PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berdirinya
pondok pesantren Al-anuwar memang bercikal bakal dari sebuah masjid yang di
bangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang memerintah di keraton
kadariah pontianak, beliau melihat semakin hari semakin bertambah jumlah
penduduk kota pontianak maka tersenak didalam hatinya untuk mendirikan masjid
baru maka yang menjdi pilihan daerah yang mau didirikanya masjid baru yaitu
daerah siantan. Siantan pada masa itu memng cukup ramai bahkan terminal pertama
pontianak yaitu berada di siantan.
Pesantren merupakan salah satu jenis
pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu
agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah
hidup sejak lama, bangkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat
Muslim.
Pesantren telah diakui sebagai
lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada
masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama
yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula
pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik
Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau
setidak-tidaknya pernah nyantri
di pesantren.
Sekarang, seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin maju dan permasalahan yang bertambah kompleks,
kontribusi pesantren masih terus diharapkan. Dengan tantangan dan tuntutan yang
jauh berbeda, pesantren harus terus melakukan semangat terbarukan—seperti
slogannya Pertamina—dengan berbagai sumbangan pemikiran maupun dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan
masalah yaitu sebagai berikut.
1.
Bagaimana
sejarah berdirinya pesantren Al-anuawar?
2.
Mengapa siantan
jadi pilihan utama?
3.
Bagaimanakurikulum
pendikan pesantren Al-anuawar ?
C.
Tujuan
Untuk menjawab rumusan masalah maka dapat kita ketahui tujuanya adalah
sebagai berikut.
1.
Menjelaskan sejarah
berdirinya pesantren Al- anuwar secara keseluruhn.
2.
Memahami memngapa tempat
yang dipilih harus siantan dan bukan yang lain.
BABII
PEMBAHASAN
PESANTREN AL-ANUAR
A.
Sejarah
pesantren Al-Anuar
a.
bedirinya
pesanten al-anuwar
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai
pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak lama, banhkan telah
menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat Muslim.pesantren sangat berjasa
bagi bangsa indonesia karena merupakan pendidikan yang pertama yang banyak
diminati dan disukai masyarakat karena biaya pendidikan yang murah dan
sederhana mampu mengikat hati masyarakat dan tidaka secara langsung banyak
menyelamatkan bangsa dari buta huruf.
Pesantren telah diakui sebagai
lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada
masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama
yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula
pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik
Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau
setidak-tidaknya pernah nyantri
di pesantren. Sekarang pesantren semakin hari semakin banyak dan bertamabah
begitulah yang terjadi dikalimantan barat yang berada di pontianak.
Pesantren
Al-anuar merupakan pesantren pertama di siantan
karena pembangunannya memang di perintahkan oleh salah satu raja
Kadariah pontianak yaitu pada masa pemerintahan sultan Muhamad. Beilau melihat
semakin hari semakin banyak jumlah penduduk kota Pontianak, maka dari itu
beliau meminta kepada salah seorang warga setempat disiantan yaitu bapak ustad
Al-zari, beliau merupakan salah seorang toko masyrakat yang cukup terpandang
dalam bidang keagamaan khusunya agama islam, untuk membangunkan sebuah masjid
supaya masyarakat tidak susah-susah jika mau shalat harus jauh-jauh dari
siantan ke karaton hanya untuk shalat saja. Maka dari situlah sudah ada mulai
cikal- bakal akan berdirinya sebuah pondok pesantren. Menurut bapak ustad
muhamad hasan Al-zari, beliau selaku anak kedua dari bapak ustad Al-zari
mengatakan sebelum dibangun sebuah masjid proses belajar mengajar mengaji( baca
al-quran) sedah berlangsung.
Jadi sebenarnya
cikal bakal pesantren yang berada di siantan adalah berawal dari sebuah
bangunan masjid. Masjid yang dahulunya digunakan
untuk memudahkan masyarakat siantan untuk beribadah rupanya membawa dampak yang
sangat positif bagi masyarakat setempat, mereka lebih intensif sekali dalam
memperhatikan masalah perkembangan agama islam, kususnya yang ada di pontianak
pada masa itu.
Didirikan masjid
tersebut rupanya menjadi batu loncatan bagi masyarakat setempat untuk
memperdalam ilmu agama, apalagi ketika itu bapak ustad AL-zari melihat minat
belajar santri semakin hari semakin bertambah maka dari itu mulailah dia mendirikan
sebuah pondok pesantren yang kemudian deberi nama pesanten Al-anuar. Nama
Al-anuar itu sendiri diambil dari sbuah nama seseorang tokoh masyarakat dari
madura yang terkenal keagamaanya, maka dengan nama itu beliau berharap
pesantren tersebut bisa seperti nama tersebut yang bisa berjaya.
Pesantren
Al-anura didirikan pada tanhun 1960 oleh pak ustad Al-zari ketika itu bagunan
masih berbentuk sangat sederhana bila di bandingkan dengan sekarang ini. Proses
pembangunan pesantren Al-anuar secara bertahap, yang awalnya sangat sederhana
bahkankan pernah proses pengajaran kadang-kadang dilakukan dirumah bapak ustad
AL-zari karena mengingat bangunan belum bisa di gunakan secara optimal. Menurut
pak ustad Muhamad hasan asyari al-zari sebenarnya pondok yang pertama adalah rumah
ayahnya yatu pak usta Al-zari. Namun semangat beliau untuk terus maju dan mengembangkan
pesantren tak pernah pudar hinga maju sampai sekarang. Jasa beliau mencerdaskan
dan menyelamatkan masyrakat siantan dari buta hurup sangat besar bahkan dia
tidak saja berjasa dalam kesuksesan di dunia pendidikan melainkan juga
menyelamatkan masyarakat siantan yang kurang memahami tentang pendalaman agama
islam.
Pesantren merupakan salah satu jenis
pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu
agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah
hidup sejak lama, banhkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat
Muslim. Perkembangan pesantren telah diakui banyak sekali menyelamatkan bangsa
ini dari kebodohan dan buta huruf, ketika bangsa ini dilanda kerisis ekonomi
monetir 1998 kekacawan dibidang ekonomi sangat berdampak sekali dalam dunia
pendidikan yang mana biaya pendidikan saat itu sangat mahal sehingga tidak sedikit
rakyat indonesia yang tidak bisa sekolah akibat biaya pendidikan yang begitu
mahal, namun pesantren kala itu mampu bertahan dengan biaya yang murah dengan
menjamin pendidikan yang berbasisi seperti pendidikan formal sehingga mampu
menyelamatkan bangsa ini dari kebodohan. Bahkan semangat pak ustad Al-zari
membangun pesantren juga tidak terlepas dari alasan empati melihat masyarakat
siantan yang banyak sekali yang tidak sekolah.
Pesantren telah diakui sebagai
lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada
masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama
yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula
pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik
Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau
setidak-tidaknya pernah nyantri
di pesantren. Bangsa indonesia secara keseluruhan khususnya muslim sebelum
menengenal pendidikan formal, terlebih dahulu mereka mengenal pendidikan
tradisional yaitu pesantren, makanya banyak sedikit pesantren sangat membantu
proses mencerdaskan bangsa dan menyelamatkan bangsa dari buta huruf.
Sekarang, seiring dengan perkembangan
zaman yang semakin maju dan permasalahan yang bertambah kompleks, kontribusi
pesantren masih terus diharapkan. Dengan tantangan dan tuntutan yang jauh
berbeda, pesantren harus terus melakukan semangat terbaruan, seperti slogannya
Pertamina dengan berbagai sumbangan pemikiran maupun dalam upaya peningkatan
sumber daya manusia.
Untuk itulah, upaya “reinventing dan
re’eksisting nilai-nilai pesantren” sebagai ikon peradaban merupakan agenda
penting yang harus dilakukan dengan cermat dan saksama. Agar, keberadaan
pesantren tidak menguap ditelan gerak peradaban yang terus melaju cepat. Salah
satu cara untuk mewujudkan itu adalah dengan memperbarui visi dan misi
pesantren itu sendiri yang sesuai dengan semangat zaman.
Ketika muncul pertanyaan: ”Apakah pesantren
Anda mempunyai visi dan misi?” Semuanya akan menjawab punya. Tapi, problem
besar yang sering terjadi adalah seberapa besar peran visi dan misi mereka
susun itu bagi organisasi. Apakah visi dan misi tersebut dipakai sebagai
kekuatan dalam mencapai tujuan organisasi ataukah hanya berakhir sebagai hiasan
dinding yang dipajang di kantor?
Sebagai elemen mendasar dalam
organisasi, termasuk pesantren. visi dan misi digunakan supaya organisasi
bergerak pada track yang
diamanatkan oleh para stakeholder dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan
dimasa yang akan datang. Perumusan visi misi biasanya merupakan proses yang
melelahkan bahkan sering menjadi perdebatan sendiri antar anggota organisasi.
Cikal-bakal pesantren Al-Anuar
tidaklah terlepas dari faktor pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin
banyak. Ada pun yang pertama yang di bangun adalah:
1. Masjid
Gambar masjid pesantren Al-anuwar
sekarang
Masjid yang dahulunya digunakan untuk memudahkan
masyarakat siantan untuk beribadah rupanya membawa dampak yang sangat positif
bagi masyarakat setempat. Pemerintahan kerajaan pontianak pada masa itu yaitu sultan
Muhamad dia melihat semakin hari semakin banyak dan semakin berkembang
penduduk-penduduk yang berada di pontianak dan pasilitas untuk menanpung
jama’ah yaitu masjid jami semakin hari semakin sesak, maka beliau berkeininan
untuk membangun masid lain, supaya masyarakat tidak terlalu susah jika mau shalat
berjama’ah harus datang ke masjid jami karaton pontianak. Rasa simpati beliau
berdampak besar sekali bagi masyarakat siantan kala itu. Bahkan tidak secara
langsung sultan muhammad banyak sekali menyelamatkan masyarakat pontianak dari
butu huruf atau masa kebodohan.
Niat yang baik berdampak baik pula sama hal lah yang
terjadi di masyarakat siantan, karena di berikan kesempatan oleh sultan Muhammad
untuk membangun sebuah masjid. masjid yang awalnya untuk memudahkan masyarakat
siantan untuk beribadah menjadi dampak yang sangat besar yaitu bisa mendirikan
sebuah pondok pesantren yang sekarang ini maju dan berkembang hingga saat ini.
Dan bukan hanya itu saja masyarakat siantan mampu kala itu menyelamatkan anak
bangsa yang buta huruf baik tulisan arab maupun tulisan latin. Kesadaran
masyarakat siantan terhadap pendidikan tentu tidak terlepas dari dampak
pendidikan pesantren, kita tahu pesantren dengan biaya yang murah mampu menarik
perhatian masyarakat untuk meningkatkan pendidkan. Secara perlahan pendidikan
pesantren mengubah pandangan masyarakat siantan hinga menjadi masyarakat yang
mementingkan pendidikan hinga sekarang ini.
Setelah mendirikan Masjid tempat
orang-orang beribadah dibangun, kemudian ustad Al-zair. Berencana mendirikan
sebuah Pesantren yang terbuat dari lantai kayu, dinding kayu bahkan atap kayu,
namun sebelum terbentuk atau terbuat pesantren itu proses belajar mengajar
masih dilakukan dirumahnya sendiri. “Pesantren Al-anuwar merupakan
pesantren pertama yang ada di Kalimantan Barat kata ustad Muhamad
hasan asyari al-zari . Memamg, pada saat itu masih belum ada
pesantren-psantren yang dibangun. Setelah dibangunnya Pesantren, banyak dari
kalangan masyarakat luar pada umumnya yang menimba ilmu, mulai dari Sambas,
Singkawang, Karimunting, Kualala, Bakau, Pinyuh, Nusapati, Purun, dan
Pontianak.
Pembangunan masjid disiantan adalah
cikal-bakalnya terbangunya pesantren Al-anuwar. Menurut pak ustad Hazan selaku
kiai pondok pesantren Al-Husna yang berada disiantan juga mengatakan bahwa
tujuan dibangunya pondok pesantren tidak lain dan tidak bukan hanya untuk
menyelamatkan anak bangsa yang tidak mampu menempuh pendidikan dikarenakan
mahalya biaya pendidikan. Beliau juga mengatakan ditahun 1980 an banyak sekali
masyarakat siantan yang tidak bisa sekolah dikarenakan banyak masyarakat yang
kurang mampu, apalagi perekonomian bangsa kurang stabil kala itu. Melihat
keadan demikian pak ustad Al-zari berkeinginan menyelamatkan anak-anak siantan
dari buta huruf dan menyelamatkan dari masa kekurangan pendidikan, dengan cara
yaitu mendirikan sebuah pondok pesantren yang bertujuan tidak lain dan tidak
bukan hanya semata perhatian terhadap masyarakat siantan yang banyak terlantar
akibat tidak bisa menempuh dunia pendidikan karena tuntutan mahalnya biaya
pendidikan formal kala itu.
Seiring berjalanya tahun yang
berganti tahun, bulan yang berganti bulan, minggu pun berganti minggu secara
perlahan masyarakat siantan mulai menyadari betapa pentingnya yang namanya
pendidikan. Memang tak dapat di pungkiri bahwa pembangunan pesantren Al-anuwar
memang berawal dari sebuah pembangunan masjid disiantan dan faktor daya tampung
masjid jami yang semakin hari semakin penuh.
Masjid Jami Pontianak
Masjid Jami Pontianak(diambil dari internet)
.Kalau kita lihat masjid jami tidak
terlalu besar namun pertumbuhan penduduk kota pontianak semakin hari semakin bertambah. Itulah alasan
beliau mengapa menambah masjid baru karena melihat petambahan penduduk semakin
hari semakin banyak. Memang sudah sepantasnya jika keraton membangun lagi
masjid baru karena memang bnar kala itu jumlah penduduk kota pontianak
khususnaya siantan pemukiman mereka sudah pada jauh dari sekitar keraton. Kalau
terdahulu anatara rumah masyrakat dengan karaton memang selau berdampingan biar
apa hal itu terjadi, agar suapaya karaton dapat melihat dan memperhatiakan pertumbuhan
suatu penduduk dalam kawasaanya.
Rupanya keadaan yang demikian
dimanfaat masyarakat setempat untuk memperdalam masalah agama yaitu
berkeinginan membangun sebuah pendidikan yang berbasis agama yaitu pesantren.
Mengapa mereka memilih pendidikan tersebut yang berbasis agama atau pesantern
karena pendidikan inilah yang mudah dan bisa merangkul masyarakat banyak bahkan
masyarakat yang kurang mampu. Kalu pendidikan yang formal banyak masyarat tidak
mampu, dan bahkan tidak mau karena mereka merasa tidak penting, wajar saja
mereka tidak memahami apa itu pendidikan yang formal dan fungsinya tapi jika
pendidikan yang berbasis agama mereka lebih memahami dan mengetahui fungsi dan
tujuanya. Wajar saja mereka lebih memahami masalah agama dari pada pendidikan
formal karena agama lah yang dulu mendarah daging di jiwa masyarakat bila dibandingkan
dengan pendidikan.
2. Tanah
Belangsungnya belajar dan pengajaran pendidikan agama yang terus menerus berjalan
di dirumah pak ustad Al- Zari, mulai lah ada rasa dan cita-cita masyarakat
setempat untuk mengiginkan sebuah pondok yang sederhana untuk menampung para
santri yang semakin hari semakin banyak dan mulai menentukan tempat dimana
bagusnya untuk dijadikan atau didirikan sebuah pondok tersebut. Melihat hal
demikian mulailah masyarakat membicarakan dan memusuarah tentang hal yang
pertama-tama dibangunya sebuah pondok karna masyarakat melihat antosias santri
yang semakin hari semakin banyak dan mereka menunjuka betapa semangatnya mereka
belajar ilmu agama.
Pondok pada awal sangat sederhana mungkin sangat jauh jika kita banding dengan pondok Al-Anuwar
sekarang ini, berkat tekat dan kemauan yang tinggi dari ustad dan dukungan
amsyarakat setempat menjadikan sebuah pondok yang di dambakan masyarakat dan
mampu mengikat masyarakat luar hingga mendatangkan diri dan belajar ilmu agama
di pondok pesantren Al-Anuwar. Semua itu tidak lah mudah dilakukan oleh pak
ustad Al-Zari yang mana beliau harus menarik perhatian dari masyarakat dan
pemerintah. Dari masyarakat dia harus bisa membuktikan bahwa dia memang
bersunguh-sunguh dan harus mencipta, mencetak manusia yang berkualiatas dan
berbasis agama yang baik.
Pembangunan pesantren Al-anuar memang yang melatar
belakangi adalah masjid karena semakin hari semakin banyak jumlah penduduk kota
pontianak khususnya penduduk yang berada di daerah siantan ditambah lagi mengigat
semakin jauh jarak dan semakin meluasnya pemukiman penduduk setempat membuat
repot masyarakat harus jauh-jauh dari siantan kekaraton masjid jami hanya untuk
shlat saja maka berkeinginanlah sultan syrif Muhammad membagun masjid baru lagi.
Tugas seorang pemimpin memang memperhatkan masalah kesejahtraan masyarakat.
Saat itu masyarakat utuk beribat hanya di karaton saja, tidak ada tempat lain
tapi memang diakui tingkat persatuan dan kebersamaan memang masih tinggi
diantara masyrakat dan keluarga kekaratonan yang ada diPontianak. Maka dari itu
sultan Muhamad Al-kadri berkeinginan untuk membangun lagi masjid khusus untuk
orang siantan, karena beliau tidak ingin melihat kesusahan rakyatnya dalam
beribah, demi beribadah mereka jauh-jauh datang dari siantan kekaraton kadariah
pontianak tepatnya di Masjid Jamik hanya untuk mengejar shalat saja. Apalagi
pada masa itu belum mengunakan jalan darat tapi masih mengunakan jalan
laut(sunggai kapuas).
Ketika masyarakat siantan mulai
memikirkan tempat dimana dan tanah siapa, sukur alhamdullah karunia allah swt
datanglah seorang yang dermawan yang beretnis Tionghoa atau cina memberikan tanah
secara Cuma-Cuma, beliau tidak mau menjualnya. Beliau lebih memilih untuk
memberikannya. Pada saat itu beliau ingin pulang kampung dan berencana untuk
tidak kembali lagi, makanya beliau memberikan tanahnya kepada masyarakat
siantan pada saat itu. Tanah itulah yang dijadikan tempat untuk membangun
sebuah pondok pesantren yang sekarang ini kita lihat.
Jika kita lihat kehidupan orang cina yang penuh dengan pemikiran uang dan
uang ternyata di satu sisi ada juga mereka yang mempunyai sosial yang tinggi
seperti yang terjadi di masyarakat siantan dia merelakakan tanah yang sangat
luas hanya di beri secara Cuma-Cuma. Itulah karunia tuhan allah swt yang
mendukung kegiatan baik umat manusia.
3. Pondok
Awal pondok pesantern Al-anuar pertama adalah berbentuk sangat sederhana
bahkan dikatakan pak ustad Muhamad Hasan Al-zari, beliau
selaku anak kedua dari bapak ustad Al-zari mengatakan sebelum dibangun sebuah
pondok proses belajar mengajar mengaji( baca al-quran) sedah berlangsung yaitu
dirumah kediaman ayahandanya yaitu ustad Al-zari. Lama kelama melihat jumlah
santri yang semakin hari semakin bertambah, berkeinginan lah beliau untuk
membangun sebuah pondok pesantren. Setelah terbangunya pondok pesantren
tersebut maka semakin bertambahlah jumlah santri yang ingin belajar di
pesantren Al-anuwar dan bukan hanya masyrakat siantan saja melainkan diluar
siantan bahkan diluar pontianak ada juga.
Umumnya,
suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat,
kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari
semakin banyak santri yang datang. Ustad Al-zari tidak merencanakan bagaimana
membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan
ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. bapak
ustad Al-zari saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang
didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka
menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar
rumah beliau. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang
didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren
tersebut, sehingga menjadi terkenal.
Pondok
Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan
Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan
catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara
telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal
dengan nama Pondok Pesantren. Dan pndok pesantrenlah yang mampu banyak mendidik
anak indonesia yang kurang mampu karena biaya di pesantren tidak terlalu mahal
bila di bandingkan dengan sekolah formal umumnya.
Pondok pesantren
sangat berjasa bagi bangsa indonesia bahkan pondok pesantren inilah pendidikan
yang pertama dan bersifat tradisional yang bisa mencerdaskan bangsa kususnya
masyarakat pribumi yang kurang mampu, dengan demi kian bangsa indonesia mulai
menyadari betapa pentingnya dunia pendidikan, khususnya masyarat pontianak pada
masa itu. Perlahan namun pasti itulah yang terjadi di siantan yang mana mereka
mulai bertahap memikirkan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang manausia.
Peradaban yang indah apabila manusianya berpendidikan. Kita tahu indonesia yang
beragam suku bangsa dan budaya sudah barang tentu masalah idiolgipun berbeda
dan bertantangan, namun dengan manusia yang semuanya berpendidikan mereka mampu
memilah dan meilih menyaring dan mengerti akan keberagaman itu sendiri.
Sebuah
pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di
mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah bimbingan seorang atau
lebih guru yang lebih dikenal dengan Kyai, Dengan istilah pondok pesantren
dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang melembaga di
Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah disediakan untuk
kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang segala kegiatan
yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok yang lain
biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara Kyai dan
santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.
Dengan
demikian akan tercipta situasi yang komunikatif di samping adanya hubungan timbal
balik antara Kyai dan santri, dan antara santri dengan santri. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhsari Dhofir, bahwa adanya sikap timbal balik
antara Kyai dan santri di mana para santri menganggap Kyai seolah-olah menjadi
bapaknya sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai titipan Tuhan yang
harus senantiasa dilindungi
Sikap timbal
balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama
lain, sehingga mudah bagi Kyai dan ustaz untuk membimbing dan mengawasi anak
didiknya atau santri. Segala sesuatu yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor
langsung oleh Kyai dan ustaz, sehingga dapat membantu memberikan pemecahan
ataupun pengarahan yang cepat terhadap santri, mengurai masalah yang dihadapi
para santri.
Inilah yang
paling membedakan antara pendidikan pesantren dan pendidikan yang formal,
pendidikan formal mengajar pada waktunya saja namun pesantren mengajarkan
santrinya tidak mengenal batas. Tersalurnya ilmu pengetahuan dengan baik
kesiswanya apa bila ada pendekatan yang kuat, seakan tak ada jarak antara
pengajar dan pelajar, pelajar akan merasa seperti biasa tanpa ada rasa beban
dan terbebani kerena dia merasa betapa dekanya dia dengan kyai inilah yang
menjadikan proses belajar mengajar di pesantren bisa tersalurkan dengan baik.
Santri di pesantren diatur sedemikian rupa baik dari segi aktivitas maupun pola
kehidupan. Santri yang benar-benar belajar dan lulus denagan baik pasti berbeda
sikap dan tatakeramanya di masyarakat, karena mereka diajarkan cara
bermasyarakat dengan baik salah satu masyarakat awal mereka temui adalah asrama
atu pondok mereka.
Di pesantren
tidak hanya diajarkan tentang pengetahuan saja melainkan mental dan hati
perasan mereka diajarkan dengan baik. Yanga mana pembelajaran tersebut sangat
baik karena setingi apapun pendidikan apabiala ahlak nya kurang maka itu tidak
berati bagi manusianya dan tuhan itu sendiri. Sebenarnaya bagi yang muslim
pendidikan pesantrenlah yang sangat bagus karena selain belajar ilmu
pengetahuan mereka juaga menegakkan agamanya. Jika kita lihat sekarang ini
sunguh banyak orang indonesia yang lulusan terbaik dari luar negri namun
mengapa masih saja negara ini bermasalah dengan namanya koropsi dan lain
sebagainya, semua itu karena manusia sudah lupa dengan kehidupan bahwa setelah didunia
ini akan adalagi kehidupan lagi yakni akhirat. Sebenarnaya permasalahan
sederhana karena mereka belum tentram dengan hatinya, apabila hatinya bersih
baik, maka ketika jadi peyabat negara atau pemimpin pasti dia menimbang denag
hati dan perasaan. Menagapi penomena seperti ini justru pesantrenlah yang
terbaik karena tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tapi mengajarkan
juga hukum hakam agama, sehinga mendarah daging dihati para santri dan tampa
tersadari mereka memahami dan mengamalkan ilmu agama dengan baik.
Jika kita
bandingkan zaman terdahulu para pejuang yang kebanyakan lulusan dari pesantren
cara mencintai negaranya dan menyayanginya sangat berbeda, itu karena mental
dan akhlak mereka memang sudah terbentuk dengan baik, sangat berberda dengan
sekarang kebanyakan dari orang- orang sekarang ini menginginkan suatu kedudukan
dan jabatan melainkan hanya untuk kepentingan diri sendiri, itu karena pengaruh
globalisasi yang membuat sekarang ini berubah haluan jalur pendidikan formal
pendidikan yang sebenarnaya.
·
Tujuan dan fungsi pondok
Ada beberapa
alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok (asrama) untuk tempat tinggal
para santrinya. Pertama, kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya
tentang Islam, merupakan daya tarik santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu
dari kiai tersebut secara terus-menerus dalam waktu yang sangat lama. Sehingga
untuk keperluan itulah, seorang santri harus menetap bersama kiai. Kedua,
hampir semua pesantren berada di desa-desa terpencil, jauh dari keramaian dan
tidak tersedianya perumahan yang cukup untuk menampung para santri, yang
karenanya diperlukan pondok khusus. Ketiga, adanya timbal-balik antara santri
dan kiai, di mana para santri menganggap kiainya seolah-olah seperti bapaknya
sendiri, sedangkan kiai memperlakukan santri seperti anaknya sendiri juga.
Sikap timbal-balik ini menimbulkan suasana keakraban dan kebutuhan untuk saling
berdekatan secara terus-menerus.
Menurut Ahmad
Sumpeno dalam Pembelajaran Pesantren: Suatu Kajian Komparatif, selain beberapa
alasan di atas, kedudukan pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan
sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan
dengan model pondok/asrama juga sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian
santri, baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama santri
lainnya. Pelajaran yang diperoleh di kelas, dapat sekaligus diimplementasikan
dalam kehidupan pesantren. Alam lingkungan pondok inilah para santri tidak
having, tetapi being terhadap ilmu.
Dewasa ini
keberadaan pondok pesantren sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa
sehingga komponen-komponen yang dimaksudkan makin lama makin bertambah dan
dilengkapi sarana dan prasarananya.
Dalam sejarah
pertumbuhannya, pondok pesantren telah mengalami beberapa fase perkembangan,
termasuk dibukanya pondok khusus perempuan. Dengan perkembangan tersebut,
terdapat pondok perempuan dan pondok laki-laki. Sehingga pesantren yang
tergolong besar dapat menerima santri laki-laki dan santri perempuan, dengan
memilahkan pondok-pondok berdasarkan jenis kelamin dengan peraturan yang ketat.
Dari tahun
ketahun proses pembangunan pondok pesantern selalu mengalami perkembangan baik
ditingkat bangunan maupun ditingat pemblajaran (santri). Awalnya para pelajar
atau santri hanya dari daerah sekitar saja tapi sekarang ini sudah banyak yang
dari luar pontianak,bahkan santri pada saat ini dari berbagai daerah,untuk
sekarang ini pesantren AL-anuwar sudah cukup ramai para santri. kalau dulu
memang hanya sekitar daerah itu saja,lagi pada waktu dulu pembangunanya belum
sebagus seperti sekarang ini.untuk sekarang bahkan santrinya sudah banyak yang
sukses,ada yang mengajar ke tempat lain,bahkan kalau sudah tamat atau sudah
selesai sekolah mereka,mereka ditugaskan di pensanteran AL-anuwar tersebut,supaya
mereka bisa berbagi ilmu dengan santri-santri di situ,sudah banyak
santri-santri yang sudah selesai sekolah nya langsung di ambi untuk dijadikan
tenaga pengajar di situ.
Kepedulin pak
ustad Al-zari terhadap masyarakat siantan memang membawa dampak positif
terutama dalam dunia pendidikan antusias masyarakat dalam belajar sangat tinggi
makanya di daerah siantan banyak belajar keluar kepesantren lain demi
memperdalam ilmu agama dan berharap bisa
di dikembangkan di kampung halamanya yaitu di siantan khusunya pesantren
Al-anuar, semua ini demi kemajuan santri yan tengah belajar di pesantren ini.
Bentuk dan ciri
pesantren tersebut adalah antara pondok dan sekolah formal bersatu di satu
tempat tersebut santri dipesantren pondok Al-anuar mempunyai kegiatan yang
sangat mengagumkan yaitu, di pagi hari sampai sore hari mereka belajar sekolah
seperti biasa selayanknya sekolah formal, jika malam hari para santri diajarkan
khusus agama saja. Meski sistem proses pembelajaran di pesantren Al-anuar lebih
banyak belajar tentang agama namun mereka tetap tidak melupaka pembelajaran
seperti sekolah-sekolah lainya yang bersifat formal. Mereka memakai dua
kurikulum yaitu dari departemen agama dan dari mentri pendidikan.
Apa-apa saja
yang di ajarkan di pesantren(mata pelajaran) mereka sekolah seperti biasa,kalau
pagi sekolah seperti biasa,dan malam hari nya belajar agama seperti membaca
alquran,belajar membaca,supaya nanti para santri yang sudah selesai sekolah
dari situ bisa mejadi orang yang taat pada agama nya,dan suatu saat nati mereka
bisa berbagi ilmu agama kepada yang lain
nya,


Foto beberapa guru yang mengajar di
pondok pesantren.
Sebelah kiri (pembaca) yang bebaju putih itulah pak ustad Muhamad
Hasan Al-zari yang sekarang memimpin pondok pesantren Al-Anuar yang lain
berpakayan batik adalah guru yang membantu beliau mengajar dipondok tersebut.
B.
Siantan
pilihan utama pembangunan masijid Al-anuwar
Jika dilihat dari sejarahnya penduduk siantan lah
yang paling maju karna berbagai pabrik besar semua berada di daerah siantan
semua. Bahkan siantan merupakan tempat
yang paling strategis karna disitu merupakan pusat pertemuan orang-orang di
berbagai daerah, seperti landak, ketapang, sambas dan lain-lain. Siantan
dahulunya merupakan terminal terbesar dan terkenal di pontianak.
Jika kita analisis mengatakan bahwa siantan
terdahulu merupakan pusat kota yang berkembang pada eranya. Terdahulu untuk
berhubungan kekota pontianak kebanyakan masyarakat mengunakan jalan air maka
tidak dipungkiri sintan memang tempat yang sangat strategis untuk pertemuan
berbagai penjuru masyarakat kalimantan barat. kemajuan siantan sekarang ini
yang kita lihat sudah barang tentu membuktikan bahwa dari jaman terdahulu
tempat itu, siantan menjadi rebutan masyarakat kalimantan barat. berbagai
pabrik besar yang memproduksi bahan mentah yang dihasilkan masyarakat
kalimantan barat semua ada di daeran siantan atau pontianak utara.
Mungkin dengan alasan inilah sultan syarif muhammad
selauku raja karaton kadariah pontianak mendirikan sebuah masjid baru kusus di
siantan karena jumlah peduduk di kota pontianak bagian utara atau siantan
semakin hari semakin banyak lagi pula jarak tempuh pejalanan mengunakan air
saat itu semakin hari semakin jauh.
Memadadnya penduduk siantan
pontianak utara dikarenakan tempat tersebut memang sangat strategis maka banyak
penduduk yang diluar asli pntianak yang hidup di daerah siantan bahkan sebagian
besar penduduk sekarang di siantan bukan asli pribumi melainkan penduduk
pendatang. Memperkuat teory kepadatan penduduk dapat dilihat dari teori
urbanisasi, atau migrasi. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
pengertian urbanisasi yang diajarkan di bangku sekolah menengah belumlah
lengkap. Urbanisasi tidak hanya sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Namun jauh lebih dari itu.
Dalam buku Dasar-Dasar Demografi
(2010) disebutkan bahwa urbanisasi adalah peningkatan proporsi penduduk di
perkotaan (urban). Perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan, hanyalah
satu dari tiga penyebab meningkatnya proporsi (persentase) penduduk di
perkotaan. Urbanisasi juga disebabkan pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan,
serta karena adanya reklasifikasi status daerah dari desa perdesaan menjadi
desa perkotaan.
Jika dilihat dari faktor penyebab
urbanisasi di Indonesia, menurut Tjiptoherijanto dalam Chotib (1997) belum ada
penelitian khusus. Ahli kependudukan di Indonesia berkeyakinan, 50 persen
urbanisasi di Indonesia merupakan kontribusi dari pertumbuhan alamiah penduduk
perkotaan itu sendiri. Sementara perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan
memberikan kontribusi sebesar 40 persen dan sisanya sebesar 10 persen berasal
dari reklasifikasi wilayah.
Urbanisasi sebagaimana migrasi pada umumnya
mempunyai faktor penarik dan faktor pendorong. Perbedaan karakteristik antara
perdesaan dan perkotaan menjadi faktor utama yang melandasi faktor penarik dan
pendorong terjadinya arus urbanisasi.
Walaupun sultan syrif muhammad menjabat hanya samapi
tahun 1944 namun beliau dapat mempridiksi bahwa siantan akan maju pesat bahkan
pesantren Al-anuawar dapat terbangun dan berkembanag akibat jumlah pnduduk yang
semakin hari semakin banyak di siantan pontianak utara. Kini disiantan lebih
dari satu pesantren semuanya itu terisi banyak sekali oleh para santri keadan
ini menunjukan kemajuan masyarak siantan terhadap pendidikan yang sekarang ini.
Pesantren disiantan kebanyakan bercampur pengajaran antara pendikan formal dan
pendidikan tredisional (pembelajaran selayaknya pesantren).
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren
merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia
pendidikan dan bahkan pesantren bukan itu saja melainkan telah membantu
menangani masalah remaja karena sistem pendidikan dalam
pondok pesantren setidaknya dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan
mengenai kenakalan remaja. Mengenai alasan pendidikan dipondok pesantren lebih
dipilih dalam usaha penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak dan
remaja, karena pendidikan pondok pesantren sebagai sebuah sarana pembinaan
mental keagamaan, yang mana pada saat lembaga pendidikan baik formal umum
maupun agama yang dilaksanakan pemerintah dan swasta mulai dirasa kurang mampu
membina mental keagamaan dan penguasaan terhadap tuntutan praktis dari ajaran
agama secara memuaskan, maka sulit menghasilkan lulusan yang betul-betul
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan baik, serta mulai
merosot akhlaknya, munculnya fenomena tersebut, antara lain karena kurangnya
jam pelajaran untuk mata pelajaran agama, kurangnya perhatian dan waktu
pembinaan yang dilakukan orang tua di rumah, tidak sebandingnya bekal agama
yang dimiliki para remaja dengan tantangan arus budaya global yang berdampak
negatif, serta lingkungan yang tidak sehat.
Rusaknya citra remaja yang sekarang ini terjadi itu
karena kebanyakan dari mereka mengangap pendidikan pesantren kuarang ngetren
sehinga minat remaja untuk masuk pesantren kurang. Jika kita analisis
sebenarnya pendidikan pesantrenlah yang paling bagus, karena pendidikan
tersebut bukan hanya mengajarkan pembelajaran formal melainkan juga mengajarkan
agama.
Lingkungan pondok pesantren berusaha untuk
mengurangi pengaruh di luar keluarga, dengan menampung mereka di suatu asrama.
Dengan ditampungnya remaja atau anak tersebut di dalam asrama pondok pesantren
memudahkan pengawasan keluarga terhadap remaja yang seolah-olah diambil alih
oleh pondok pesantren. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan formal
sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku individu sesuai dengan nilai-nilai
kehidupan masyarakat, selain itu kehidupan di pesantren juga diharapkan dapat
membantu siswa dalam menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Setiap lembaga pendidikan tentunya membuat peraturan
dengan tujuan agar para siswa memiliki kedisiplinan yang tinggi dan tata tertib
yang berlaku di sekolah merupakan salah satu komponen yang penting demi
kelancaran proses belajar mengajar serta siswa tidak merasa terbebani dengan
adanya tata tertib itu, tetapi ada beberapa siswa yang melakukan kenakalan yang
tentu saja menjadi persoalan yang perlu ditangani. Untuk menangani hal tersebut
tentu memerlukan bebrapa metode yang harus dilakukan sekolah atau pesantren
tersebut.
Aturan dan tatatertip yang berlaku dan diterapkan di
pesantren Al-anuwar merupakan penetapan kurikulum dan kebijakan pesantren yang
mana bertujuan untuk menarget dan mencetak manusia yang berkualitas yang
diharapkan bangsa. Sedangkan kurikulum sendiri merupakan bagian dari cara dan Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok
dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya
dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari
berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Perkembangan pesantren
Al-anuwar dari tahun ketahun selalu mengalami perubahan kearah yang lebih baik,
tentu semua itu tidak dilakukan dengan muduh melainkan melalui proses yang
begitu panjang sampai menjadi pesantren yang maju seperti sekarang ini.
Perubahan yang hebat terjadi di pesantren Al-anuwar itu karena sistem dan pola pendidikan
pesantren sangat baik. Adapun kurikulum pesantren Al-anuwar akan dijelaskan dibawah
ini secara keseluruhan adapun sebagai berikut:
C.
Kurikulum
pesantren Al-anuwar
Tujuan
pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Al-anuwar adalah tidak lepas dari
tiga pokok dasar:
a. Membina anak didik menjadi
manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas yang bersedia
mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam menegakkan syiar Islam.
b. Membina anak didik menjadi
manusia yang mempunyai keperibadian yang baik (sholeh) dan bertaqwa kepada
Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.
c. Membina anak didik yang cakap
dalam persoalan agama, yang dapat menempatkan masalah agama pada proporsinya,
dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat
Kurikulum
pendidikan di pesantren saat ini tak sekedar fokus pada kita kitab
klasik (baca : ilmu agama) tetapi juga memasukkan semakin banyak mata pelajaran
dan keterampilan umum.Perkembangan yg begitu pesat dalam ilmu pengetahuan dan
tehnologi menyebabkan pengertian kurikulum selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu namun demikian satu hal yang permanen disepakati bahwa Istilah
kurikulum berasal dari bahasa Yunani semula populer dalam bidang olah raga
yaitu Curere yg berarti
jarak terjauh yang harus ditempuh dalam olahraga lari mulai start hingga
finish. Kemudian dalam konteks pendidikan kurikulum diartikan sebagai “circle of instruction” yaitu
suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam bahasa
Arab Menurut Omar Muhammad (1979 : 478) term kurikulum dikenal
dengan term manhaj yakni
jalan terang yang dilalui manusia dalam hidupanya. Dalam konteks pendidikan
kurikulum diartikan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan peserta
didik untuk menggabungkan pengetahuan ketampilan sikap dan seperangkat nilai.
Secara
etimologi artikulasi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua pertama
dalam pengertian yg sempit disebut juga (pengertian tradisional) yakni
sebagaimana dirumuskan Regan ( 1960 : 57) “
The curriculum has mean the subjects taught in school or the course of
study “. Kurikulum adalah mata
pelajaran yg diajarkan di sekolah atau bidang studi.
Sejak tumbuhnya pesantren,
pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan
utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham
Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian
integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik
di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal
usul istilah ini belum diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah
tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari
kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab pada
saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik
oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustaz biasanya dengan menggunakan sistem
sorogan, wetonan, dan bandongan. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan
di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok,
yaitu: Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), Fiqih (hukum), Ushul Fiqh
(yurispundensi), Hadits, Tafsir, Tauhid (theologi), Tasawuf dan Etika,
Cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah. Kitab-kitab Islam
klasik adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di pesantren. Keberadaannya
tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren. Kitab-kitab Islam klasik
merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan
personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain keharusan Kyai di samping
tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga karena kemampuannya
menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Sehubungan dengan hal ini, Moh.
Hasyim Munif mengatakan bahwa: “Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab
kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan relevan. Sah
artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok
dan berguna kini atau nanti. Dengan demikian, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik merupakan hal utama di pesantren guna mencetak alumnus yang menguasai
pengetahuan tentang Islam bahkan diharapkan di antaranya dapat menjadi Kyai.
Kedua
dalam pengertian yg luas disebut juga (pengertian modern) yakni seperti
dirumuskan Spear ( 1975 : 67) “The
curriculum is looked as being composed of all the actual experience pupils have
under school direction writing a courrse of study become but small prt of
curriculum program”. Kurikulum adalah semua pengalaman aktual yg
dimiliki siswa di bawah pengaruh sekolah sementara bidang studi adalah bagian
kecil dari program kurikulum secara keseluruhan.
Berdasarkan
literatur yang ada dimaksud dengan kurikulum adalah salah satu komponen utama yang
diguanakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran mengarahkan proses
mekanisme pendidikan tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan
disamping fakyor-faktor yg lain. Oleh sebab itu keberadan kurikulum dalam
sebuah lembaga pendidikan sangat penting. Kita selalu sering mendengar sorotan
tajam bahwa kurikulum selalu tertinggal dgn perkembangan zaman. Dengan demikian
pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan.
istilah
kurikulum tak terkenal di dunia pesantren (masa pra kemerdekaan) walaupun sebenar
materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren terutama pada praktek pengajaran
bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan di pesantren. Secara
eksplisit pesantren tak merumuskan dasar dan tujuan pesantren atau
mengaplikasikan dalam bentuk kurikulum. (2002:85)
Dewasa ini
pesantren dihadapkan pada banyak tantangan termasuk di dalam modernisasi
pendidikan Islam. Dalam banyak hal sistem dan kelembagaan pesantren telah
dimodernisasi serta disesuaikan dgn tuntutan pembangunan terutama dalam aspek-aspek
kelembagaan sehingga secara otomatis akan mempengaruhi ketetapan kurikulum.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa kurikulum pada dasar merupakan seperangkat
perencanaan dan media utk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan
lembaga pendidikan yg diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai
mengembangkan diri dgn jenis dan corak pendidikan yg bermacam-macam.
Maka dari
pada itu kurikulum pondok pesantren tradisional status cuma
sebagai lembaga pendidikan non formal yg hanya mempelajari kitab-kitab klasik.
Meliputi : nahwu sorrof belaghoh tauhid tafsir hadist mantik tasawwuf bahasa
arab fiqih ushul fiqh dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum
pendidikan pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau
masalah yg dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal menengah dan lanjutan.
Jenjang
pendidikan dalam pesantren tak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga
pendidikan yg memakai sistem klasikal. Umum kenaikan tingkat seorang santri
didasarkan kepada isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan
berganti kitab yg dipelajarinya.
Apabila
seorang santri telah mengusai satu kitab atau beberpa kitab dan telah lulus
ujian yang diuji oleh Kiai maka ia berpindah kepada kitab lain yang lebih
tinggi tingkatannya. Jelas penjenjangan pendidikan pesantren tak berdasarkan
usia tetapi berdasarkan penguasaan kitab-kitab yg telah ditetapkan dari paling
rendah sampai paling tinggi. Sebagai konsekuensi dari cara penjenjangan di atas
pendidikan pesantren biasa menyediakan beberapa cabang ilmu atau bidang-bidang
khusus yg merupakan fokus masing-masing pesantren untuk dapat menarik minat
para santri menuntut ilmu di dalamnya. Biasa keunikan pendidikan sebuah
pesantren telah diketahui oleh calon santri yg ingin mondok.
Kendati
beberapa pakar berbeda dalam merumuskan pengertian kurikulum tetapi mereka tak
berbeda mengenai fungsi kurikulum yakni : sebagai sarana atau alat untuk
mencapai tujuan pendidikan sebagai pelestari nilai nilai budaya dan sebagai
pedoman tentang jenis lingkup dan hirarki urutan isi dan proses pendidikan.
Kurikulum
bagi pendidik berfungsi sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar peserta didik bagi tenaga kependidikan berfungsi sebagai
pedoman dalam mengadakan supervisi bagi wali murid berfungsi untuk memberikan
informasi sekaligus dorongan agar membantu menggiatkan belajar yang relevan di
rumah dan bagi perserta didik sendiri berfungsi sebagai informasi tentang jenis
pengetahuan nilai nilai dan keterampilan yg telah diperoleh sebagai entri
behaviornya.
Biasa
komponen tujuan tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan yakni tujuan
pendidikan nasional tujuan institusional tujuan kurekuler dan tujuan
instruksional. Namun demikian berbagai tingkat tujuan tersebut satu sama lain
merupakan suatu kesatuan yg tak terpisahkan.
Komponen isi
meliputi pencapaian target yang jelas materi standart standart hasil belajar
siswa dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. kepribadian. Komponen strategi
tergambar dari cara yg ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran cara di dalam
mengadakan penilaian cara dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara
mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. Cara dalam melaksanakan
pengajaran mencakup cara yang berlaku dalam menyajikan tiap bidang studi
termasuk cara mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
Komponen
evaluasi berisi penilaian yg dilakukan secara terus menerus dan bersifat
menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran yg dimaksudkan sebagai
feedback terhadap tujuan materi metode sarana dalam rangka membina dan
mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
Bila disebut
pendidikan Islam maka orientasi adl sistem yaitu sistem pendidikan yang Islami
yg teori-teori disusun berdasarkan alqur’an hadits. Sedangkan pendidikan agama
Islam adl nama kegiatan atau aktivitas dalam mendidikkan agama Islam.
Dengan kata
lain pendidikan agama Islam adl sejajar dgn mata pelajaran lain di sekolah
seperti pendidikan matematika ataupun pendidikan biologi. Dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengenal
memahami menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dgn tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan dgn kerukunan antar umat
beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Jadi
kurikulum Pendidikan pesasntren adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam di
pesantren berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
sisteatis diberikan kepada santri dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama
Islam. Kurikulum Pendidikan pesasntren merupakan alat untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam. Adapun lingkup materi pendidikan pesasntren adalah :
Al-Qur’an dan Hadits Keimanan akhlak Fiqh/ibadah dan sejarah dgn kata lain
cakupan Pendidikan pesasntren ada keserasian keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah diri sendiri sesama manusia makhluk lain maupun
lingkungannya.
Untuk
mencapai tujuan Pendidikan pesantren tersebut perlu rekonstruksi kurikulum agar
lebih riil. Rumusan tujuan Pendidikan pesasntren yang ada selama ini masih
bersifat general dan kurang mach dengan realitas masyarakat yang terus
mengalami transformasi. Rekonstruksi disini dimaksudkan untuk meningkatkan daya
relevansi rumusan tujuan Pendidikan pesasntren dgn persoalan riil yg dihadapi
masyarakat dalam hidup kesehariannya.
Prinsip
pengembangan kurikulum Pendidikan pesasntren secara umum dapat dikelompkkan
menjadi dua yakni prinsip umum yang meliputi prinsip relevansi prinsip
fleksebelitas prinsip kontinoitas prinsip praktis prinsip efektifitas dan
prinsip efisiensi. Sedangkan prinsip khusus mencakup prinsip yg berkenaan dgn
tujuan Pendidikan pesasntren prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi
Pendidikan pesasntren prinsip yang berkenaan dengan metode dan strategi proses
pembelajaran Pendidikan pesantren prinsip yang berkenaan dengan alat evalusi
dan penilaian Pendidikan pesasntren.
Pengembangan
kurikulum Pendidikan pesantren yang terus menerus menyangkut seluruh komponen
merupakan sesuatu yang mutlak untuk dilakukan agar ia tak kehilangan relevansi
dgn kebutuhan riil yang dihadapi komonitas pendidikan islam yang kecenderungan
terus mengalami proses dinamika transformatif.
Dipondok
pesantren Al- anuwar kurikulum yang berbasis moderen yang mana mereka tidak
hanya belajar masalah Fiqih (hukum), Ushul Fiqh (yurispundensi), Hadits,
Tafsir, Tauhid (theologi), Tasawuf dan Etika, melainkan mengikuti juga
pembelajaran selayaknya sekolah pormal.
Ada keunikan
tersendiri dari sistem pengajaran pondok pesantren Al-anuwar yaitu mereka
menjadikan dalam dua puluh empat jam (24) digunakan secara penuh, dengan cara membagi waktu menjadi dua yaitu:
a. Siang
hari
Disiang hari para pesantren mengikuti pembelajaran selayaknya sekolah
formal umumnya bahkan pakayan seragam mreka seperti sekolah biasa, jiaka
dilihat dari sepintas tempat tersebut adalah sekolah formal. Namun setelah
diteliti lebih mendalam sekolah tersebut adalah pesantren.
Pesantren Al-anuwar merupakan pesantren pertama dan tertuau di siantan, bahkan
ketika pesantren tersebut di bangangun banyak perubahan yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Mengapa demikian karena pesantren tersebut. banyak
mengajarkan masyarakat yang kurang mampu, apalagi biaya pendidikan sanagat
mahal dan ditambahlagi kekurang pahaman masyarakat terhadap dunia pendidikan
saat itu.
Masyarakat sebelum mengenal pendidikan formal atau sekolah yang kita
ketahui saat ini mereka sudah mengenal yang namanya pesantren. pesantren
merupakan lembaga sekaligus sistem pendidikan tertua di Indonesia. Beberapa
sejarawan ada yang menyebut, pesantren telah ada pada zaman Wali Songo. Bahkan
ketika menginjakkan kakinya di Demak Jawa Tengah, yang pertama kali dilakukan
Raden Fatah bukan mendirikan kerajaan, melainkan membangun lembaga pendidikan dengan
sistem sebagaimana layaknya pesantren. Dalam perkembangannya, tentu saja banyak
hal baru yang dilakukan oleh pesantren. Saat ini misalnya, hampir semua
pesantren mempunyai madrasah. Madrasah mempunyai pola pendidikan yang mirip
dengan sekolah.
Pesantren banyak diminati masyarakat karena mudah dijankau oleh
masyarakat kalangan menengah kebawah, biaya dan atministrasi lainya tidak
terlalu mencekak leher maka dari itulah pesantren sangat digemari masyarakat
terdahulu. Dampak dari adanya pesantren yang kian hari merabak menjadi batu
loncatan peningkatan didunia pendidikan yang sekarang ini meramabak keseluruh
penjuru di indonesia. Termaksudlah dampak dari pendidikan pesantren Al-anwar
disiantan yang banyak mengantarkan masyarakat pribumi melanjutkan sekolah
diluar daerahnya bahkan diluar pulau sekalian. Perlahan-lahan masyarakat mulai
mengenal dan memahami tentang pendidikan baik yang sifatnya formal maupun non
formal. Kemajuan dunia pendidikan di indonesia bahkan kalimatan barat khusunya
tidak dapat dipungkiri adalah karena pondok pesantren yang tampa sengaja
mengajarkan masyarakat tentang dunia pendidikan.
Sekarang ini pesantren bukan lagi tempat bagi orang-orang yang menuntut
ilmu agama semata, melainkan juga bisa memberikan pendidikan-pendidikan umum
seperti sekolah pada umumnya. Ditambah lagi dengan adanya pesantren dengan
model boarding school yang cukup menyita perhatian masyarakat terhadap
pesantren, maka peran pesantren kian terlihat nyata. Mereka yang pernah
mengenyam pendidikan di pesantren kemudian juga belajar di berbagai lembaga
pendidikan lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, pada umumnya memandang
pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai lembaga pendidikan.
Islam khas Indonesia yang dapat diruntut pertalian keilmuan dan kurikulumnya
dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam di berbagai belahan dunia.
Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa pesantren masih tetap
terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya dapat memainkan peranan
yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan belum ada lembaga
pendidikan yang berhasil melahirkan ulama dari generasi ke generasi dalam
kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.
b. Malam
hari
Malam hari para santri pesantren Al-anuwar juga melakukan proses belajar
mengajar juga yang mana pembelajaran malam memang di khususkan belajar agama. Masjid
yang terlihat mengah dan besar itu ternyata bertujuan menampung santri khusus
belajar di malam hari. Sebelum datang waktu shlat para santri melakukan
pembelajaran yang di ajarkan oleh ustad.
1.
Bandongan atau Weton
Bandongan atau biasa disebut metode wetonan adalah cara penyampaian kitab
kuning di mana seorang guru, kiai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi
kitab kuning. Sementara santri, murid atau siswa mendengarkan, memberi makna
dan menerima wejangan. Dalam metode ini, guru berperan aktif, sementara murid
bersifat pasif. Metode bandongan atau weton dapat bermanfaat ketika jumlah
murid cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi
yang disampaikan cukup banyak.
Sedangkan E. Shobirin Nadj, dalam
artikelnya Perspektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren, menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan bandongan adalah mengikuti dan memperhatikan. Proses
pengajaran kiai membacakan kata-perkata atau kalimat-perkalimat dan
menerjemahkan kemudian diterangkan arti maksudnya lebih jauh kepada para
santri/murid.
2.
Sorogan
Sorogan adalah metode belajar yang berbeda dengan metode bandongan. Dalam
metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna, sementara guru
mendengarkan sambil memberi catatan, komentar atau bimbingan bila diperlukan.
Akan tetapi dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak
terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusia
E. Shobirin Nadj mengatakan, bahwa sorogan berasal dari kata sorog yang
berarti mengajukan. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah kitab
di hadapan kiai atau pembantu kiai, kemudian kiai memberikan tuntunan bagaimana
cara membacanya dan menghafalkannya.
3. Hafalan
3. Hafalan
Hafalan adalah sebuah metode pembelajaran yang mengharuskan murid mampu
menghafal naskah atau syair-syair dengan tanpa melihat teks yang disaksikan
oleh guru. Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada murid-murid usia
anak-anak, tingkat dasar dan tingkat menengah. Karena menghafal sama dengan
mengajak otak agar tetap bekerja. Jika diibaratkan pisau agar tidak cepat
tumpul, maka harus sering diasah. Begitupun dengan otak manusia. Agar tidak
mudah hilang hafalannya juga harus sering diasah.
4.
Diskusi
Metode ini sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau
santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau
masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning atau pelajaran lainnya. Dalam
metode ini, kiai atau guru bertindak sebagai moderator karena metode diskusi
bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar. Melalui diskusi ini, akan
tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis.
Belajar untuk Berkarya Pola pendidikan pondok pesantren yang merupakan
sistem asrama (boarding house) mengajarkan pada para santri hidup secara
mandiri, sederhana, kreatif dan berorientasi pada karya. Pola hidup khas pondok
pesantren seperti ini memberikan dampak positif ketika para santri mengikuti
pendidikan kesetaraan. Karena sistem metedeologi dan pendekatan yang digunakan
pada pendidikan kesetaraan sepenuhnya sama dengan yang diterapkan pada pondok
pesantren. Selain memberikan pengetahuan umum dan agama, pendidikan kesetaraan
pondok pesantren memberikan bekal kepada para santri kecakapan hidup yang
meliputi kecakapan pribadi, kecakapan intelektual, kecakapan sosial dan
kecakapan vokasional.
Sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mengembangkan
kecakapan komprehensif, kompetitif dan mendorong agar para santri mampu
mengimplementasikan pengetahuan dan kecakapannya dalam berkarya. Pembelajaran
yang diimplementasikan dalam karya laksana buah dari “pohon ilmu”. al-‘Ilm bila
‘amal ka al-shajar bila thamar. Ilmu tak diiringi dengan karya, ibarat pohon
yang tak menghasilkan buah.
Pendidikan yang memberi motivasi untuk berkarya akan memacu seseorang
santri untuk belajar dan mereguk pengetahuan sebanyak mungkin. Karena dengan
pembelajaran dan pengetahuan yang didapatkan, ia bisa membuat karya sebaik
mungkin. Setiap santri akan memiliki sikap positif untuk berlomba-lomba
memperoleh kesuksesan. Baik sukses secara materi maupun sukses secara spiritual
agama. Maka dengan sendirinya para santri tumbuh dengan memiliki jiwa
achievement, yaitu mental untuk selalu mencapai prestasi tertinggi dengan
memberikan karya terbaik.
Untuk memilliki suatu karya terbaik, tentu saja tidak mudah untuk
meraihnya. Tentu memiliki pola pengembangan dalam belajar agar santri bisa
berfikir secara rasional. Dan tentunya para santri harus memiliki semangat yang
tinggi untuk menciptakan suatu karya yang terbaik. Para santri juga dididik
agar menjadi seorang yang terampil, informal leader, berorientasi keahlian,
inventif dan kreatif.
Pondok Al-anuwar juga menerapkan beberapa skill penting yang harus
dimiliki santri pondok pesantren, adalah:
1. Terampil
Keterampilan adalah konsekuensi logis santri yang karena beberapa hal
tidak dapat mengikuti pendidikan jalur formal. Pendidikan kesetaraan memberikan
substansi praktikal yang relevan dengan kehidupan nyata. Karena itu pendidikan
kesetaraan lebih menekankan aspek vokasional (keterampilan) tanpa mengabaikan
aspek intelektual, emosional dan spiritual. Karena proses pembelajaran pada
pendidikan kesetaraan di pondok pesantren lebih menitikberatkan pada mengasah
keterampilan dengan mengenali permasalahan lingkungan serta cara berfikir
secara kreatif untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pendekatan antara
disiplin ilmu, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu keislaman yang digali
dari telaah kitab-kitab kuning khazanah pondok pesantren.
2. Informal Leader
Lulusan pondok pesantren lebih diproyeksikan sebagai para pemimpin
informal yang berkiprah di tengah-tengah masyarakat secara fleksibel dan luwes.
Yang dimaksud pemimpin informal adalah pemimpin yang mendedikasikan kemampuan
dan keterampilannya kepada umat di luar jalur pemerintahan atau birokrasi.
Seperti ulama, kiai, cendekiawan, tokoh masyarakat dan ketua adat. Menjadi
pemimpin informal sangat ideal bagi lulusan pondok pesantren, karena pemimpin
informal di tengah-tengah masyarakat lebih bersifat pelayanan dan pengabdian
dan pelayanan diberikan atas dasar tanggungjawab sosial kepada masyarakat dan
demi meraih pahala dari Allah SWT. Hal ini sesuai karakter pendidikan pondok
pesantren yang mengedepankan keikhlasan, ketekunan, kesabaran, kerja keras,
kerja cerdas, tidak mudah menyerah, tawakkal dan keinginan menjadi manusia
terbaik di hadapan Allah SWT dan masyarakat.
3.
Berorientasi Keahlian
Pendidikan pondok pesantren memberikan bekal kepada lulusannya
keterampilan (vokasional) dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan
memanfaatkan media dan keilmuan yang dimiliki. Kedua hal ini sangat berpengaruh
untuk menumbuhkan (expertisement) lulusan, karena lulusan pesantren dituntut
untuk menguasai spesialisasi tertentu sesuai karakter, bakat, potensi dan
kompetensinya. Jika para santri lebih berbakat di bidang ilmu pengetahuan
eksakta, maka ia didorong untuk menguasai matematika, fisika dan biologi.
Sehingga kelak ia memiliki keahlian di bidang tersebut dengan dilengkapi
pengetahuan keislaman yang mumpuni. Sebaliknya, para santri yang lebih tertarik
dengan pengetahuan keislaman bisa diproyeksikan menjadi ulama yang ahli, tetapi
mengetahui dan memahami pengetahuan lainnya.22)
4.
Inventif (Berdayacipta)
Ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui pendidikan pondok pesantren
bukanlah hasil yang didapatkan dari proses pembelajaran semata. Ilmu
pengetahuan tersebut merupakan modal awal yang berguna bagi lulusannya untuk
mengarungi pengetahuan yang lain dengan terus-menerus melakukan terobosan dalam
penciptaan hal-hal baru yang baik dan konstruktif.
Aspek maslahat yang dijadikan batu pijakan dalam hukum Islam bisa jadi
motivasi lulusan pondok pesantren menjadi manusia yang berjiwa inventif.
Manusia inventif adalah orang-perorangan yang mampu memanfaatkan kemampuannya
untuk menciptakan temuan-temuan baru yang berguna bagi umat manusia, disertai
tanggungjawab sebagai makhluk Allah SWT. Melihat kondisi dunia yang semakin
berkembang, dibutuhkan pemikiran-pemikiran baru yang dapat mendukung fenomena
kemajuan dan legitimasi hukum keagamaan untuk menjelaskan perkembangan dunia.
Lulusan pondok pesantren selain harus melibatkan diri dalam penemuan-penemuan
keilmuan dan teknologi baru, juga harus mampu memberikan penjelasan hukum
keislaman atas hal-hal baru yang ditemukan. Penguasaan literatur keagaman dan
khazanah kitab kuning memungkinkan lulusan pondok pesantren menjawab tuntutan
perkembangan zaman.
5.
Kreatif
Kemampuan inventif seyogyanya ditopang oleh jiwa kreatif.
Pendidikan pondok pesantren diarahkan untuk membentuk lulusan yang memiliki
daya kreatif dan kemampuan inventif yang tinggi. Sebagaimana watak kreatifitas
itu sendiri, daya kreatif yang dimiliki lulusan pondok pesantren juga
dikembangkan secara luas tanpa batas. Kreatifitas dimanfaatkan pada setiap
bidang keilmuan yang berguna dalam mengarungi kehidupan. Akan tetapi, daya
kreatif dan inventif harus dikelola secara cerdas agar tidak disalahgunakan
untuk melakukan eksperimentasi yang bersifat merusak dan menimbulkan mafsadat
yang berdampak luas. Karena itu, kreatifitas dan inventifitas perlu dipagari
dengan memperkuat keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti, moralitas
dan pribadi yang bertanggung jawab.
Peran Penting Pesantren Menurut M. Dian Nafi’ dalam buku
Praktis Pembelajaran Pesantren, pesantren mengemban beberapa peran, utamanya
sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus
juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan,
kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya,25)
maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu tidak langsung
terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga
pendidikan, pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatihan dan
pemerdayaan masyarakat. Keberhasilannya membangun integrasi dengan masyarakat
barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul
budaya.
1.
Lembaga Pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak
mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah
yang menjadikannya tetap dibutuhkan masyarakat. Disebut dalam arti luas, karena
tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah dan kursus seperti
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. Keteraturan pendidikan
di dalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan
penjenjangan kitab. Penjenjangan ini diterapkan turun-temurun membentuk tradisi
kurikuler yang terlihat dari segi standar-standar isi, kualifikasi pengajar dan
santri lulusannya.26)
2. Lembaga Keilmuan
2. Lembaga Keilmuan
Pesantren juga punya peluang menghadirkan diri sebagai lembaga keilmuan.
Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di
pesantren lainnya. Luas-sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dilihat
dari banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya. Jarang terjadi kritik
terbuka atas suatu kitab seperti itu dalam bentuk pidato. Yang lebih sering
terjadi adalah ketidaksetujuan akan dituangkan ke dalam bentuk buku juga. Dan
akhirnya masyarakat akan ikut menilai bobot karya-karya itu. Dialog keilmuan
itu berlangsung dalam ketenangan pasantren selama berabad-abad hingga tercatat
karya-karya Syeikh Nawawi al-Bantani menjadi pegangan pembelajaran di Makkah
dan Madinah. Demikian pula karya Syeikh Mahfudh at-Turmusi yang berjudul Manhaj
Dzawi an-Nadhar yang menjadi kitab pegangan ilmu Hadis hingga sampai jenjang
perguruan tinggi.
3.
Lembaga Pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri
santri sendiri. Mulai dari makan, minum, mandi, pengelolaan barang barang
pribadi, sampai urusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang
berpengaruh kepada pembelajaranya, seperti jadwal kunjungan kedua orang tua
atau pulang menjenguk keluarga. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya masih
di bimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu mengurusnya
sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik, maka santri akan
menjalani pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi anggota komunitas yang aktif
dalam rombongan belajarnya. Di situlah santri belajar bermusyawarah.
Menyampaikan pidato, mengelola suara saat pemilihan organisasi santri,
mengelola urusan operasional di pondok dan mengelola tugas membimbing santri
juniornya. Pelatihan-pelatihan itu bisa berlanjut hingga santri dapat menjadi
dirinya sendiri suatu hari nanti.28)
c. Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat
Jarang pondok pesantren yang dapat berkembang dalam waktu yang sangat
singkat dan langsung berskala besar, karena setiap tahapan dipahami sebagai
membutuhkan penjiwaan. Kebesaran pesantren akan terwujud bersamaan dengan
meningkatnya kapasitas pengola pesantren dan jangkauan programnya di
masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk watak pesantren
sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
Dalam melakukan
kegiatan pemberdayaan masyarakat itu pesantren benar-benar mandiri dan lebih
selektif pada lembaga penyandang dana dari luar masyarakatnya sendiri. Inovasi
teknis terjadi di banyak masyarakat pesantren, tetapi inovasi sosialnya
tidaklah begitu memenuhi harapan. Pengalaman itu menjadi latar belakang
kritik atas wacana pengembangan masyarakat di pesantren. Jenis pengembangan
masyarakat yang lebih menjadikan masyarakat pesantren sebagai pasar bagi produk
asing menjadi sorotan tajam. Konsep pengembangan masyarakat pun diganti dengan
pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep ini termuat pendekatan yang lebih
memampukan masyarakat, yaitu yang dapat memperbaiki tata usaha, tata kelola dan
tata guna sumber daya yang ada masyarakat pesantren.
5. Lembaga
Bimbingan Keagamaan
Tidak jarang
pula pesantren ditempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan keagamaan oleh
masyarakat. Setidaknya pesantren menjadi tempat bertanya masyarakat dalam hal
keagamaan. Mandat pesantren dalam hal ini tampak sama kuatnya dengan mandat
pesantren sebagai lembaga pendidikan. Di beberapa daerah, identifikasi lulusan
pesantren pertama kali adalah kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk
urusan ritual keagamaan sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan,
kepelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
Dorongan
keagamaan untuk peran ini antara lain adalah firman Allah SWT: “Hendaklah
kalian berdakwah ke jalan Allah dengan hikmah, nasehat yang santun dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Tahu siapa diantara hamba-Nya yang sesat dari jalan-Nya dan Dia Maha Tahu atas
orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Qs. an-Nah}l: 125)
6. Simpul Budaya
Pesantren dan simpul budaya itu sudah seperti dua sisi dari mata uang
yang sama. Bidang garapnya yang berada di tataran pandangan hidup dan penguatan
nilai-nilai menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di daerah
pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren berwatak tidak larut atau
menentang budaya di sekitarnya. Yang jelas pesantren selalu kritis sekaligus
membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya. Pesantren hadir
sebagai sebuah sub-kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras dengan budaya
setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syari’at. Di situlah pesantren
melaksanakan tugas dan memperoleh tempat.
Itulah peran-peran pesantren yang paling utama untuk menjadi lembaga
pendidikan Islami, tapi juga memfasilitasi pendidikan umum lainnya agar para
santrinya tidak tertinggal zaman. Meskipun zaman semakin canggih, tetapi kita
tidak boleh melupakan peran-peran pondok pesantren untuk kita semua. Dan semoga
kita para santri bisa meneruskan peran-peran pesantren bagi pengembangan
masyarakat.
Dari Pesantren Membangun Bangsa Setelah mengalami masa-masa sulit akibat
bangsa penjajah, pesantren selanjutnya memasuki era pascakemerdekaan dan kiprah
pesantren di zaman pembangunan. Terdapat bukti-bukti sejarah bahwa tidak
sedikit putra terbaik bangsa ditempa di pesantren. Mereka tidak hanya terlibat
dalam perjuangan fisik melawan bangsa penjajah, tetapi turut juga mengambil
bagian dalam mendirikan bangsa, aktif dalam mempertahankan dan mengisi era
kemerdekaan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya. Sejalan dengan itu,
tidak berlebihan seandainya pada periode tahun 1959-1965, pesantren disebut
sebagai “alat revolusi” dan penjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
Pada era ini dikenal para tokoh nasional, seperti KH. Wahid Hasyim (salah
satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI) dan KH. Saifuddin
Zuhri (Mentri Agama Era Orde Lama), yang dibesarkan melalui pesantren. Juga KH.
Abdurrahman Wahid yang bahkan berhasil menduduki kursi Presiden RI ke-4; dan
masih sangat banyak lagi yang lainnya.
Memasuki Orde Baru, tugas pokok pesantren dalam mendidik dan
memberdayakan masyarakat tetap dijalankan. Indenpendensi yang selama ini
dipertahankan agaknya menjadi faktor penting bagi tetap eksisnya pesantren
sebagai media komunikasi efektif dalam jaringan masyarakat tradisional
pedesaan. Bahkan, atas partisipasinya sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat,
Dawam Rahardjo mengungkapkan bahwa pesantren memiliki peran penting sebagai
agen pembaharuan sosial, khususnya dalam program transmigrasi, sosialisasi
sistem keluarga berencana, gerakan sadar lingkungan atau pergerakan para santri
dan masyarakat setempat dalam perbaikan prasarana fisik dan pembangunan masyarakat
desa, penyelenggaraan poliklinik bagi anggota masyarakat sekitar dan
sebagainya. Dari semua itu, yang paling menonjol adalah kemampuan pesantren
dalam menyediakan sarana pendidikan relatif murah dan terjangkau oleh
masyarakat.
Di samping sebagai lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat,
terhitung sejak dekade 70 hingga sekarang, sudah banyak pesantren yang dinilai
berhasil membuka jaringan (networking) dan melakukan aliansi strategis dengan
pihak-pihak di luar pesantren, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), maupun lembaga asing, guna merealisasikan program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat. Mengomentari fenomena ini, (internet) sosiolog Jerman
yang pernah meneliti perkembangan pesantren di Indonesia, Manfred Ziemek
mengungkapkan, bahwa pesantren telah berhasil melaksanakan proyek sinergis
antara kerja dan pendidikan serta berhasil dalam membina lingkungan desa
berdasarkan struktur budaya dan sosial. Demikianlah, pesantren terus berkembang
mengikuti lintasan sejarah kehidupan dengan tetap mempertahankan
indenpendensinya dan konsistensinya dalam memainkan peran sebagai lembaga pendidikan
dan pemberdayaan sosial.
Tidak hanya itu, dalam tataran yang lebih luas, pesantren juga berperan
sebagai benteng pengawal moral, khususnya berkenaan dengan terjaganya tradisi
kepesantrenan yang luhur dengan nilai-nilai keteladanan, baik yang ditunjukkan
oleh figur kiai maupun nilai-nilai agama yang diajarkan di pesantren. Peran
seperti ini menempatkan pesantren sebagai kekuatan counter culture, demi tidak
terjadinya alienasi budaya di tingkat lokal. Alhasil, semua penjelasan di atas
dapat dikategorikan sebagai potensi pesantren yang bisa dikembangkan secara
optimal, sehingga menjadi institusi yang berperan aktif dalam mamberdayakan
masyarakat, khususnya dalam hal pendidikan masyarakat.
Sebagai generasi santri, maka jangan sampai kita kalah dengan para kiai
terdahulu yang telah berhasil membangun bangsa ini melalui kiprahnya. Jika
mereka saja bisa memajukan pesantren dengan semangat juang yang tinggi,
sehingga bisa membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, kenapa
kita tidak bisa melakukan hal yang lebih dari itu? Dengan semangat dan tekad
yang kuat, kita pasti bisa membuat peradaban baru di dunia tanpa harus
menghilangkan tradisi khas pesantren, karena sistem pendidikan di pesantren
itulah yang akan menghantarkan kita sebagai bagian dari pembangunan dan
kemajuan bangsa ini.
BAB III
KESIMPULAN
Pesantren
Al-anuwar berdiri yaitu pada tahun 1960 yang didirikan oleh ustad Al-zari.
Pesantren ini bercikal bakal dari
sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh sultan syarif Muhammad. Dia melihat
kondisi masyarakat yang semakin hari semakin banyak jumlah penduduk pontianak
khususnya masyarakat siantan, maka beliau berkeinginan membangun sebuah masjid
baru di siantan, karena dia tidak ingin melihat kesusahan masyarakat siantan
yang jauh-jauh kekadariah pontianak atau keraton hanya mengejar shalat
berjama’ah lantara di siantan tidak ada masjid. Setelah dibangunkan sebuah
masjid rupanya berdampak positif yang sangat besar terjadi di siantan yang mana
mereka mulai memikirkan perkembangan agama islam yaitu mengiginkan sebuah pondok
pesantren.
Sebenarnya
pondok pesantren yang di inginkan oleh pak ustad Al-zari adalah rasa simpati
beliau melihat banyak para anak-anak disiantan yang tidak menempuh pendidikan
akibat mahalnya biaya pendidikan dan kekurang pahaman masyarakat tentang dunia
pendidikan, itulah salah satu alasan mengapa dia mengiginkan sebuah pondok,
karena dia tidak tega melihat banyak anak bangsa yang tidak sekolah.
Kita
tahu dipesantren biaya pendidikan tidak terlalu mahal bahkan sangat besahabat
dengan kalangan masyarakat yang kurang mampu, maka dari itulah pesantren sangat
membantu sekali dunia pendidkin. Setelah dibangunkan sebuah pesantren banyak
sekali masyrakat siantan mulai memikirkan tentang pendidikan, bahkan dikatakan
pak ustad Muhammad hasan Al-zari selaku kiai pesantren Al-anuwar sekarang
banyak sekali pemuda siantan keluar pulau hanya untuk memempuh pendidikan dan
bisa di adopsi dan dikembangkan dikampungnya bahkan secara perlahan-lahan
masyarakat siantan mulai mementingkan pendidikan.
Pesantren
Al-anuawar sangat besar dampak bagi masyuarakat siantan yang mana kala itu masyarakat buta sekali yang namanya
pendidikan, baik pedidikan moderen atau tradisional tapi setelah berdirinya
pondok tersebut menjadikan masyarakat siantan tidak lagi buta huruf. Pondok
Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia, sehingga
keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat; Pondok
Pesantren adalah lembaga pendidikan generasi muda yang menggabungkan
etika, moral dan agama, sehingga berperan dalam mencetak generasi muda yang
berakhlak mulia.
Kurikulum Pondok Pesantren Al-anuwar adalah tidak lepas dari
tiga pokok dasar:
a.
Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang
luas yang bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam
menegakkan syiar Islam.
b.
Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai keperibadian yang baik
(sholeh) dan bertaqwa kepada Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.
c.
Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama, yang dapat menempatkan
masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang
tumbuh di tengah-tengah masyarakat
maka dengan itu pondok pesantren Al-anuwar menerap sistem
pendidikan dengan cara membagi waktu yaitu malam dan siang. Karena di pesantren
Al-anuwar menerap dua kebijakan yaitu agama dan pemerintah adapun kebijakan di:
1. Siang
hari
Pesantren tersebut
diajarkan sekolah formal namun ada juga diselingi dengan agama, tapi yang
banyak adalah mata pelajaran selayaknya sekolah formal
2. Malam
hari.
Dimalam hari para
santri memang dikhususkan belajar agama tampa ada yang lain.
No comments:
Post a Comment