Wednesday 5 November 2014

sejarah (biografi mansur)


BIOGRAFI
AKU INGIN MELIHAT MATA HARI
nama: mansur
ttl     ; Karang Raya.17.10.1992
alamat:kab. Kapuas Hulu.kec. Boyan Tanjung.dusun. Karang Raya
no hp  :085822438022

Segelintir latar belakang
Dalam gelamornya dunia gelobalisasi banyak anak yang seusianya hidup mewah dan serba dalam kecukupan baik dari segi ekonomi maupun pinansial lainya. Seperti langit dan bumi itulah kata yang cocok untuk anak yang bernama MANSUR. Hiupnya banyak dia habiskan di dunia perkerjaan yang bukan pada sepantasnya pada usia kala itu.
Dalam hidupnya dia hanaya percaya pada kata-kata atau perinsip yang dia pegang yaitu disetiap ada kemauan pasti ada jalan dan do’a selalu tidak terlupakan saat dia memulai langkahnya menuju suatu harapan besar.
Awalnya dia adalah anak yang hampir putus asa ketika dia melihat kehidupan orang lain yang jauh sekali berbeda dari kehidupan dalam keluarganaya. Dia merasa bahwa hidupnya memang segitulah garinya yang tuhan tentukan padanya. Hari berlalu demi hari, minggu belalu demi minggu, bahkan tahun bergati demi tahun tampa ada satupun harapan yang dia harapkan dari rotasi watu tersebut, dia bagaikan tak menikmati watu yang berlalu adalah suatu peroses seharusnya dia lakukan. Sebenarnaya kepahitan hidup adalah batu loncatan untuk hidup yang lebih baik.
a.     Segelitir perjalan hidupku
Ketika pagi yang cerah dan hari yang indah berangkat lah dia kesekolah seperti biasanya, bersama dengan kedua kakinya menempuh perjalanan yang hampir dua Kg jarak tempuh sekolahnya dari rumahnya dengan lengak lengok yang semangat dilontaiyan tangan nya yang seperti orang yang tak mempunya masalah, maka datanglah dia kesekolah dan mengikuti kegiatan belajar seperti yang dilakukan oleh temanya. Beberapa menit kemudia datang lah guru Bahasa Indonesia mengajarkan mereka menyuruh mereka untuk mengarang sebuah cerita, dengan teliti dan serius dia melakukan perintah yang telah gurunya pinta, dan dia bacakan di depan kelas, ternyata karangan dialah yang menjadi yang terbaik kala itu. Dengan semangat dan senyum yang iklas dia pamerkan didepan kelasnya. Tampa ada panjang lebar langsung gurunya memujinya dan mengatakan kepada dia didepan teman-temanya bahwa kelak dia akan menjadi anak yang sukses dan membangakan. Ternyata pujian itu membuat dia menjadi semangat dan percaya apa kata guru itu akan jadi kenyatan bauatnya.
Berlalunya waktu yang saya habiskan rasanya  tidak mau membuangnya dengan sia-sia. Mulailah saya semangat ketika menghadapi hidup yang saya jalani. Dari semua perkerjaan yang  lakuniku tidak malu dan gengsian saya hanya percaya bahwa perkerjaan dialakuni untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya hanya dilakukan sementara, dan saya percaya suatu saat saya tidak akan mengerjakan itu lagi melainkan perkerjaan yang lebih baik pada suatu saat. dengan cara menekuni pendidikan.Banyak kehidupan pahit yang aku rasakan selama menempuh pendidikan. Apa yang dimiliki orang lain seperti pasilitas sekolah dan pendukung yang lain itu ada berbeda dengan saya semua itu kalau ada hanya kudapat dari khayalku saja, dan semangat yang ku titipkan di harapanku lebih besar dari orang yang serba kecukupan itu. Suatu kesuksesan tidak akan didapatkan dikasur yang empuk, makan yang enak dan tidur yang nyenyak melain kan didapatkan dari tangisan dan cucuran darah penderitaan.
Disetiap perjalannanku tak pernah ada tawa yang lepas melainkan sebuah senyuman yang tertahan oleh masalah dalam hidup, setiap mau terbang bebas rasanya kakiku masih terikat oleh tali kehidupan yang memang mencekek leher. Yang membuat aku semangat terus aku selalu merasa disetiap perjalan dalam dunia pendidikan ku semakin hari semakin dekat rasanya, paling senang menghitung hari meski masih dalam puluhan tahun tapi bagiku itu membuat aq telah merasa berhasil melalui tahun dan hari yang telah berlalu. Satu hal yang tak pernah aq lupakan teman yang selalu bersamaku dan teman yang selalu memberiku jalan kearah yang semakin hari semakin terang yaitu tuhan dan orang tuaku. Orang sepertiku mengadu dan meminta kepada orang lain untuk membantuku samalah seperti aku seorang pengemis dilampu merah, hanya dipandang tapi tidak dihiraukan.
Dalam hidup tuhanlah yang pantas untuk kita menitip harapan dan baantuan,jika jauh dari itu sama saja kamu berdiri diatas lantai tampa kaki yang bertulang. Hidupku tak seindah mereka yang ada disekelingku aku hanya bisa tersenyum namun tidak lepas seperti mereka.
Setiap malam hanya berteman dengan hayalan dan pikiran bagai mana aku besok dan apa yang harus aku lakukan. Mungkin benar pepatah mengatakan empedu memang pasangan dengan madu asal saja seorang mau sabar dan terus berusaha.
1.            Ketikaku mulai dewasa
Saat usiaku berumur 20 tahun kehidupan ku mulai terlihat ada cercahan sinar matahari yang mulai mewarnai kehidupan ku yang dahulu tersa gelap. Maka dengan semangat yang keras kemauan yang besar dititipkanlah aku oleh orang tua ku kekota untuk belajar hidup yang lebih baik walau aku tahu ketika saya pergi berangkat menempuh pendidikan yang lebih baik pasti keluargaku bertambah sengsara dan menderita.
 Kedua orang tuaku yang sangat rentan diusia tua mereka harus memikul perkerjaan yang tak semestinya mereka lakukan. Walau aku tahu mereka pernah menagis karena kerasnya perkerjaan demi mencukupi kebutuhan ku dikaota tetapi mereka tidak pernah mengeluh mereka selalu tersenyum dan bahagia di depanku, aku mengetahui mereka sangat sakit membiayaku ketika aku melihat mereka disaat tidur, mereka sangat terlelap dan kelihatan sangat leleh. Jari-jari mereka terhias akan lingkaran urat tangan akibat beban kerja yang terlalu berat.
Ketika saya sampai dikota dan menempuh pendidikan saya datang hanya bermodal dengan harapan dan keyakinan bisa kuliah, bahkan tempat tinggal saya ketika dikota tidak dipikirkan, lagi-lagi tuhan tunjukan saya jalan dan saya ditampung oleh seorang teman saya yang sangat baik hati dan mengisinkan saya untuk tingal dirumahnya.
Kehidupan ku yang sangat miskin membuat hati hampir rapuh ketiaka saya pergi kuliah tidak ada pasilitas untuk saya pergunakan, melainkan saya nebeng atau menumpang kawan setiap hari agar bisa sampai di kampus. Betahun-tahun saya selalu dikasiahani orang lain dan tampa ada upaya apa yang harus saya lakukan, bahkan saya pernah berandai jika tubuh saya dua akan saya bagikan yang satu untuk berkerja dan satu untuk melanjutkan pendidikan saya. Diantara ribuan mahasiswa mungkin saya sebagian darinya yang termaksud tak tahu apa dan siapa diri saya. Malam berlalu selau ditemanai dengan air mata dan keperihan hati yang tak terhinga sakitnya.
Alham dullah perjalanan hidupku semakin hari semakin menemu secercah cahaya yang membuat saya mulai merasa tersenyum dan mengetahui dunia itu adalah penuh dengan tantangan dan semangat yang kuat jika menjalaninya. Jika hidupmu berpangku tangan maka akan mendapatkan hasil yang hampa. Hidup perlu di kejar supaya kamu mendapatkan hasil yang lebih baik.



b.   Masa kanak sebelum sekolah
Anak yang di usia 5-6 tahun adalah anak yang menikmati masa TK atau menikmati masa bermain yang menyenangkan bersama dengan teman-temannya. Itu sangat berbeda dengan saya. Kala saya di usia seperti diatas adalah masa saya banyak bersama dengan orang tua saya diladang. Saya bersama mereka menanam padi, masa bermain dengan teman-teman sebaya mungkin dikatakan kurang. Dari bangun pagi hingga sore hari saya hanya bisa melihat hamparan padi diladang. Tuntutan hidup sunguh telah merengut masa indah diusia kecilku, niat hati mau mengikuti kegiatan atau permainan yang teman saya lakukan namun saya tidak pernah ada dikampung melainkan saya dihutan bersama dengan orang tua saya. Rumah diladang berdinding dengan kulit pohon kayu dan beratap daun pohon besar membuat merasa dalam surga, makanan yang sederhana hanya bersayur dengan daun-daun mentimun batang menjadi kenikmatan tersendiri bagiku.
Dalam berlikunya hidupku tak pernah ada rasa mengeluh dan penyesalan karna dengan hidup seperti itu sangat membantu saya mengerti bahwa didunia ini bukan tempat kita menikmati hidup dan berhura-hura melainkan tempat kita untuk merencana dan mengejar target sebesar mana yang kita impikan.
Dikampung halaman saya jika berladang dihutan balik kekampung hanya setahun sekali. Maka masa itu yang saya gunakan untuk bermain dengan teman-teman. Itupun di izinkan dah waktu sore, sekitar jam tiga (3) dan jam (4) saya harus balik di perintah orang tua saya mengaji dan shalat. Sedangkan diwaktu siang saya biasa digunakan untuk menemani ayah saya di kebun karet membantu dia membabat rumput dipohon karet “kata bapak saya jika pohon karet ini tak ada rumput maka diperkirakan karet ini akan cepat besar dan bisa ditores’’. Tahun berganti tahun terus kujalani seperti itu terus, terkadang ada merasa mengeluh mengapa orang tua memperlakukanku, tapi saya menjadari karena saya anak laki-laki tertua dari empat saudara saya meski secara rintetan saya anak kedua dari kakak saya yang perempuan. Satu keinginan besarku saat saya di usia anak-anak adalah berharpan semoga ini tak tejadi pada adik-adikku, yang saya inginkan adalah kebebasan penuh untuk adik-adikku menikmati masa kanak-kanakan mereka dan alhamdullah semua itu bisa terujud sampai sekarang.
c.    Masa kanak-kanak saat SD
Tahun 2000 adalah masa saya menempuh pendidikan dasar pertama dengan semangat dan bahagia yang saya rasakan saat itu bahkan saya sampai tak sabar menungu matahari keluar menyinari tumbuhan hijau dikampung halamanku. Akirnya saat yang ditungu datang jaua dan dengan semangatnya saya buaikan tangan dan lankahan kati dengan menempuh perjalanan hampir sejauh dua (2) kg perjalanan, datanglah di tempat saya sekolah dan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan dewan guru pada saat itu.
Hari berganti hari, minggu pun berganti minggu, bulan pun terus berganti, dan tahun pun berganti tahun selama enam (6) tanun menempuh pendidikan ada banyak hal yang saya rasakan dan lakukan.terutama sampai saya bisa menyelesaikan sekolah saya. Jalan yang  hampir dua (2) kg dari sekolah saya menuju rumah masa itu tidak membuat saya merasa kelelahan meskipun terik matahari saat saya balik sekolah tidak memupus harapan saya terus melanjutkan pendidikan. Sebelum berangakat sekolah saya berbekal nasi dan air, air putih yang dimasukan  kedalam botol pelastik sakin terus dipakai botol pelastik sampai berwarna kekuning- kuningan. Nasi yang saya bawa dimakan di jalan saat pualang sekoalah. Pada saat itu saya tak pernah jajan di warung karena tidak dibekali oleh  orang tua saya uang, jika jam isterahat saya hanya bisa melihat teman saya tertawa bahagia saat makan dikantin. Tapi setelah mau hampir jam pulang saya paling bahagia karena saya mau cepat-cepat makan ditempat yimpan makanan di tengah jalan dibalik semak-semak rerumputan, makanan sengaja disembunyikan dan tidak mau dibawa kesekoalah takut dimakan teman-teman. Jika misal dirumah ngak ada makanan maka di waktu jam pualang sekoalah saya mencari buah singkong untuk dimakan dan bisa kuat mendatangkan diri sampai kerumah.
 Di usia anak semasa sebelum sekolah saya kurang bahagia terutama bermain, maka saya memanfaatkan selama sekolah saya banyak bermain dengan teman-teman. Tapi setelah balik dari sekolah saya membantu kedua orang tua saya diladang dan setiap kali balik dari sekolah  saya langsung keladang lagi-lagi waktu bermainku tiadak saya rasakan. Dimalam hari hanya melihat cahaya pelita itu yang saya gunakan untuk belajar. Suasana yang sepi dan sunyi menjadi kenyamanan tersendiri buat  saya belajar apalgi ditemani ayah saya tercinta. Pelajaran yang ayah saya berikan tidak ada lain selain matematikabelajar tentang menambah, membagi, mengali dan mengurang itulah setiap malam yang ayah saya ajarkan.
Saya sangat bahagia kala itu meski kehidupan kami yang kekurangan namun saya merasa kebersamaan dengan orang tua sangat begitu dekat. Tersenyum bahagia kala menyambut pagi terasa indah apalagi kala itu saya mandi ditemani kakek saya meski harus mandi disungai. Saya tidak banyak menikmati dunia permainan kala anak-anak namun saya lebih banyak dihabiskan bersama orang tua saya diladang.



d.   Semasa SMP
Ketika mengetahi saya lulus ujian Sekolah Dasar saya mulai bergegas dan menyiapkan persyaratan untuk masuk sekolah menengah pertama. Dan saat itu harapan dan cita-citaku mulai terpikirkan, saya merasa bahagia sekali karna diantara teman saya ada sebagian yang bisa melanjutkan pendidikan di tingkat pertama. Sebelum masuknya saya ke sekolah menengah pertama segala perlengkapan dari pakaiyan dan lain sebagainya saya dapatkan dengan usaha sendiri, yaitu menoreh dan  hasilya itu saya tabung untuk biaya pendidikan saya. Dengan semangat dan tekat yang kuat saya menungu hari masuknya pertama di sekolahku yang baru. Pada saat-saat yang saya tungu datang juga lah pada hari yang saya inginkan yaitu hari pertama masuk sekolah. Selama masuk pertama sampai pada semester pertama tidak ada banyak hal yang saya lakukan melainkan masih tahap menyesuaikan lingkungan dan merasakan apa itu pendidikan dan apa yang telah berubah dari diri saya selama menempuh pendidikan. Dan saya merasa tidak ada perubahan dalam diri saya terasa hanya itu-itu saja, malah saya mulai merasa bosan dengan sekolah, kehidupan kami begitu-begitu saja.
Di tingkat sekolah menengah pertama suasana berubah saya lenih merasa minder  dari teman-teman saya, kebanyakan dari mereka kesekolah kalau tidak diantar mereka membawa motor sendiri. Sedangkan saya dari sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama masih saja berjalan kaki. Sedangkan teman-teman saya yang tidak melanjutkan sekolahnya ke sekoalah menengah pertama kebanyakan dari mereka sudah punya motor. Saat itu suasanaku semakin hari semakin ragu dengan jalan yang saya ambil yaitu melanjutkan sekalah lagi. Saya dapat merasakan naik motor dari sekoalah dasar samapai sekolah mengah pertama mengharap belas kasihan orang lain yang lewat yang satu arah dengan saya. Setiap kali libur semester saya selalu mencari uang untuk membiayai sekolah saya, pernah suatu hari saya dan teman saya bernama basirun ketika libur semester mencari emas di bekas tambang emas dan berharap bisa mendapatkan uang dan ditabung untuk pembiayaan sekolah kami berdua.
Satu hal yang selalu membuat saya menjadi seperti sekarang adalah saya didampingi para sahabat  yang terbaik selalu memberi semangat  satu sama lain meski kami semua sama-sama dalam kekurangan tapi kami bertiga mempunyai mimpi yang  besar, mimpi yang tidak dimiliki  orang lain.
Diwaktu semasa  sekoalah menengah  pertama biaya sekolah saya dari kelas satu samapai selesai tidak dibantu  oleh orang tua saya bukan mereka tidak mau membantu tapi saya yang meminta kepada mereka jangan ikut membantu saya ketika saya masih melanjutkan pendidikan dikampung. Kebetulan sekolah saya  dari sekolah dasar hingga samapai sekolah menengah  atas masih dikampung. Itulah alasan mengapa saya tidak mau dibantu dibiyayakan uang sekolah.
Di semester pertama atau dikelas satu saat saya masih di sekoalah menengah  pertama saya merasa membenci yang namanya pendidikan, saya berfikir sekolah tidak bisa membawa perubahan dalam hidup saya, malah masih saja saya belum bisa bertutur sapa yang baik dengan masyarakat dan dihargai oleh  teman-teman saya  kusunya yang satu kampung dengan saya, saya merasa jika didalam satu kampung saja saya tidak di hargai apalagi diluar kampung. Perlahan namun pasti saya meyakini bahwa harkat martabat seseorang itu akan berubah hanya dengan pendidikanlah. Saya dari keluarga yang karang mampu, saya berfikir jika saya berhenti sekoalah, menuruti hawa nafsu saya maka saya tidak ada beda dengan  orang tua saya. Mereka perkerja keras lo kok saya juga perkerja keras. Saat di kelas dua sekolah meneganh pertama sudah mendekati  semester kedua  saya mempunyai tujuan yang besar yaitu pengen melanjutkan sekoalah ke jejang yang lebih tingi. Saya mulai meyakini betul apa yang menjadi perisip saya bahwa” harkat martabat saya dan keluarga akan berubah adalah jika saya bisa mendapatkan PNS” itu kata yang ada dalam pemikiran saya kala itu.
Suatu ketika dalam keluarga saya di  anugrahkan reseki yang luar biasa besar, yaitu hasil toresan kami sekeluarga di  kebun karet pertama kami, memcai satu ton, kala itu harga karet satu kilo di pontianak mencapai Rp 8.000 Per kg. Berati jika satu ton ada sebanyak Rp 8.000.000 Jadi ayah saya bermusuarah kepada saya dan ibu saya katanya “ hasil ini mau diguanakan apa” kata ibu saya “ terserah abang” yaitu mengatakan kepada saya, nama pangilan saya dalam keluarga saya adalah abang. Saya menjawab di serahkan kepada kalin selaku orang tua saya, saya terima saja apa keputusan ayah. Pas pagi itu paman saya pergi kepontianak menjual getah karet dia dan kami kala itu, paman saya berkata “mok... (itu pangilan nama ayah saya) saya melihat teman mansur yang sesama SMP, semua pakai motor apa mansur dibelikan motor apa tidak...”ayah saya terdiam sejenak, nantilah saya tanya anak saya mau tak di belikan motor. Pas malam hari paman saya menelfon kembali menyakan keputusan ayah saya masalah motor itu tadi. Dan langsung ayah saya menanyakan kepada saya mau atau tidak. Saya lama berfikr kata saya “ belikan saja dulu tapi kala itu saya sudah punya rencana bahwa motor itu akan saya bisniskan dan saya tau siapa orang yang akan saya datangi dan ditawarkan dengan motor itu. Sebelum paman saya datang kekampung  dari pontianak saya sudah duluan datang menemuai orang yang saya maksud. Dan menawarkan apa yang saya rencanakan tadi, dia setuju dan saya bialang kepada dia atau bapak ( yang saya tawarkan motor ) jangan  pakai uang semua tapi saya mau pakai sapi betina bapak. Kala itu kami sudah  ada sapi jantan, nah itualah harapan saya dalam pemikiran saya yang bisa mengantarkan saya melanjutkat pendidikan kejenjang yang lebih tingi lagi. Dan saya harus mau bersabar dan menderita selama sekoalh saya tidak pakai motor harus jalan kaki itu konsekuensi yang harus saya terima.
Ketika bapak saya mengetahui sebuah rencana saya dan memilih tidak memakai motor baru, bapak merasa bangga dengan keputusan saya. Sebenar hati kecilku menagis melihat motor baru dan saya hanya bisa menatapi yang bukan jadi milik saya tapi saya juga menyadari itulah peroses hidupku yang terlahir dari serba kekurangan untuk  mendapatkan satu impian dan perubahan dimasa depan saya harus mengorbankan masa kini.




No comments:

Post a Comment