Wednesday 10 September 2014

sejarah kampung karang raya



ASAL-MUASAL KAMPUNG DUSUN  KAMPUNG KARANG RAYA
A.       Masyrakat awal
Pada suatu ketika di kecamatan boyan tanjung(masa sekarang) masyarakat hidup ditepi-tepian sungai sebagaimana kehidupan masyarakat dayak pada masa itu. Mengapa banyak masyarakat hidup ditepian sungai karena kebanyakan masyarakat pada masa itu berhubungan/ bertransfortasi mengunakan suangai atau laut.
Sebenarnya masarakat di kecamatan boyan tanjung pada masa ini kebanyakan adalah masyarakat melayu, yaitu menganut agama islam, masyarakat memang asli dayak sangat jauh dari tempat kecamatan boyan tanjung. Masyarakat dayak sudah mulai bermigrasi kedaerah lain.
Masyarakat melayu sama dengan masyarakat dayak yaitu mempunyai kesamaan masalah beladang secara berpindah-pindah. Demi mencari keluasan tanah atau keluasan suatu daerah tersebut dimana dia menetap. Tanah yang dia kelola tidak untuk dijual belikan melainkan dipakai untuk keperluan bersama.
Tahun berganti tahun, bulan bergati bulan minggu berganti minggu dan akhirnya makin menambahlah jumlah penduduk di kecamatan boyan tanjung, karena pada masa itu masyarakat di kecamatan boyan tanjung belum mengenal masalah KB, karena minimnya masalah pendidikan, pengetahuan dan informasi.
Kalau dilihat dari sekarang untuk kecamatan boyan tanjung jika kita bandingkan dengan terdahulu adalah perubahan yang sanagat drastis sekali, ketika ada perubahan masalah transfortasi yaitu dari air ke darat yang dikeluarkan pemerintah pada masa itu untuk pemerataan jalan raya. 
Kembali lagi kepermasalahan awal yaitu ketika jumlah penduduk dikecamatan boyan tanjung semakin hari semakin padat maka ada keinginan masyarakat yang berada di boyan tanjung untuk berpindah tempat untuk mencari pemukiman baru untuk beladang, karena tempat beliau tingal semakin hari semakin jauh untuk datang ketempat dia berladang nah milirlah beliau untuk mencari tempat baru sekaligus untuk berpidah karena kendala masalah ladang yang semakin hari semakin jauh.
Ketika Ai Lanau mulai melakukan perjalanan datang lah dia ketempat yang sekarang disebut nanga putus, disitulah dia meletakan batu pertama (tempat pemukiman pertama).
Sebenarnaya kampung karang raya sendiri terbagi menjadi dua yaitu kampung hulu dan kampung hilir. Kampung hilir sendiri dirintis datok/ Ai Anyap yang dari kampung Nanga danau. Dia meletakan batu pertama di nanga marau. Nama kedua daerah tersebut mempunyai arti yaitu, Nanga putus sendiri diambil dari nama sebuah sungai kecil yang terputus pas disungai yang besar. Dia memilih tempat itu karena disungai kecil tersebut banyak terdapat ikan sungai, makanya sambil beladang dia sambil memancing ikan untuk dijadikan sayuk untuk dia makan siang. Sedangkan yang dari perintis hilir di Nanga marau memilih tempat itu karena Nanga marau sendiri banyak terdapat rotan marau bahkan nama tempat itu sendiri diambil dari kelebihan tempat itu karena kebanyakan rotan marau tersebut. Rotan tersebut digunakan utuk membuat bubu untuk penangkapan ikan, bahkan bubu itu sendiri bisa dijual oleh datok Anyang Ucai.
Mereka menetap disitu mempunyai nasip yang sama yaitu karena semakin hari semakin jauh dari tempat dia berladang, makanya mereka mulai ber imigran ketempat tersebut. Mereka berpindah sambil membawa keluarga mereka masing-masing, untuk datang ketempat tersebut mereka sebenarnya tidak berjanji melainkan sebuah kebetulan sampai di tempat tersebut. Bahkan mereka sempat tidak tau satu sama lain bahwa mereka sudah menetap disitu.
Dalam kehidupan masyarakat terdahulu kampung yang ramai merupakan kampung yang berada di hilir, karena masyarakat pada waktu itu mempunyai kebiasaan berladang dan mencari tanah di bagian hulu sungai, karena mereka berperinsip ketika berangkat berkerja sudah barang tentu tenaganya masih kuat makanya mereka siap mendayung melawan arus air, tapi ketika mereka berpulang kerja merasa capek dan lelah mereka mendayung tidak lagi melawan arus air melainkan ikut arus air, jadi tidak menambah lelah dan capek yang mereka rasakan ketika pulang kerja.
Kebiasan itulah membuat mereka bisa sering menemukan tempat lahan baru untuk bisa dijadikan lahan ladang dan bahkan perkampungan tergantung tempat yang menurut mereka strategis.

B.       Terbentuknya stuktur di Nanga Marau dan Nanga Putus
Ketika tahun berganti tahun, bulan bergati bulan, minggu pun bergati minggu akhirnya jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat baik di Nanga Marau maupun Nanga putus sendiri. dalam kehidupan masyarat dinanga putus maupun Nanga Marau belum ada struktur kepemimpinan yang teratur, ketika melihat jumlah penduduk yang semakin hari semakin meningkat maka timbulah rasa untuk membentuk sistem ke pengurusan meskipun kecamatan itu sendiri berada di Nanga Bunut.
Sebenarnya hubungan antara masyrakat Marau dan Nanga Putus pada waktu itu memang kurang baik karena ada perbedaan pendapat masalah siapa yang paling pertama datang ketempat yang sekarang disebut kampung dusun Karangang Raya. bukti dari ketiak kecocokan dari kedua kubu tersebut dapat dilihat dari tempat pemakaman saat penguburan jenazah. Nanga putus bagian kehulu sedangkan Nanga Marau bagian kehilir, padahal  sama ditempat itu juga hanya pembatasnya pohon beringin saya. Namun masyarakat nya yang cerdas meski ketua tidak saling akur tapi masyarakat tetap hidup akur dan berdampingan, melihat demikian maka terpukau lah hati dari kedua ketua tersebut maka dilanjutkanlah lagi tentang masalah kepengurusan atau struktur di daerah kedua tersebut dari penyatuan antara Nanga Marau dan Nanga Putus diambil satu nama yaitu SUAYA. Untuk masalah arti ini belum diketahui, karenapa mengambil dari nama SUAYA tersebut.

C.       Kehidupan masyarat Suaya
Masyrakat suaya berhubungan dagang dengan kampung boyan sungkin dan Nanga bunut yang transfortasi mengunakan samapan demi memenuhi kecukupan hidup. Pada masa itu kehidupan masyarakat suaya tingal ditepi pantai dan bahkan jika mereka mengunakan jalan darat masih mengunakan jalan setapak.
Kebanyakan masyarakat suaya berkerja sebagai peladang dan berkebun karet. Sistem berdagang tidak ada khusus di suaya, bagaimana mau berdagang uang kebanyakan dari masyarakat suaya tidak ada jika menginginkan sesuatu mereka masih ada menggunakan sistem barter barang, seperti beras ditukar dengan lesung dan sebaliknya. Kalau mengiginkan yang lain pasti menjual apa yang bisa dijual, seperti Getah karet, emas, dan lain-lain. Masyarakat terdahulu di kampung suaya ngak sempat noreh, karena hari banyak dihabiskan untuk beladang. Asal ada beras masyarakat sangat bersukur masalah sayur mereka mencari di hutan masalah lauk mereka cari disunggai. Itulah waktu yang berlalu yang dilakukan masyarakt suaya pada masa itu.
Pusat pemerintahan seluruh Kabupaten Kapuas Hulu hampir 40% berpusat di Nanga Bunut. Disitu merupakan kecamatan pada waktu itu sebelum ada pemekaran jalan raya. Masyarakat suaya jarang sekali berbelanja dikarenakan jarak tempuh yang sangat jauh dan memakan waktu yang cukup lama untuk tiba di Nanga Bunut tersebut.
Kalau dilihat kehidupan masyarakat pada masa itu khususnya di kampung suaya  pada ketika itu memang sangat miskin, bahkan ada sebagian masyarakat suaya yang kelaparan karena kekurang bahan panggan seperti beras dan lain-lain semua ini merupakan kendala dari beberapa faktor sebagai berikut:
a.   Faktor alam
Masyarakat memang beladang tapi ladang mereka selalu di ganggu masalah binatang seperti babai dan lain-lain. Ini menjadikan lahan ladang mereka menjadi rusak dan tidak bisa dipanen hasil ladangnya. ‘’Bagaimana tidak banyak binatang masyaratnya sedikit tapi daerahnya sangat laus sehingga mengakibatkan banyaknya binatang disuatu tempat tersebut. Walaupun tanaman telah di pagar tetap saya ada binatang. kalau bukan yang berjalan ditanah bintang yang bisa terbang’’ ini merupakan ungkapan dari Pak Abduramahman, sebgai orang yang tertua dikampung dusun Karang Raya.
b.      Faktor tempat
Untuk membeli beras ke kecamatan Nanga Bunut memakan waktu yang cukup lama sekali sehingga ada yang terjadi kelaparan untuk menuggu belanjaan datang.
Kalaupun membeli barang di boyan sungkin mereka malu sudah barang tentu mereka ada hutang yang belum di bayar, mau bayar hutang engak ada untuk membeli beras.
Tempat yang jauh untuk berhubungan dagang menjadikan masyrakat di Suaya semakin hari semakin terpuruk kedalam lembah kemiskinan yang tak berpuncak, makanya kehidupan dibagian hulu, khususnya kapuas hulu minin masalah pendidikan pada masa itu ya karena masalah kedala miskin yang semakin hari semakin memuncak dalam kehidupan masyarakat Suaya.
Hidup tidak ada untuk berpandangan setiap hari hanya berteman dengan alam saja tidak ada yang berpikir merubah cara pola hidup yang lebih baik, kehidupan masih saja sifatnaya menoton. Mengikuti tradisi yang diwariskan dari nenek moyangnya terdahulu.
D.      Masyarakat generasi muda di kamung Suaya
Ketika julah penduduk yang semakin hari semakin meninggkat bukan hanya di Suaya saja melainkan masyarakat yang ada di kapuas hulu pada masa itu maka pemerintah pusat memintah untuk diadakanlah pemerataan maslah jalan raya. Maka datanglah utusan dari Boyan Tanjung untuk meminta masyarakat suaya untuk pindah ke tanah darat bukan lagi di pesisir pantai sungai lagi, mendengar sepeerti itu golongan masyarakat muda mengiginkan pindah karena mereka tidak sangup hidup dipesisir sungai karena masalah banjir, lupur dan lain-lain. Kaki mereka tak pernah bersih karena banyak lumpur yang diakibatkan sering banjir. Sedangkan golongan tua menginginkan tetap disana karena mereka merasa banyak barang yang harus di jaga seperti sampan, lantin dan lain-lain.
Melihat perbedaan paham seperti ini konflik idiolgi tidak dapat dibendung antara masyarakat muda dan masyarakat tua.
Jika ada kegitan masalah gotong royan masyarakat tua bergumpul dengan masyarakat tua sedangkan yang masyarakat muda bergumpul sama masyarakat muda. Melihat separti ini akhirnya golongan masyarakat muda mulai mengubah pemikirian masyarakat di suaya masalah cara berladang yaitu berladang kebagian darat, buakan lagi kehulu sungai. Dan mengimingkan mereka bawa ditanah darat banyak terdapat kancil, rusa, kijang. Sehingga golongan tua ada yang tertarik dan mengikuti cara beladang golongan muda. Akhir semakin hari semakin dekat dengan tempat yang di inginkan untuk di jadikan jalan raya.
Sebagian dari masyarakat tua mulai mengerti dan memahami mengapa masyarakat muda memilih untuk tidak lagi tinggal dipesisir sunggai. akhirnya masyarakat tua mulai merengkul sesama tua untuk mulai menjauh dari pesisir pantai sunggai.

Bertahun- tahun masyarakat sering tinggal di tanah darat akhinya timbulah rasa suaka mereka karena halaman rumah mereka sudah tidak berlumpur lagi dan tanaman padi mereka dapat tumbuh subur karena jarang sekali di landa banjir.

E.        Terjadinya kampung Karang Raya
Ketika pemerintah membuka atau mengarap jalan raya yang melewati kampung suaya belum ada masyarakat satupun disitu, mereka masih jauh dari tempat itu. Akhirnya salah satu camat dari Nanga Bunut meminta kepada masyarakat yang ada di boyan tanjung untuk meminta masyarakat suaya untuk tingal di dekat jalan raya dengan harapan ketika pemasangan listrik PLN tidak terlalu banayak memakan tali untuk mendatang kerumah-kerumah penduduk suaya kala itu.
Perubahan masalah transfotasi dari sungai menjadi darat membuat masyarakat suaya belum bisa menerima semua itu mereka tidak mau pidah dari tempat itu dan bertahun-tahun jalan darat belum ada yang menggunakan. masyarakat tetap amsih menggunakan samapn jika mau berkepergian dari tempat satu dengan ketempat yang lain.
Berpindahnya masyarakat suaya ke jalan raya diakibatkan pengaruh dari luar seperti di boyan tanjung. Mereka melihat kampung begitu indah berjejer di dekat jalam raya dan ada sebagian yang membuka toko kelihatan sangat laris.bahkan bukan boyan tanjung saja yang melainkan diberbagai kampung sudah seperti itu, kehidupan bukan lagi menghadap kepantai melainkan sudah menghadap kejalan lintas dan bahkan kebanyakan dari kampung mereka kehidupan sanagat maju bila dibandingkan dngan masyarakat suaya.
Karena masalah faktor eksternal maka masyarakat suaya melakukan hal yang serupa seperti yang dilakukan kampung lain yatu tinggal didekat jalan raya. Masyarakat suaya mulai bermusuarah dan menentukan harapan mereka ternyata dapat diterima oleh masyarakat besar yang ada di suaya kala itu. Perpindahan masyarakat suaya kala itu tidak dilakukan secara beramai-ramai melainkan sipa yang rumahnya yang sudah tak layak huni maka pindahlah ke dekat jalan raya. Mereka tidak mengizin jika ada masyarakat membangun rumah bukan di dekat jalan raya ini demi kecepatan masyarakat supaya pindah semua. 
Inilah salah seorang yang pertama pindah ketempat dekat jalan raya sekarang disebut kampung dusun Karang Raya. 


  • Jalan karang raya sekarang
Ketika semua masyarakat disuaya sudah mulai habis pindah dekat jalan raya maka selanjutnya masyarakat menyusun struktur baru yang mana dengan harapan berubahnya atau barunya kampung baru juga nama maka terjadilah nama Karang Raya yang menjadi tempat tinggaal saya saat ini.
Dalam sebuah metamorposa kampung dusun Karang Raya  melalui tahap yang begitu pajang sampai menjadi kampung yang sesuai harapan  pemerintah daerah kala itu, yang mana penduduk yang ada diboyan tanjung khususnya yang ada diSuaya yaitu berumah tangga di dekat jalaan raya agar pemerintah bisa melihat langsung perkembangan dalam sebuah kampung.
Diambilnya nama kampung Karang Raya yaitu dari nama sebuah kampung yang pertama atau kampung tua yang masih tingal di pesisir sungai tersebut yaitu Nanga Marau dan Suaya. Di daerah Nanga Marau dahulu ada sebuah pantai pasir dan pantai pasir anehnya hanya ada satu, masyarakat menyebut pantai pasir adalah Kerangan, maka KARANG adalah sebutan dari Kerangan sedangkan RAYA adalah diambil dari nama Suaya. Dan beharapan nama RAYA juga bisa membawa kejayaan pada pada penduduk Karang Raya.
Dahulu penduduk yang ada didusun Karang Raya yang pertama hanya berjumlah rumah sebanyak tiga buah rumah saja pada tahun1984. Pendudkuk kala itu sudah mulai memanpaatkan jalan raya sebahagi transportasi walaupun masih menggunakan jalan kaki.
Tahap demi tahap masyarakat mulai melupakan tradisi berhubungan dengan kampung lain atau berkunjung kekampung lain menggunakan  transportasi laut yaitu sampan melainkan menggunakan jalan darat karena menurut mereka jika dibandingkan lebih dekat menggunakan jalan darat bila dibandingkan dengan jalan laut. Semakin hari semakin majululah penduduk yang ada dikampung didusun Karang Raya. Banyak orang-orang yang mengenyam pendidikan dikota yang kemudian diterapkan dikampung halaman mereka sendiri hasil dari pengelaman mereka sehingga ini menjadi batu loncatan untuk perkembangan kampung dusun Karang Raya kearah yang lebih baik dari sebelumya.
a.       Masyarakat Karang Raya sekarang
Dahulu kehidupan masyarakat karang raya masih bersifat menoton salah satu contohnya adalah bentuk rumah yang masih bersifat budaya yang diwariskan dari nenek moyang, bentuk rumahnya adalah dinding masih mengunakan kulit kayu, tapi sekarang bentuk rumah sudah moderen yaitu mengikuti perkembangan zaman mesikipun masih ada sebagian yang bercampur antara moderen dan budaya dari dayak yaitu mengunakan tiang.
Pengaruh kemajuan globalisasi sangat besar dampak untuk kehidupan khususnya masyarakat dusun Karang Raya yang mana mereka dapat belajar meski dari dunia elektronik. Lambat laun perkembangan pola pikir masyarakat pelosok dapat mengikuti perkembangan pola pikir orang kota atau perkembangan pola pikir orang maju.
Dahulu dalam satu keluarga pasti anak lebih dari lima orang tapi sekarang jumlah anak paling banayak berjumlah empat orang, ini sanagat membukti bahwa perkembangan pola pikir masyarakat semakin hari semakin maju.
Dalam kemajuan tidak dapat di hindar begitulah dampak yang terjadi dalam sebuah masyarakat yang maju ada dampak posif  dan ada yang negatf. Dampak negatif adalah ketika zaman dahulu masyarakat masih membudayakan yang namanya gotong royong tapi sekararang gotong royong sudah mulai pudar dalam kehidupan masyarakat. Banyak hal budaya yang telah dilupakan akibat dampak kemajuan dari globalisasi.
 Masyarakat sekarang yang ada di dusun Karang Raya


Rumah sekolah MADRASAH yang ada di dusun Karang Raya

Dusun Karang Raya terletak dibagian hilir diperempatan jalan diboyan tanjung. Karang raya masuk kedalam dan merupakan bagian dari daerah kecamatan Boyan Tanjung. Pusat dari pemerintahan masih di Boyan Tanjung. Disitu merupakan panduan masyarakat Karang Raya untuk menjalankan sistem pemerintahan.
Kehidupan masyarakat yang berada dikecamatan Boyan Tanjung masih hidup bertumpuk-tumpuk diakibatkan jumlah penduduk belum padat salah satunya masyarakat dusun Karang Raya, jarak anatara Boyan Tanjun dan Karang Raya ada 1kg%  diantara jarak kedua tersebut itu masih diselimut hutan dan tanaman karet
Didalam sistem pemerintahan di kapuas hulu kususnya daerah yang berada di kecamatan boyan tanjung pembangunan yang layak sangat lamabat contohnya masalah jalan raya yang berada di bagian hilir kecamatan boyan tanjung dari dahulu samapai sekarang belum juga ada perbaikan jalan untuk diaspal. Jalan dasar memang cepat datang tapi masalah jalan aspal belum bisa dikabul oleh pemerintah yang berada di pusat yaitu di putusibau.
Melihat perkembangan kampung yang berada dibagian hilir dikecamatan boyan tanjung memang belum bisa dibandingkan dengan pusat bila dilihat dari sumber daya manusianya tapi kalau masalah penghasilan hampir sama dengan penduduk yang berada dipusat.
Terkadang kendala masyarakat di bagian hilir Kususnya karang Raya untuk berhubungan ekonomi pasti permasalahan jalan, masyarakat sebenarnya sudah dikatakan maju tapi karena paktor jalan raya menjadi terhambat, ini merupakan penghambat proses kemajuan suatu daerah utuk berkembang atau berevolusi.
Sebenarnya kampung dusun Karang Raya bisa lebih maju dari sekarang karena tempatnya sangat strategis, asal saja pemerintah kabupaten Kapuas Hulu mau mengaspalkan jalan raya karena jalan dasar sekarang hampir menembus daerah naga Bunut.
Sebuah ciri dari kehidupan masyarakat yang berada di kecamatan Boyan Tanjung apa bila jalannya sudah di aspal pasti masyarakat menggubah pola perkerjaan tidak lagi berladang melainkan mereka berdagang dan lain-lain yang lebih kesifat bisnis.