BIOGRAFI
AKU INGIN MELIHAT MATA HARI
nama: mansur
ttl ; Karang Raya.17.10.1992
alamat:kab. Kapuas Hulu.kec. Boyan Tanjung.dusun. Karang Raya
no hp :085822438022
Segelintir
latar belakang
Dalam
gelamornya dunia gelobalisasi banyak anak yang seusianya hidup mewah dan serba
dalam kecukupan baik dari segi ekonomi maupun pinansial lainya. Seperti langit
dan bumi itulah kata yang cocok untuk anak yang bernama MANSUR. Hiupnya banyak
dia habiskan di dunia perkerjaan yang bukan pada sepantasnya pada usia kala
itu.
Dalam
hidupnya dia hanaya percaya pada kata-kata atau perinsip yang dia pegang yaitu
disetiap ada kemauan pasti ada jalan dan do’a selalu tidak terlupakan saat dia
memulai langkahnya menuju suatu harapan besar.
Awalnya dia
adalah anak yang hampir putus asa ketika dia melihat kehidupan orang lain yang
jauh sekali berbeda dari kehidupan dalam keluarganaya. Dia merasa bahwa
hidupnya memang segitulah garinya yang tuhan tentukan padanya. Hari berlalu
demi hari, minggu belalu demi minggu, bahkan tahun bergati demi tahun tampa ada
satupun harapan yang dia harapkan dari rotasi watu tersebut, dia bagaikan tak
menikmati watu yang berlalu adalah suatu peroses seharusnya dia lakukan.
Sebenarnaya kepahitan hidup adalah batu loncatan untuk hidup yang lebih baik.
a. Segelitir perjalan hidupku
Ketika pagi
yang cerah dan hari yang indah berangkat lah dia kesekolah seperti biasanya,
bersama dengan kedua kakinya menempuh perjalanan yang hampir dua Kg jarak
tempuh sekolahnya dari rumahnya dengan lengak lengok yang semangat dilontaiyan
tangan nya yang seperti orang yang tak mempunya masalah, maka datanglah dia
kesekolah dan mengikuti kegiatan belajar seperti yang dilakukan oleh temanya.
Beberapa menit kemudia datang lah guru Bahasa Indonesia mengajarkan mereka
menyuruh mereka untuk mengarang sebuah cerita, dengan teliti dan serius dia
melakukan perintah yang telah gurunya pinta, dan dia bacakan di depan kelas,
ternyata karangan dialah yang menjadi yang terbaik kala itu. Dengan semangat
dan senyum yang iklas dia pamerkan didepan kelasnya. Tampa ada panjang lebar
langsung gurunya memujinya dan mengatakan kepada dia didepan teman-temanya
bahwa kelak dia akan menjadi anak yang sukses dan membangakan. Ternyata pujian
itu membuat dia menjadi semangat dan percaya apa kata guru itu akan jadi
kenyatan bauatnya.
Berlalunya
waktu yang saya habiskan rasanya tidak
mau membuangnya dengan sia-sia. Mulailah saya semangat ketika menghadapi hidup
yang saya jalani. Dari semua perkerjaan yang
lakuniku tidak malu dan gengsian saya hanya percaya bahwa perkerjaan
dialakuni untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya hanya dilakukan sementara, dan
saya percaya suatu saat saya tidak akan mengerjakan itu lagi melainkan
perkerjaan yang lebih baik pada suatu saat. dengan cara menekuni pendidikan.Banyak
kehidupan pahit yang aku rasakan selama menempuh pendidikan. Apa yang dimiliki
orang lain seperti pasilitas sekolah dan pendukung yang lain itu ada berbeda
dengan saya semua itu kalau ada hanya kudapat dari khayalku saja, dan semangat
yang ku titipkan di harapanku lebih besar dari orang yang serba kecukupan itu.
Suatu kesuksesan tidak akan didapatkan dikasur yang empuk, makan yang enak dan
tidur yang nyenyak melain kan didapatkan dari tangisan dan cucuran darah
penderitaan.
Disetiap
perjalannanku tak pernah ada tawa yang lepas melainkan sebuah senyuman yang tertahan
oleh masalah dalam hidup, setiap mau terbang bebas rasanya kakiku masih terikat
oleh tali kehidupan yang memang mencekek leher. Yang membuat aku semangat terus
aku selalu merasa disetiap perjalan dalam dunia pendidikan ku semakin hari
semakin dekat rasanya, paling senang menghitung hari meski masih dalam puluhan
tahun tapi bagiku itu membuat aq telah merasa berhasil melalui tahun dan hari
yang telah berlalu. Satu hal yang tak pernah aq lupakan teman yang selalu
bersamaku dan teman yang selalu memberiku jalan kearah yang semakin hari
semakin terang yaitu tuhan dan orang tuaku. Orang sepertiku mengadu dan meminta
kepada orang lain untuk membantuku samalah seperti aku seorang pengemis dilampu
merah, hanya dipandang tapi tidak dihiraukan.
Dalam hidup
tuhanlah yang pantas untuk kita menitip harapan dan baantuan,jika jauh dari itu
sama saja kamu berdiri diatas lantai tampa kaki yang bertulang. Hidupku tak
seindah mereka yang ada disekelingku aku hanya bisa tersenyum namun tidak lepas
seperti mereka.
Setiap malam
hanya berteman dengan hayalan dan pikiran bagai mana aku besok dan apa yang
harus aku lakukan. Mungkin benar pepatah mengatakan empedu memang pasangan
dengan madu asal saja seorang mau sabar dan terus berusaha.
1.
Ketikaku
mulai dewasa
Saat usiaku
berumur 20 tahun kehidupan ku mulai terlihat ada cercahan sinar matahari yang
mulai mewarnai kehidupan ku yang dahulu tersa gelap. Maka dengan semangat yang
keras kemauan yang besar dititipkanlah aku oleh orang tua ku kekota untuk
belajar hidup yang lebih baik walau aku tahu ketika saya pergi berangkat
menempuh pendidikan yang lebih baik pasti keluargaku bertambah sengsara dan
menderita.
Kedua orang tuaku yang sangat rentan diusia
tua mereka harus memikul perkerjaan yang tak semestinya mereka lakukan. Walau
aku tahu mereka pernah menagis karena kerasnya perkerjaan demi mencukupi
kebutuhan ku dikaota tetapi mereka tidak pernah mengeluh mereka selalu
tersenyum dan bahagia di depanku, aku mengetahui mereka sangat sakit membiayaku
ketika aku melihat mereka disaat tidur, mereka sangat terlelap dan kelihatan
sangat leleh. Jari-jari mereka terhias akan lingkaran urat tangan akibat beban
kerja yang terlalu berat.
Ketika saya
sampai dikota dan menempuh pendidikan saya datang hanya bermodal dengan harapan
dan keyakinan bisa kuliah, bahkan tempat tinggal saya ketika dikota tidak
dipikirkan, lagi-lagi tuhan tunjukan saya jalan dan saya ditampung oleh seorang
teman saya yang sangat baik hati dan mengisinkan saya untuk tingal dirumahnya.
Kehidupan
ku yang sangat miskin membuat hati hampir rapuh ketiaka saya pergi kuliah tidak
ada pasilitas untuk saya pergunakan, melainkan saya nebeng atau menumpang kawan
setiap hari agar bisa sampai di kampus. Betahun-tahun saya selalu dikasiahani
orang lain dan tampa ada upaya apa yang harus saya lakukan, bahkan saya pernah
berandai jika tubuh saya dua akan saya bagikan yang satu untuk berkerja dan
satu untuk melanjutkan pendidikan saya. Diantara ribuan mahasiswa mungkin saya
sebagian darinya yang termaksud tak tahu apa dan siapa diri saya. Malam berlalu
selau ditemanai dengan air mata dan keperihan hati yang tak terhinga sakitnya.
Alham
dullah perjalanan hidupku semakin hari semakin menemu secercah cahaya yang
membuat saya mulai merasa tersenyum dan mengetahui dunia itu adalah penuh
dengan tantangan dan semangat yang kuat jika menjalaninya. Jika hidupmu
berpangku tangan maka akan mendapatkan hasil yang hampa. Hidup perlu di kejar
supaya kamu mendapatkan hasil yang lebih baik.
b. Masa kanak sebelum sekolah
Anak yang
di usia 5-6 tahun adalah anak yang menikmati masa TK atau menikmati masa
bermain yang menyenangkan bersama dengan teman-temannya. Itu sangat berbeda
dengan saya. Kala saya di usia seperti diatas adalah masa saya banyak bersama
dengan orang tua saya diladang. Saya bersama mereka menanam padi, masa bermain
dengan teman-teman sebaya mungkin dikatakan kurang. Dari bangun pagi hingga
sore hari saya hanya bisa melihat hamparan padi diladang. Tuntutan hidup sunguh
telah merengut masa indah diusia kecilku, niat hati mau mengikuti kegiatan atau
permainan yang teman saya lakukan namun saya tidak pernah ada dikampung
melainkan saya dihutan bersama dengan orang tua saya. Rumah diladang berdinding
dengan kulit pohon kayu dan beratap daun pohon besar membuat merasa dalam
surga, makanan yang sederhana hanya bersayur dengan daun-daun mentimun batang
menjadi kenikmatan tersendiri bagiku.
Dalam
berlikunya hidupku tak pernah ada rasa mengeluh dan penyesalan karna dengan
hidup seperti itu sangat membantu saya mengerti bahwa didunia ini bukan tempat
kita menikmati hidup dan berhura-hura melainkan tempat kita untuk merencana dan
mengejar target sebesar mana yang kita impikan.
Dikampung
halaman saya jika berladang dihutan balik kekampung hanya setahun sekali. Maka
masa itu yang saya gunakan untuk bermain dengan teman-teman. Itupun di izinkan
dah waktu sore, sekitar jam tiga (3) dan jam (4) saya harus balik di perintah
orang tua saya mengaji dan shalat. Sedangkan diwaktu siang saya biasa digunakan
untuk menemani ayah saya di kebun karet membantu dia membabat rumput dipohon
karet “kata bapak saya jika pohon karet ini tak ada rumput maka diperkirakan
karet ini akan cepat besar dan bisa ditores’’. Tahun berganti tahun terus
kujalani seperti itu terus, terkadang ada merasa mengeluh mengapa orang tua
memperlakukanku, tapi saya menjadari karena saya anak laki-laki tertua dari
empat saudara saya meski secara rintetan saya anak kedua dari kakak saya yang
perempuan. Satu keinginan besarku saat saya di usia anak-anak adalah berharpan
semoga ini tak tejadi pada adik-adikku, yang saya inginkan adalah kebebasan
penuh untuk adik-adikku menikmati masa kanak-kanakan mereka dan alhamdullah
semua itu bisa terujud sampai sekarang.
c. Masa kanak-kanak saat SD
Tahun 2000
adalah masa saya menempuh pendidikan dasar pertama dengan semangat dan bahagia
yang saya rasakan saat itu bahkan saya sampai tak sabar menungu matahari keluar
menyinari tumbuhan hijau dikampung halamanku. Akirnya saat yang ditungu datang
jaua dan dengan semangatnya saya buaikan tangan dan lankahan kati dengan
menempuh perjalanan hampir sejauh dua (2) kg perjalanan, datanglah di tempat
saya sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan dewan guru
pada saat itu.
Hari
berganti hari, minggu pun berganti minggu, bulan pun terus berganti, dan tahun
pun berganti tahun selama enam (6) tanun menempuh pendidikan ada banyak hal
yang saya rasakan dan lakukan.terutama sampai saya bisa menyelesaikan sekolah
saya. Jalan yang hampir dua (2) kg dari
sekolah saya menuju rumah masa itu tidak membuat saya merasa kelelahan meskipun
terik matahari saat saya balik sekolah tidak memupus harapan saya terus
melanjutkan pendidikan. Sebelum berangakat sekolah saya berbekal nasi dan air,
air putih yang dimasukan kedalam botol
pelastik sakin terus dipakai botol pelastik sampai berwarna kekuning- kuningan.
Nasi yang saya bawa dimakan di jalan saat pualang sekoalah. Pada saat itu saya
tak pernah jajan di warung karena tidak dibekali oleh orang tua saya uang, jika jam isterahat saya
hanya bisa melihat teman saya tertawa bahagia saat makan dikantin. Tapi setelah
mau hampir jam pulang saya paling bahagia karena saya mau cepat-cepat makan
ditempat yimpan makanan di tengah jalan dibalik semak-semak rerumputan, makanan
sengaja disembunyikan dan tidak mau dibawa kesekoalah takut dimakan
teman-teman. Jika misal dirumah ngak ada makanan maka di waktu jam pualang
sekoalah saya mencari buah singkong untuk dimakan dan bisa kuat mendatangkan
diri sampai kerumah.
Di usia anak semasa sebelum sekolah saya
kurang bahagia terutama bermain, maka saya memanfaatkan selama sekolah saya
banyak bermain dengan teman-teman. Tapi setelah balik dari sekolah saya
membantu kedua orang tua saya diladang dan setiap kali balik dari sekolah saya langsung keladang lagi-lagi waktu
bermainku tiadak saya rasakan. Dimalam hari hanya melihat cahaya pelita itu
yang saya gunakan untuk belajar. Suasana yang sepi dan sunyi menjadi kenyamanan
tersendiri buat saya belajar apalgi
ditemani ayah saya tercinta. Pelajaran yang ayah saya berikan tidak ada lain
selain matematikabelajar tentang menambah, membagi, mengali dan mengurang
itulah setiap malam yang ayah saya ajarkan.
Saya sangat
bahagia kala itu meski kehidupan kami yang kekurangan namun saya merasa kebersamaan
dengan orang tua sangat begitu dekat. Tersenyum bahagia kala menyambut pagi
terasa indah apalagi kala itu saya mandi ditemani kakek saya meski harus mandi
disungai. Saya tidak banyak menikmati dunia permainan kala anak-anak namun saya
lebih banyak dihabiskan bersama orang tua saya diladang.
d. Semasa SMP
Ketika
mengetahi saya lulus ujian Sekolah Dasar saya mulai bergegas dan menyiapkan
persyaratan untuk masuk sekolah menengah pertama. Dan saat itu harapan dan
cita-citaku mulai terpikirkan, saya merasa bahagia sekali karna diantara teman
saya ada sebagian yang bisa melanjutkan pendidikan di tingkat pertama. Sebelum
masuknya saya ke sekolah menengah pertama segala perlengkapan dari pakaiyan dan
lain sebagainya saya dapatkan dengan usaha sendiri, yaitu menoreh dan hasilya itu saya tabung untuk biaya
pendidikan saya. Dengan semangat dan tekat yang kuat saya menungu hari masuknya
pertama di sekolahku yang baru. Pada saat-saat yang saya tungu datang juga lah
pada hari yang saya inginkan yaitu hari pertama masuk sekolah. Selama masuk
pertama sampai pada semester pertama tidak ada banyak hal yang saya lakukan melainkan
masih tahap menyesuaikan lingkungan dan merasakan apa itu pendidikan dan apa yang
telah berubah dari diri saya selama menempuh pendidikan. Dan saya merasa tidak
ada perubahan dalam diri saya terasa hanya itu-itu saja, malah saya mulai
merasa bosan dengan sekolah, kehidupan kami begitu-begitu saja.
Di tingkat
sekolah menengah pertama suasana berubah saya lenih merasa minder dari teman-teman saya, kebanyakan dari mereka
kesekolah kalau tidak diantar mereka membawa motor sendiri. Sedangkan saya dari
sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama masih saja berjalan kaki.
Sedangkan teman-teman saya yang tidak melanjutkan sekolahnya ke sekoalah
menengah pertama kebanyakan dari mereka sudah punya motor. Saat itu suasanaku
semakin hari semakin ragu dengan jalan yang saya ambil yaitu melanjutkan
sekalah lagi. Saya dapat merasakan naik motor dari sekoalah dasar samapai
sekolah mengah pertama mengharap belas kasihan orang lain yang lewat yang satu
arah dengan saya. Setiap kali libur semester saya selalu mencari uang untuk
membiayai sekolah saya, pernah suatu hari saya dan teman saya bernama basirun
ketika libur semester mencari emas di bekas tambang emas dan berharap bisa
mendapatkan uang dan ditabung untuk pembiayaan sekolah kami berdua.
Satu hal
yang selalu membuat saya menjadi seperti sekarang adalah saya didampingi para
sahabat yang terbaik selalu memberi
semangat satu sama lain meski kami semua
sama-sama dalam kekurangan tapi kami bertiga mempunyai mimpi yang besar, mimpi yang tidak dimiliki orang lain.
Diwaktu
semasa sekoalah menengah pertama biaya sekolah saya dari kelas satu
samapai selesai tidak dibantu oleh orang
tua saya bukan mereka tidak mau membantu tapi saya yang meminta kepada mereka
jangan ikut membantu saya ketika saya masih melanjutkan pendidikan dikampung.
Kebetulan sekolah saya dari sekolah
dasar hingga samapai sekolah menengah
atas masih dikampung. Itulah alasan mengapa saya tidak mau dibantu
dibiyayakan uang sekolah.
Di semester
pertama atau dikelas satu saat saya masih di sekoalah menengah pertama saya merasa membenci yang namanya
pendidikan, saya berfikir sekolah tidak bisa membawa perubahan dalam hidup
saya, malah masih saja saya belum bisa bertutur sapa yang baik dengan
masyarakat dan dihargai oleh teman-teman
saya kusunya yang satu kampung dengan
saya, saya merasa jika didalam satu kampung saja saya tidak di hargai apalagi
diluar kampung. Perlahan namun pasti saya meyakini bahwa harkat martabat
seseorang itu akan berubah hanya dengan pendidikanlah. Saya dari keluarga yang
karang mampu, saya berfikir jika saya berhenti sekoalah, menuruti hawa nafsu
saya maka saya tidak ada beda dengan
orang tua saya. Mereka perkerja keras lo kok saya juga perkerja keras.
Saat di kelas dua sekolah meneganh pertama sudah mendekati semester kedua saya mempunyai tujuan yang besar yaitu pengen
melanjutkan sekoalah ke jejang yang lebih tingi. Saya mulai meyakini betul apa
yang menjadi perisip saya bahwa” harkat martabat saya dan keluarga akan berubah
adalah jika saya bisa mendapatkan PNS” itu kata yang ada dalam pemikiran saya
kala itu.
Suatu
ketika dalam keluarga saya di anugrahkan
reseki yang luar biasa besar, yaitu hasil toresan kami sekeluarga di kebun karet pertama kami, memcai satu ton,
kala itu harga karet satu kilo di pontianak mencapai Rp 8.000 Per kg. Berati
jika satu ton ada sebanyak Rp 8.000.000 Jadi ayah saya bermusuarah kepada saya
dan ibu saya katanya “ hasil ini mau diguanakan apa” kata ibu saya “ terserah
abang” yaitu mengatakan kepada saya, nama pangilan saya dalam keluarga saya adalah
abang. Saya menjawab di serahkan kepada kalin selaku orang tua saya, saya
terima saja apa keputusan ayah. Pas pagi itu paman saya pergi kepontianak
menjual getah karet dia dan kami kala itu, paman saya berkata “mok... (itu
pangilan nama ayah saya) saya melihat teman mansur yang sesama SMP, semua pakai
motor apa mansur dibelikan motor apa tidak...”ayah saya terdiam sejenak,
nantilah saya tanya anak saya mau tak di belikan motor. Pas malam hari paman
saya menelfon kembali menyakan keputusan ayah saya masalah motor itu tadi. Dan
langsung ayah saya menanyakan kepada saya mau atau tidak. Saya lama berfikr
kata saya “ belikan saja dulu tapi kala itu saya sudah punya rencana bahwa
motor itu akan saya bisniskan dan saya tau siapa orang yang akan saya datangi
dan ditawarkan dengan motor itu. Sebelum paman saya datang kekampung dari pontianak saya sudah duluan datang
menemuai orang yang saya maksud. Dan menawarkan apa yang saya rencanakan tadi,
dia setuju dan saya bialang kepada dia atau bapak ( yang saya tawarkan motor )
jangan pakai uang semua tapi saya mau pakai
sapi betina bapak. Kala itu kami sudah
ada sapi jantan, nah itualah harapan saya dalam pemikiran saya yang bisa
mengantarkan saya melanjutkat pendidikan kejenjang yang lebih tingi lagi. Dan
saya harus mau bersabar dan menderita selama sekoalh saya tidak pakai motor
harus jalan kaki itu konsekuensi yang harus saya terima.
Ketika
bapak saya mengetahui sebuah rencana saya dan memilih tidak memakai motor baru,
bapak merasa bangga dengan keputusan saya. Sebenar hati kecilku menagis melihat
motor baru dan saya hanya bisa menatapi yang bukan jadi milik saya tapi saya
juga menyadari itulah peroses hidupku yang terlahir dari serba kekurangan
untuk mendapatkan satu impian dan
perubahan dimasa depan saya harus mengorbankan masa kini.
No comments:
Post a Comment