, 2007 : 128) mengatakan “model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan perserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik”. Pembelajaran terpadu pada dasarnya adalah menanamkan dan menumbuhkan rasa keinginan tahuan siswa terhadap pembelajaran Salah satu diantaranya adalah memadukan kompetensi dasar. Melalui pembelajaran terpadu perserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian perserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari. Disamping itu guru dapat menciptakan juga suatu keadaan atau lingkungan belajar memadai agar siswa dapat menemukan pemahaman-pemahaman nyata dan seakan terlibat langsung.
Pada pendekatan pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang ilmu didalam rumpuan ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran IPS terpadu dapat mengambil topik dari salah satu cabang ilmu tertentu kemudian dilengkapi, diperdalam dan diperluas dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Misalnya topik “Kegiatan Ekonomi Penduduk”. Kegiatan ekonomi penduduk dapat ditinjau dari kondisi fisik-geografi yang tercakup dalam ilmu Geografi. Secara sosiologis, kegiatan ekonomi penduduk dapat mempengaruhi interaksi sosial dalam masyarakat. Secara historis dari waktu ke waktu kegiatan ekonomi penduduk selalu mengalami perubahan. Salah satu keterpaduan yang bisa dilakukan guru (sesuai dengan filosofi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah memadukan Kompetensi Dasar.
Pada tahap operasional konkrit siswa mulai untuk dapat memandang “dunia” secara objektif dan berorentasi secara konseptual. Berpikir secara operasional konkrit dapat dipandang sebagai tipe awal berpikir ilmiah. Baik dari hasil penelitian maupun pengalaman praktis menunjukan bahwa siswa kelas 2 SMP misalnya usia mereka antara kisaran 11- 15 tahun, sebagaian besar siswa mulai bergeser dari sekedar memahami, dan mengelompokan benda-benda menuju ke kemampuan dalam hal memberikan, mengorganisasi, dan menghubungkan sifat-sifat benda.
Pembelajaran terpadu pada dasarnya menjadikan atau menciptakan siswa menjadi lebih aktif dan semangat untuk menemukan hal-hal yang baru dan menemukan apa yang belum mereka pahami. Pembelajaran terpadu merupakan wadah yang menyatu dari berbagai ilmu dan disajikan kedalam bentuk satu pokok bahasan yang mudah diemengerti dan dipahami oleh siswa.
Menurut Joni, T.R (Trianto, 2007:6) mengatakan “pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik”. Trianto (2007:7) mengatakan “pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik”. Menurut Sukandi (Trianto, 2007: 8) mengatakan “pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari”. Dari beberapa pengertian para ahli tentang pembelajaran terpadu maka dapat disimpulkan pembelajaran terpadu adalah “mengarahkan siswa untuk mencari, menemukan suatu konsep pembelajaran yang ada dilingkungan dan mudah ditemui dalam interaksi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kesan yang bermakna”. Pembelajaran terpadu memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dapampak pengiring. Guru bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melaikan kesuatu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian- bagian penting dari pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik, memberi penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemontrasikan suatu kegiatan. Disamping itu model yang diberikan harus memiliki daya menarik sehingga harapn dan tujuan belajar mengajar yang diharapkan datat terlaksanakan dengan baik.

No comments:

Post a Comment