SEJARAH KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA
A.
Latar
Belakang
Menjelang
kemerdekaan republik indonesia ada beberapa hal yang terjadi di Indonesia yang
mana semua tujuan tersebut untuk proses kemerdekaan bangsa indonesia, seperti
perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda. Tujuan dari kedua
golongan tersebut tidak lain tidak bukan hanyalah untuk kemerdekaan bangsa
indonesai itu sendiri. Yang memisahkan atua menjadi sedikit permasalahan dari
kedua golongan tersebut adalah proses atau jalan yang di tempuh seperti” golongan
tua menghendaki kemerdekaan mutlak dari pengakuan jepang”. Golongan tua tidak
mau mengambil resiko apa bila proses kemerdekaan ini berlalu dengan pertumpahan
darah yang sangat besar, dan mereka juga ingin menarik simpati dimata dunia
internasional bahwa bangsa indonesia bisa menjaga ketertiban dunia dan
keamananya.
Sedangkan
golongan muda malah sebaliknya mengiginkan kemerdeaan dengan cara apapun yang
penting bangsa indonesia bisa merdeka meskipun harus ada pertumpahan darah.
Golongan muda tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang kebetulan itu bangsa
jepang mengalami kekalahan perang pasifik. Golongan muda juga tahu bahwa
belanda akan datang lagi ke indonesia, maka mereka tidak mau merelakan
kesempatan itu. Secara jika bangsa indonesia dapat melepaskan diri dari jajahan
jepang bangsa belanda tidak berhak menduduki bangsa indonesia karena bangsa
belanda telah menyerah kepada bangsa jepang pada tahun 1942.secara mutlak kala
itu bangsa jepang lah yang berhak atas bansa indonesia pada saat itu.
B. Rumusan Masalah
1.
Mengetahui perbedaan pendapata antara
golongan tua dan golongan muda
2.
Mengetahui permasalahan apa saja yang
terjdai ketika mendekati hari proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia
3.
Apa yang melatarbelakangi adanya
perbedaan pendapat dari kedua golongan tersebut.
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa saja yang terjadi
ketika bangsa indonesia memproklamar kemerdekaan.
2.
Untuk mengetahui keseriusan bangsa
indonesia mengiginkan kemerdekaan bangsa indonesia.
D. Manfaat
1.
Sebagai bahan bacaan untuk masyarakat,
khususnya mahasiswa
2.
Sebagai pembanding untuk tulisan dengan
tema sama yang telah dibuat sebelumnya
3.
Sebagai referensi untuk tulisan dengan
tema sama yang akan dibuat berikutnya
BABII
PEMBAHASAN
Berita tentang kekalahan Jepang diketahui oleh
sebagian golongan muda melalui radio siaran luar negeri. Pada malam harinya,
Sultan Syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah yakin
bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, Moh. Hatta mengambil keputusan untuk
segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah
satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat
dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20:30 waktu Jawa. Rapat yang
dipimpin oleh Chaerul Saleh itu menghasilkan keputusan “kemerdekaan Indonesia
adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantungkan pada orang
dan negara lain. segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari
Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diadakan perundingan dengan golongan
muda agar mereka diikutsertakan dalam pernyataan proklamasi.
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis
pada pukul 22:30 waktu Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jln. Pegangsaan
Timur 56, Jakarta. Kedua utusan itu segera menyampaikan keputusan golongan muda
agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu
hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika Ir. Soekarno tidak menyatakan proklamasi keesokan
harinya telah menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu juga disaksikan oleh
golongan tua lainnya, seperti Drs. Moh Hatta, Dr. Buntaran, Dr Samsi, Mr. Ahmad
Subardjo, dan Iwa Kusumasumantri.
`Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta
berkata “Dan kami pun tak dapat
ditarik-tarik atau didesak supaya mesti juga mengumumkan proklamasi itu.
kecuali jika saudara-saudara memang sudah siap dan sanggup memproklamasikan.
Cobalah! Saya pun ingin melihat kesanggupan Saudara-saudara!” Utusan itu pun
menjawab “Kalau begitu pendirian Saudara-saudara berdua, baiklah! Dan kami para
pemuda-pemuda tidak dapat menanggung sesuatu jika besok siang proklamasi belum
juga diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan menunjukkan kesanggupan
yang saudara kehendaki itu!”
Golongan muda yang diwakili oleh Chairul
Saleh, Wikana, Sukarni, Hanafi, dll, bertekad untuk dipercepatnya pembacaan
Proklamasi oleh Bung Karno.
Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi Kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika tetap bekerjasama dengan Jepang.
Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka melakukan “aksi penculikan” terhadap diri Soekarno-Hatta .
Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi ( 1984:58 ); Ahmad Soebardjo ( 1978:85-87 ) sebagai berikut:
” Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ” Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ” Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”
Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: ” Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?”
Namun, para pemuda terus mendesak; ” apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa ?”. Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata; “… kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri “. Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.
Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang; menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.
Perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut:
a. Golongan Muda
· Menghendaki Proklamasi Kemerdakaan
Indonesia diselenggarakan secepatnya tanggal 16 Agustus 1945
· Menghendaki Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia terlepas dari pengaruh Jepang
· Menganggap PPKI buatan Jepang
· Menganggap golongan tua sangat
lamban
b. Golongan Tua
· Menghendaki cepat atau lambat
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak penting, tetapi pada dasarnaya
Proklamasi harus disiapkan secara matang
· Menghendaki Indonesia dapat merdeka
tanpa pertumpahan darah
· Menghendaki proses Proklamasi
Kemerdekaan melalui rapat PPKI
· Golongan tua lebih bersikap hati -
hati
OLEH MANSUR 221200022
minta rela oo sur
ReplyDeleteaku ngopi pakai bahan micro
anang dik jorak
nice post gann
ReplyDeletethanks
ReplyDeleteThankss...
ReplyDelete