Thursday 9 April 2015

sejarah lisan masjid Al-anuwar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Berdirinya pondok pesantren Al-anuwar memang bercikal bakal dari sebuah masjid yang di bangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang memerintah di keraton kadariah pontianak, beliau melihat semakin hari semakin bertambah jumlah penduduk kota pontianak maka tersenak didalam hatinya untuk mendirikan masjid baru maka yang menjdi pilihan daerah yang mau didirikanya masjid baru yaitu daerah siantan. Siantan pada masa itu memng cukup ramai bahkan terminal pertama pontianak yaitu berada di siantan.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak lama, bangkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat Muslim.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau setidak-tidaknya pernah nyantri di pesantren.
Sekarang, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan permasalahan yang bertambah kompleks, kontribusi pesantren masih terus diharapkan. Dengan tantangan dan tuntutan yang jauh berbeda, pesantren harus terus melakukan semangat terbarukan—seperti slogannya Pertamina—dengan berbagai sumbangan pemikiran maupun dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.




B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut.
1.      Bagaimana sejarah berdirinya pesantren Al-anuawar?
2.      Mengapa siantan jadi pilihan utama?
3.      Bagaimanakurikulum pendikan pesantren Al-anuawar ?

C.    Tujuan
Untuk menjawab rumusan masalah maka dapat kita ketahui tujuanya adalah sebagai berikut.
1.      Menjelaskan sejarah berdirinya pesantren Al- anuwar secara keseluruhn.
2.      Memahami memngapa tempat yang dipilih harus siantan dan bukan yang lain.
BABII
PEMBAHASAN
PESANTREN AL-ANUAR
A.      Sejarah pesantren Al-Anuar
a.      bedirinya pesanten al-anuwar
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak lama, banhkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat Muslim.pesantren sangat berjasa bagi bangsa indonesia karena merupakan pendidikan yang pertama yang banyak diminati dan disukai masyarakat karena biaya pendidikan yang murah dan sederhana mampu mengikat hati masyarakat dan tidaka secara langsung banyak menyelamatkan bangsa dari buta huruf.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau setidak-tidaknya pernah nyantri di pesantren. Sekarang pesantren semakin hari semakin banyak dan bertamabah begitulah yang terjadi dikalimantan barat yang berada di pontianak.
Pesantren Al-anuar merupakan pesantren pertama di siantan  karena pembangunannya memang di perintahkan oleh salah satu raja Kadariah pontianak yaitu pada masa pemerintahan sultan Muhamad. Beilau melihat semakin hari semakin banyak jumlah penduduk kota Pontianak, maka dari itu beliau meminta kepada salah seorang warga setempat disiantan yaitu bapak ustad Al-zari, beliau merupakan salah seorang toko masyrakat yang cukup terpandang dalam bidang keagamaan khusunya agama islam, untuk membangunkan sebuah masjid supaya masyarakat tidak susah-susah jika mau shalat harus jauh-jauh dari siantan ke karaton hanya untuk shalat saja. Maka dari situlah sudah ada mulai cikal- bakal akan berdirinya sebuah pondok pesantren. Menurut bapak ustad muhamad hasan Al-zari, beliau selaku anak kedua dari bapak ustad Al-zari mengatakan sebelum dibangun sebuah masjid proses belajar mengajar mengaji( baca al-quran) sedah berlangsung.
Jadi sebenarnya cikal bakal pesantren yang berada di siantan adalah berawal dari sebuah bangunan masjid. Masjid yang dahulunya digunakan untuk memudahkan masyarakat siantan untuk beribadah rupanya membawa dampak yang sangat positif bagi masyarakat setempat, mereka lebih intensif sekali dalam memperhatikan masalah perkembangan agama islam, kususnya yang ada di pontianak pada masa itu.
Didirikan masjid tersebut rupanya menjadi batu loncatan bagi masyarakat setempat untuk memperdalam ilmu agama, apalagi ketika itu bapak ustad AL-zari melihat minat belajar santri semakin hari semakin bertambah maka dari itu mulailah dia mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian deberi nama pesanten Al-anuar. Nama Al-anuar itu sendiri diambil dari sbuah nama seseorang tokoh masyarakat dari madura yang terkenal keagamaanya, maka dengan nama itu beliau berharap pesantren tersebut bisa seperti nama tersebut yang bisa berjaya.
Pesantren Al-anura didirikan pada tanhun 1960 oleh pak ustad Al-zari ketika itu bagunan masih berbentuk sangat sederhana bila di bandingkan dengan sekarang ini. Proses pembangunan pesantren Al-anuar secara bertahap, yang awalnya sangat sederhana bahkankan pernah proses pengajaran kadang-kadang dilakukan dirumah bapak ustad AL-zari karena mengingat bangunan belum bisa di gunakan secara optimal. Menurut pak ustad Muhamad hasan asyari al-zari sebenarnya pondok yang pertama adalah rumah ayahnya yatu pak usta Al-zari. Namun semangat beliau untuk terus maju dan mengembangkan pesantren tak pernah pudar hinga maju sampai sekarang. Jasa beliau mencerdaskan dan menyelamatkan masyrakat siantan dari buta hurup sangat besar bahkan dia tidak saja berjasa dalam kesuksesan di dunia pendidikan melainkan juga menyelamatkan masyarakat siantan yang kurang memahami tentang pendalaman agama islam.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian. Pesantren telah hidup sejak lama, banhkan telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat Muslim. Perkembangan pesantren telah diakui banyak sekali menyelamatkan bangsa ini dari kebodohan dan buta huruf, ketika bangsa ini dilanda kerisis ekonomi monetir 1998 kekacawan dibidang ekonomi sangat berdampak sekali dalam dunia pendidikan yang mana biaya pendidikan saat itu sangat mahal sehingga tidak sedikit rakyat indonesia yang tidak bisa sekolah akibat biaya pendidikan yang begitu mahal, namun pesantren kala itu mampu bertahan dengan biaya yang murah dengan menjamin pendidikan yang berbasisi seperti pendidikan formal sehingga mampu menyelamatkan bangsa ini dari kebodohan. Bahkan semangat pak ustad Al-zari membangun pesantren juga tidak terlepas dari alasan empati melihat masyarakat siantan yang banyak sekali yang tidak sekolah.
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan. Tidak sedikit pula pemimpin bangsa yang ikut berjuang memerdekakan negara Kesatuan Republik Indonesia dan memplokramirkan kemerdekaannya, adalah alumni pesantren, atau setidak-tidaknya pernah nyantri di pesantren. Bangsa indonesia secara keseluruhan khususnya muslim sebelum menengenal pendidikan formal, terlebih dahulu mereka mengenal pendidikan tradisional yaitu pesantren, makanya banyak sedikit pesantren sangat membantu proses mencerdaskan bangsa dan menyelamatkan bangsa dari buta huruf.
Sekarang, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan permasalahan yang bertambah kompleks, kontribusi pesantren masih terus diharapkan. Dengan tantangan dan tuntutan yang jauh berbeda, pesantren harus terus melakukan semangat terbaruan, seperti slogannya Pertamina dengan berbagai sumbangan pemikiran maupun dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Untuk itulah, upaya “reinventing dan re’eksisting nilai-nilai pesantren” sebagai ikon peradaban merupakan agenda penting yang harus dilakukan dengan cermat dan saksama. Agar, keberadaan pesantren tidak menguap ditelan gerak peradaban yang terus melaju cepat. Salah satu cara untuk mewujudkan itu adalah dengan memperbarui visi dan misi pesantren itu sendiri yang sesuai dengan semangat zaman.
Ketika muncul pertanyaan: ”Apakah pesantren Anda mempunyai visi dan misi?” Semuanya akan menjawab punya. Tapi, problem besar yang sering terjadi adalah seberapa besar peran visi dan misi mereka susun itu bagi organisasi. Apakah visi dan misi tersebut dipakai sebagai kekuatan dalam mencapai tujuan organisasi ataukah hanya berakhir sebagai hiasan dinding yang dipajang di kantor?
Sebagai elemen mendasar dalam organisasi, termasuk pesantren. visi dan misi digunakan supaya organisasi bergerak pada track yang diamanatkan oleh para stakeholder dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan dimasa yang akan datang. Perumusan visi misi biasanya merupakan proses yang melelahkan bahkan sering menjadi perdebatan sendiri antar anggota organisasi.
Cikal-bakal pesantren Al-Anuar tidaklah terlepas dari faktor pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin banyak. Ada pun yang pertama yang di bangun adalah:

1.      Masjid

Gambar masjid pesantren Al-anuwar sekarang

Masjid yang dahulunya digunakan untuk memudahkan masyarakat siantan untuk beribadah rupanya membawa dampak yang sangat positif bagi masyarakat setempat. Pemerintahan kerajaan pontianak pada masa itu yaitu sultan Muhamad dia melihat semakin hari semakin banyak dan semakin berkembang penduduk-penduduk yang berada di pontianak dan pasilitas untuk menanpung jama’ah yaitu masjid jami semakin hari semakin sesak, maka beliau berkeininan untuk membangun masid lain, supaya masyarakat tidak terlalu susah jika mau shalat berjama’ah harus datang ke masjid jami karaton pontianak. Rasa simpati beliau berdampak besar sekali bagi masyarakat siantan kala itu. Bahkan tidak secara langsung sultan muhammad banyak sekali menyelamatkan masyarakat pontianak dari butu huruf atau masa kebodohan.
Niat yang baik berdampak baik pula sama hal lah yang terjadi di masyarakat siantan, karena di berikan kesempatan oleh sultan Muhammad untuk membangun sebuah masjid. masjid yang awalnya untuk memudahkan masyarakat siantan untuk beribadah menjadi dampak yang sangat besar yaitu bisa mendirikan sebuah pondok pesantren yang sekarang ini maju dan berkembang hingga saat ini. Dan bukan hanya itu saja masyarakat siantan mampu kala itu menyelamatkan anak bangsa yang buta huruf baik tulisan arab maupun tulisan latin. Kesadaran masyarakat siantan terhadap pendidikan tentu tidak terlepas dari dampak pendidikan pesantren, kita tahu pesantren dengan biaya yang murah mampu menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan pendidkan. Secara perlahan pendidikan pesantren mengubah pandangan masyarakat siantan hinga menjadi masyarakat yang mementingkan pendidikan hinga sekarang ini.
Setelah mendirikan Masjid tempat orang-orang beribadah dibangun, kemudian ustad Al-zair. Berencana mendirikan sebuah Pesantren yang terbuat dari lantai kayu, dinding kayu bahkan atap kayu, namun sebelum terbentuk atau terbuat pesantren itu proses belajar mengajar masih dilakukan dirumahnya sendiri. “Pesantren Al-anuwar merupakan pesantren pertama yang ada di Kalimantan Barat kata ustad Muhamad hasan asyari al-zari . Memamg, pada saat itu masih belum ada pesantren-psantren yang dibangun. Setelah dibangunnya Pesantren, banyak dari kalangan masyarakat luar pada umumnya yang menimba ilmu, mulai dari Sambas, Singkawang, Karimunting, Kualala, Bakau, Pinyuh, Nusapati, Purun, dan Pontianak.
Pembangunan masjid disiantan adalah cikal-bakalnya terbangunya pesantren Al-anuwar. Menurut pak ustad Hazan selaku kiai pondok pesantren Al-Husna yang berada disiantan juga mengatakan bahwa tujuan dibangunya pondok pesantren tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menyelamatkan anak bangsa yang tidak mampu menempuh pendidikan dikarenakan mahalya biaya pendidikan. Beliau juga mengatakan ditahun 1980 an banyak sekali masyarakat siantan yang tidak bisa sekolah dikarenakan banyak masyarakat yang kurang mampu, apalagi perekonomian bangsa kurang stabil kala itu. Melihat keadan demikian pak ustad Al-zari berkeinginan menyelamatkan anak-anak siantan dari buta huruf dan menyelamatkan dari masa kekurangan pendidikan, dengan cara yaitu mendirikan sebuah pondok pesantren yang bertujuan tidak lain dan tidak bukan hanya semata perhatian terhadap masyarakat siantan yang banyak terlantar akibat tidak bisa menempuh dunia pendidikan karena tuntutan mahalnya biaya pendidikan formal kala itu.
Seiring berjalanya tahun yang berganti tahun, bulan yang berganti bulan, minggu pun berganti minggu secara perlahan masyarakat siantan mulai menyadari betapa pentingnya yang namanya pendidikan. Memang tak dapat di pungkiri bahwa pembangunan pesantren Al-anuwar memang berawal dari sebuah pembangunan masjid disiantan dan faktor daya tampung masjid jami yang semakin hari semakin penuh.

Masjid Jami Pontianak
Description: Masjid Jami Pontianak 300x159 10 Tempat Wisata di Pontianak yang Wajib Dikunjungi
Masjid Jami Pontianak(diambil dari internet)
.Kalau kita lihat masjid jami tidak terlalu besar namun pertumbuhan penduduk kota pontianak  semakin hari semakin bertambah. Itulah alasan beliau mengapa menambah masjid baru karena melihat petambahan penduduk semakin hari semakin banyak. Memang sudah sepantasnya jika keraton membangun lagi masjid baru karena memang bnar kala itu jumlah penduduk kota pontianak khususnaya siantan pemukiman mereka sudah pada jauh dari sekitar keraton. Kalau terdahulu anatara rumah masyrakat dengan karaton memang selau berdampingan biar apa hal itu terjadi, agar suapaya karaton dapat melihat dan memperhatiakan pertumbuhan suatu penduduk dalam kawasaanya.
Rupanya keadaan yang demikian dimanfaat masyarakat setempat untuk memperdalam masalah agama yaitu berkeinginan membangun sebuah pendidikan yang berbasis agama yaitu pesantren. Mengapa mereka memilih pendidikan tersebut yang berbasis agama atau pesantern karena pendidikan inilah yang mudah dan bisa merangkul masyarakat banyak bahkan masyarakat yang kurang mampu. Kalu pendidikan yang formal banyak masyarat tidak mampu, dan bahkan tidak mau karena mereka merasa tidak penting, wajar saja mereka tidak memahami apa itu pendidikan yang formal dan fungsinya tapi jika pendidikan yang berbasis agama mereka lebih memahami dan mengetahui fungsi dan tujuanya. Wajar saja mereka lebih memahami masalah agama dari pada pendidikan formal karena agama lah yang dulu mendarah daging di jiwa masyarakat bila dibandingkan dengan pendidikan.
2.      Tanah
Belangsungnya belajar dan pengajaran pendidikan agama yang terus menerus berjalan di dirumah pak ustad Al- Zari, mulai lah ada rasa dan cita-cita masyarakat setempat untuk mengiginkan sebuah pondok yang sederhana untuk menampung para santri yang semakin hari semakin banyak dan mulai menentukan tempat dimana bagusnya untuk dijadikan atau didirikan sebuah pondok tersebut. Melihat hal demikian mulailah masyarakat membicarakan dan memusuarah tentang hal yang pertama-tama dibangunya sebuah pondok karna masyarakat melihat antosias santri yang semakin hari semakin banyak dan mereka menunjuka betapa semangatnya mereka belajar ilmu agama.
Pondok pada awal sangat sederhana mungkin sangat jauh  jika kita banding dengan pondok Al-Anuwar sekarang ini, berkat tekat dan kemauan yang tinggi dari ustad dan dukungan amsyarakat setempat menjadikan sebuah pondok yang di dambakan masyarakat dan mampu mengikat masyarakat luar hingga mendatangkan diri dan belajar ilmu agama di pondok pesantren Al-Anuwar. Semua itu tidak lah mudah dilakukan oleh pak ustad Al-Zari yang mana beliau harus menarik perhatian dari masyarakat dan pemerintah. Dari masyarakat dia harus bisa membuktikan bahwa dia memang bersunguh-sunguh dan harus mencipta, mencetak manusia yang berkualiatas dan berbasis agama yang baik.
Pembangunan pesantren Al-anuar memang yang melatar belakangi adalah masjid karena semakin hari semakin banyak jumlah penduduk kota pontianak khususnya penduduk yang berada di daerah siantan ditambah lagi mengigat semakin jauh jarak dan semakin meluasnya pemukiman penduduk setempat membuat repot masyarakat harus jauh-jauh dari siantan kekaraton masjid jami hanya untuk shlat saja maka berkeinginanlah sultan syrif Muhammad membagun masjid baru lagi. Tugas seorang pemimpin memang memperhatkan masalah kesejahtraan masyarakat. Saat itu masyarakat utuk beribat hanya di karaton saja, tidak ada tempat lain tapi memang diakui tingkat persatuan dan kebersamaan memang masih tinggi diantara masyrakat dan keluarga kekaratonan yang ada diPontianak. Maka dari itu sultan Muhamad Al-kadri berkeinginan untuk membangun lagi masjid khusus untuk orang siantan, karena beliau tidak ingin melihat kesusahan rakyatnya dalam beribah, demi beribadah mereka jauh-jauh datang dari siantan kekaraton kadariah pontianak tepatnya di Masjid Jamik hanya untuk mengejar shalat saja. Apalagi pada masa itu belum mengunakan jalan darat tapi masih mengunakan jalan laut(sunggai kapuas).
Ketika masyarakat siantan mulai memikirkan tempat dimana dan tanah siapa, sukur alhamdullah karunia allah swt datanglah seorang yang dermawan yang  beretnis Tionghoa atau cina memberikan tanah secara Cuma-Cuma, beliau tidak mau menjualnya. Beliau lebih memilih untuk memberikannya. Pada saat itu beliau ingin pulang kampung dan berencana untuk tidak kembali lagi, makanya beliau memberikan tanahnya kepada masyarakat siantan pada saat itu. Tanah itulah yang dijadikan tempat untuk membangun sebuah pondok pesantren yang sekarang ini kita lihat.
Jika kita lihat kehidupan orang cina yang penuh dengan pemikiran uang dan uang ternyata di satu sisi ada juga mereka yang mempunyai sosial yang tinggi seperti yang terjadi di masyarakat siantan dia merelakakan tanah yang sangat luas hanya di beri secara Cuma-Cuma. Itulah karunia tuhan allah swt yang mendukung kegiatan baik umat manusia.
3.      Pondok
Awal pondok pesantern Al-anuar pertama adalah berbentuk sangat sederhana bahkan dikatakan pak ustad Muhamad Hasan Al-zari, beliau selaku anak kedua dari bapak ustad Al-zari mengatakan sebelum dibangun sebuah pondok proses belajar mengajar mengaji( baca al-quran) sedah berlangsung yaitu dirumah kediaman ayahandanya yaitu ustad Al-zari. Lama kelama melihat jumlah santri yang semakin hari semakin bertambah, berkeinginan lah beliau untuk membangun sebuah pondok pesantren. Setelah terbangunya pondok pesantren tersebut maka semakin bertambahlah jumlah santri yang ingin belajar di pesantren Al-anuwar dan bukan hanya masyrakat siantan saja melainkan diluar siantan bahkan diluar pontianak ada juga.
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang. Ustad Al-zari tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. bapak ustad Al-zari saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah beliau. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal.
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Dan pndok pesantrenlah yang mampu banyak mendidik anak indonesia yang kurang mampu karena biaya di pesantren tidak terlalu mahal bila di bandingkan dengan sekolah formal umumnya.
Pondok pesantren sangat berjasa bagi bangsa indonesia bahkan pondok pesantren inilah pendidikan yang pertama dan bersifat tradisional yang bisa mencerdaskan bangsa kususnya masyarakat pribumi yang kurang mampu, dengan demi kian bangsa indonesia mulai menyadari betapa pentingnya dunia pendidikan, khususnya masyarat pontianak pada masa itu. Perlahan namun pasti itulah yang terjadi di siantan yang mana mereka mulai bertahap memikirkan betapa pentingnya pendidikan bagi seorang manausia. Peradaban yang indah apabila manusianya berpendidikan. Kita tahu indonesia yang beragam suku bangsa dan budaya sudah barang tentu masalah idiolgipun berbeda dan bertantangan, namun dengan manusia yang semuanya berpendidikan mereka mampu memilah dan meilih menyaring dan mengerti akan keberagaman itu sendiri.
            Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan Kyai, Dengan istilah pondok pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan keislaman yang melembaga di Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok yang lain biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara Kyai dan santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.
Dengan demikian akan tercipta situasi yang komunikatif di samping adanya hubungan timbal balik antara Kyai dan santri, dan antara santri dengan santri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhsari Dhofir, bahwa adanya sikap timbal balik antara Kyai dan santri di mana para santri menganggap Kyai seolah-olah menjadi bapaknya sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi
Sikap timbal balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain, sehingga mudah bagi Kyai dan ustaz untuk membimbing dan mengawasi anak didiknya atau santri. Segala sesuatu yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh Kyai dan ustaz, sehingga dapat membantu memberikan pemecahan ataupun pengarahan yang cepat terhadap santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.
Inilah yang paling membedakan antara pendidikan pesantren dan pendidikan yang formal, pendidikan formal mengajar pada waktunya saja namun pesantren mengajarkan santrinya tidak mengenal batas. Tersalurnya ilmu pengetahuan dengan baik kesiswanya apa bila ada pendekatan yang kuat, seakan tak ada jarak antara pengajar dan pelajar, pelajar akan merasa seperti biasa tanpa ada rasa beban dan terbebani kerena dia merasa betapa dekanya dia dengan kyai inilah yang menjadikan proses belajar mengajar di pesantren bisa tersalurkan dengan baik. Santri di pesantren diatur sedemikian rupa baik dari segi aktivitas maupun pola kehidupan. Santri yang benar-benar belajar dan lulus denagan baik pasti berbeda sikap dan tatakeramanya di masyarakat, karena mereka diajarkan cara bermasyarakat dengan baik salah satu masyarakat awal mereka temui adalah asrama atu pondok mereka.
Di pesantren tidak hanya diajarkan tentang pengetahuan saja melainkan mental dan hati perasan mereka diajarkan dengan baik. Yanga mana pembelajaran tersebut sangat baik karena setingi apapun pendidikan apabiala ahlak nya kurang maka itu tidak berati bagi manusianya dan tuhan itu sendiri. Sebenarnaya bagi yang muslim pendidikan pesantrenlah yang sangat bagus karena selain belajar ilmu pengetahuan mereka juaga menegakkan agamanya. Jika kita lihat sekarang ini sunguh banyak orang indonesia yang lulusan terbaik dari luar negri namun mengapa masih saja negara ini bermasalah dengan namanya koropsi dan lain sebagainya, semua itu karena manusia sudah lupa dengan kehidupan bahwa setelah didunia ini akan adalagi kehidupan lagi yakni akhirat. Sebenarnaya permasalahan sederhana karena mereka belum tentram dengan hatinya, apabila hatinya bersih baik, maka ketika jadi peyabat negara atau pemimpin pasti dia menimbang denag hati dan perasaan. Menagapi penomena seperti ini justru pesantrenlah yang terbaik karena tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tapi mengajarkan juga hukum hakam agama, sehinga mendarah daging dihati para santri dan tampa tersadari mereka memahami dan mengamalkan ilmu agama dengan baik.
Jika kita bandingkan zaman terdahulu para pejuang yang kebanyakan lulusan dari pesantren cara mencintai negaranya dan menyayanginya sangat berbeda, itu karena mental dan akhlak mereka memang sudah terbentuk dengan baik, sangat berberda dengan sekarang kebanyakan dari orang- orang sekarang ini menginginkan suatu kedudukan dan jabatan melainkan hanya untuk kepentingan diri sendiri, itu karena pengaruh globalisasi yang membuat sekarang ini berubah haluan jalur pendidikan formal pendidikan yang sebenarnaya.
·         Tujuan dan fungsi pondok
Ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok (asrama) untuk tempat tinggal para santrinya. Pertama, kemasyhuran seorang kiai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam, merupakan daya tarik santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu dari kiai tersebut secara terus-menerus dalam waktu yang sangat lama. Sehingga untuk keperluan itulah, seorang santri harus menetap bersama kiai. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa terpencil, jauh dari keramaian dan tidak tersedianya perumahan yang cukup untuk menampung para santri, yang karenanya diperlukan pondok khusus. Ketiga, adanya timbal-balik antara santri dan kiai, di mana para santri menganggap kiainya seolah-olah seperti bapaknya sendiri, sedangkan kiai memperlakukan santri seperti anaknya sendiri juga. Sikap timbal-balik ini menimbulkan suasana keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan secara terus-menerus.
Menurut Ahmad Sumpeno dalam Pembelajaran Pesantren: Suatu Kajian Komparatif, selain beberapa alasan di atas, kedudukan pondok pesantren juga sangat besar manfaatnya. Dengan sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan model pondok/asrama juga sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian santri, baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan sesama santri lainnya. Pelajaran yang diperoleh di kelas, dapat sekaligus diimplementasikan dalam kehidupan pesantren. Alam lingkungan pondok inilah para santri tidak having, tetapi being terhadap ilmu.
Dewasa ini keberadaan pondok pesantren sudah mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga komponen-komponen yang dimaksudkan makin lama makin bertambah dan dilengkapi sarana dan prasarananya.
Dalam sejarah pertumbuhannya, pondok pesantren telah mengalami beberapa fase perkembangan, termasuk dibukanya pondok khusus perempuan. Dengan perkembangan tersebut, terdapat pondok perempuan dan pondok laki-laki. Sehingga pesantren yang tergolong besar dapat menerima santri laki-laki dan santri perempuan, dengan memilahkan pondok-pondok berdasarkan jenis kelamin dengan peraturan yang ketat.
Dari tahun ketahun proses pembangunan pondok pesantern selalu mengalami perkembangan baik ditingkat bangunan maupun ditingat pemblajaran (santri). Awalnya para pelajar atau santri hanya dari daerah sekitar saja tapi sekarang ini sudah banyak yang dari luar pontianak,bahkan santri pada saat ini dari berbagai daerah,untuk sekarang ini pesantren AL-anuwar sudah cukup ramai para santri. kalau dulu memang hanya sekitar daerah itu saja,lagi pada waktu dulu pembangunanya belum sebagus seperti sekarang ini.untuk sekarang bahkan santrinya sudah banyak yang sukses,ada yang mengajar ke tempat lain,bahkan kalau sudah tamat atau sudah selesai sekolah mereka,mereka ditugaskan di pensanteran AL-anuwar tersebut,supaya mereka bisa berbagi ilmu dengan santri-santri di situ,sudah banyak santri-santri yang sudah selesai sekolah nya langsung di ambi untuk dijadikan tenaga pengajar di situ.
Kepedulin pak ustad Al-zari terhadap masyarakat siantan memang membawa dampak positif terutama dalam dunia pendidikan antusias masyarakat dalam belajar sangat tinggi makanya di daerah siantan banyak belajar keluar kepesantren lain demi memperdalam ilmu  agama dan berharap bisa di dikembangkan di kampung halamanya yaitu di siantan khusunya pesantren Al-anuar, semua ini demi kemajuan santri yan tengah belajar di pesantren ini.
Bentuk dan ciri pesantren tersebut adalah antara pondok dan sekolah formal bersatu di satu tempat tersebut santri dipesantren pondok Al-anuar mempunyai kegiatan yang sangat mengagumkan yaitu, di pagi hari sampai sore hari mereka belajar sekolah seperti biasa selayanknya sekolah formal, jika malam hari para santri diajarkan khusus agama saja. Meski sistem proses pembelajaran di pesantren Al-anuar lebih banyak belajar tentang agama namun mereka tetap tidak melupaka pembelajaran seperti sekolah-sekolah lainya yang bersifat formal. Mereka memakai dua kurikulum yaitu dari departemen agama dan dari mentri pendidikan.
Apa-apa saja yang di ajarkan di pesantren(mata pelajaran) mereka sekolah seperti biasa,kalau pagi sekolah seperti biasa,dan malam hari nya belajar agama seperti membaca alquran,belajar membaca,supaya nanti para santri yang sudah selesai sekolah dari situ bisa mejadi orang yang taat pada agama nya,dan suatu saat nati mereka bisa berbagi ilmu agama  kepada yang lain nya,
­­­Description: D:\fotofoto\foto tugas\IMG_0027.JPG
Foto beberapa guru yang mengajar di pondok pesantren.
Sebelah kiri (pembaca) yang bebaju putih itulah pak ustad Muhamad Hasan Al-zari yang sekarang memimpin pondok pesantren Al-Anuar yang lain berpakayan batik adalah guru yang membantu beliau mengajar dipondok tersebut.

B.       Siantan pilihan utama pembangunan masijid Al-anuwar
Jika dilihat dari sejarahnya penduduk siantan lah yang paling maju karna berbagai pabrik besar semua berada di daerah siantan semua. Bahkan siantan  merupakan tempat yang paling strategis karna disitu merupakan pusat pertemuan orang-orang di berbagai daerah, seperti landak, ketapang, sambas dan lain-lain. Siantan dahulunya merupakan terminal terbesar dan terkenal di pontianak.
Jika kita analisis mengatakan bahwa siantan terdahulu merupakan pusat kota yang berkembang pada eranya. Terdahulu untuk berhubungan kekota pontianak kebanyakan masyarakat mengunakan jalan air maka tidak dipungkiri sintan memang tempat yang sangat strategis untuk pertemuan berbagai penjuru masyarakat kalimantan barat. kemajuan siantan sekarang ini yang kita lihat sudah barang tentu membuktikan bahwa dari jaman terdahulu tempat itu, siantan menjadi rebutan masyarakat kalimantan barat. berbagai pabrik besar yang memproduksi bahan mentah yang dihasilkan masyarakat kalimantan barat semua ada di daeran siantan atau pontianak utara.
Mungkin dengan alasan inilah sultan syarif muhammad selauku raja karaton kadariah pontianak mendirikan sebuah masjid baru kusus di siantan karena jumlah peduduk di kota pontianak bagian utara atau siantan semakin hari semakin banyak lagi pula jarak tempuh pejalanan mengunakan air saat itu semakin hari semakin jauh.
Memadadnya penduduk siantan pontianak utara dikarenakan tempat tersebut memang sangat strategis maka banyak penduduk yang diluar asli pntianak yang hidup di daerah siantan bahkan sebagian besar penduduk sekarang di siantan bukan asli pribumi melainkan penduduk pendatang. Memperkuat teory kepadatan penduduk dapat dilihat dari teori urbanisasi, atau migrasi. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pengertian urbanisasi yang diajarkan di bangku sekolah menengah belumlah lengkap. Urbanisasi tidak hanya sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Namun jauh lebih dari itu.
Dalam buku Dasar-Dasar Demografi (2010) disebutkan bahwa urbanisasi adalah peningkatan proporsi penduduk di perkotaan (urban). Perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan, hanyalah satu dari tiga penyebab meningkatnya proporsi (persentase) penduduk di perkotaan. Urbanisasi juga disebabkan pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, serta karena adanya reklasifikasi status daerah dari desa perdesaan menjadi desa perkotaan.
Jika dilihat dari faktor penyebab urbanisasi di Indonesia, menurut Tjiptoherijanto dalam Chotib (1997) belum ada penelitian khusus. Ahli kependudukan di Indonesia berkeyakinan, 50 persen urbanisasi di Indonesia merupakan kontribusi dari pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan itu sendiri. Sementara perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan memberikan kontribusi sebesar 40 persen dan sisanya sebesar 10 persen berasal dari reklasifikasi wilayah.
Urbanisasi sebagaimana migrasi pada umumnya mempunyai faktor penarik dan faktor pendorong. Perbedaan karakteristik antara perdesaan dan perkotaan menjadi faktor utama yang melandasi faktor penarik dan pendorong terjadinya arus urbanisasi.
Walaupun sultan syrif muhammad menjabat hanya samapi tahun 1944 namun beliau dapat mempridiksi bahwa siantan akan maju pesat bahkan pesantren Al-anuawar dapat terbangun dan berkembanag akibat jumlah pnduduk yang semakin hari semakin banyak di siantan pontianak utara. Kini disiantan lebih dari satu pesantren semuanya itu terisi banyak sekali oleh para santri keadan ini menunjukan kemajuan masyarak siantan terhadap pendidikan yang sekarang ini. Pesantren disiantan kebanyakan bercampur pengajaran antara pendikan formal dan pendidikan tredisional (pembelajaran selayaknya pesantren).
Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada masa kolonialisme berlangsung, pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang sangat berjasa dalam mencerahkan dunia pendidikan dan bahkan pesantren bukan itu saja melainkan telah membantu menangani masalah remaja karena sistem pendidikan dalam pondok pesantren setidaknya dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan mengenai kenakalan remaja. Mengenai alasan pendidikan dipondok pesantren lebih dipilih dalam usaha penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja, karena pendidikan pondok pesantren sebagai sebuah sarana pembinaan mental keagamaan, yang mana pada saat lembaga pendidikan baik formal umum maupun agama yang dilaksanakan pemerintah dan swasta mulai dirasa kurang mampu membina mental keagamaan dan penguasaan terhadap tuntutan praktis dari ajaran agama secara memuaskan, maka sulit menghasilkan lulusan yang betul-betul memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan baik, serta mulai merosot akhlaknya, munculnya fenomena tersebut, antara lain karena kurangnya jam pelajaran untuk mata pelajaran agama, kurangnya perhatian dan waktu pembinaan yang dilakukan orang tua di rumah, tidak sebandingnya bekal agama yang dimiliki para remaja dengan tantangan arus budaya global yang berdampak negatif, serta lingkungan yang tidak sehat.
Rusaknya citra remaja yang sekarang ini terjadi itu karena kebanyakan dari mereka mengangap pendidikan pesantren kuarang ngetren sehinga minat remaja untuk masuk pesantren kurang. Jika kita analisis sebenarnya pendidikan pesantrenlah yang paling bagus, karena pendidikan tersebut bukan hanya mengajarkan pembelajaran formal melainkan juga mengajarkan agama.
Lingkungan pondok pesantren berusaha untuk mengurangi pengaruh di luar keluarga, dengan menampung mereka di suatu asrama. Dengan ditampungnya remaja atau anak tersebut di dalam asrama pondok pesantren memudahkan pengawasan keluarga terhadap remaja yang seolah-olah diambil alih oleh pondok pesantren. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku individu sesuai dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat, selain itu kehidupan di pesantren juga diharapkan dapat membantu siswa dalam menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Setiap lembaga pendidikan tentunya membuat peraturan dengan tujuan agar para siswa memiliki kedisiplinan yang tinggi dan tata tertib yang berlaku di sekolah merupakan salah satu komponen yang penting demi kelancaran proses belajar mengajar serta siswa tidak merasa terbebani dengan adanya tata tertib itu, tetapi ada beberapa siswa yang melakukan kenakalan yang tentu saja menjadi persoalan yang perlu ditangani. Untuk menangani hal tersebut tentu memerlukan bebrapa metode yang harus dilakukan sekolah atau pesantren tersebut.
Aturan dan tatatertip yang berlaku dan diterapkan di pesantren Al-anuwar merupakan penetapan kurikulum dan kebijakan pesantren yang mana bertujuan untuk menarget dan mencetak manusia yang berkualitas yang diharapkan bangsa. Sedangkan kurikulum sendiri merupakan bagian dari cara dan Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Perkembangan pesantren Al-anuwar dari tahun ketahun selalu mengalami perubahan kearah yang lebih baik, tentu semua itu tidak dilakukan dengan muduh melainkan melalui proses yang begitu panjang sampai menjadi pesantren yang maju seperti sekarang ini. Perubahan yang hebat terjadi di pesantren Al-anuwar  itu karena sistem dan pola pendidikan pesantren sangat baik. Adapun kurikulum pesantren Al-anuwar akan dijelaskan dibawah ini secara keseluruhan adapun sebagai berikut:
C.      Kurikulum pesantren Al-anuwar
Tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Al-anuwar adalah tidak lepas dari tiga pokok dasar:
a. Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas yang bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam menegakkan syiar Islam.
b. Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai keperibadian yang baik (sholeh) dan bertaqwa kepada Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.
c. Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama, yang dapat menempatkan masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat
Kurikulum pendidikan di pesantren saat ini tak sekedar fokus pada kita kitab klasik (baca : ilmu agama) tetapi juga memasukkan semakin banyak mata pelajaran dan keterampilan umum.Perkembangan yg begitu pesat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi menyebabkan pengertian kurikulum selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu namun demikian satu hal yang permanen disepakati bahwa Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani semula populer dalam bidang olah raga yaitu Curere yg berarti jarak terjauh yang harus ditempuh dalam olahraga lari mulai start hingga finish. Kemudian dalam konteks pendidikan kurikulum diartikan sebagai circle of instruction yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam bahasa Arab Menurut Omar Muhammad (1979 : 478) term kurikulum dikenal dengan term manhaj yakni jalan terang yang dilalui manusia dalam hidupanya. Dalam konteks pendidikan kurikulum diartikan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan peserta didik untuk menggabungkan pengetahuan ketampilan sikap dan seperangkat nilai.
Secara etimologi artikulasi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua pertama dalam pengertian yg sempit disebut juga (pengertian tradisional) yakni sebagaimana dirumuskan Regan ( 1960 : 57) The curriculum has mean the subjects taught in school or the course of study “. Kurikulum adalah  mata pelajaran yg diajarkan di sekolah atau bidang studi.
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustaz biasanya dengan menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), Fiqih (hukum), Ushul Fiqh (yurispundensi), Hadits, Tafsir, Tauhid (theologi), Tasawuf dan Etika, Cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah. Kitab-kitab Islam klasik adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren. Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain keharusan Kyai di samping tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Sehubungan dengan hal ini, Moh. Hasyim Munif mengatakan bahwa: “Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna kini atau nanti. Dengan demikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan hal utama di pesantren guna mencetak alumnus yang menguasai pengetahuan tentang Islam bahkan diharapkan di antaranya dapat menjadi Kyai.
Kedua dalam pengertian yg luas disebut juga (pengertian modern) yakni seperti dirumuskan Spear ( 1975 : 67) The curriculum is looked as being composed of all the actual experience pupils have under school direction writing a courrse of study become but small prt of curriculum program”. Kurikulum adalah semua pengalaman aktual yg dimiliki siswa di bawah pengaruh sekolah sementara bidang studi adalah bagian kecil dari program kurikulum secara keseluruhan.
Berdasarkan literatur yang ada dimaksud dengan kurikulum adalah salah satu komponen utama yang diguanakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran mengarahkan proses mekanisme pendidikan tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan disamping fakyor-faktor yg lain. Oleh sebab itu keberadan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan sangat penting. Kita selalu sering mendengar sorotan tajam bahwa kurikulum selalu tertinggal dgn perkembangan zaman. Dengan demikian pembenahan kurikulum harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan.
istilah kurikulum tak terkenal di dunia pesantren (masa pra kemerdekaan) walaupun sebenar materi pendidikan sudah ada di dalam pesantren terutama pada praktek pengajaran bimbingan rohani dan latihan kecakapan dalam kehidupan di pesantren. Secara eksplisit pesantren tak merumuskan dasar dan tujuan pesantren atau mengaplikasikan dalam bentuk kurikulum. (2002:85)
Dewasa ini pesantren dihadapkan pada banyak tantangan termasuk di dalam modernisasi pendidikan Islam. Dalam banyak hal sistem dan kelembagaan pesantren telah dimodernisasi serta disesuaikan dgn tuntutan pembangunan terutama dalam aspek-aspek kelembagaan sehingga secara otomatis akan mempengaruhi ketetapan kurikulum. Berdasarkan pendapat di atas bahwa kurikulum pada dasar merupakan seperangkat perencanaan dan media utk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan lembaga pendidikan yg diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan diri dgn jenis dan corak pendidikan yg bermacam-macam.
Maka dari pada itu kurikulum pondok pesantren tradisional status cuma sebagai lembaga pendidikan non formal yg hanya mempelajari kitab-kitab klasik. Meliputi : nahwu sorrof belaghoh tauhid tafsir hadist mantik tasawwuf bahasa arab fiqih ushul fiqh dan akhlak. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yg dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal menengah dan lanjutan.
Jenjang pendidikan dalam pesantren tak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yg memakai sistem klasikal. Umum kenaikan tingkat seorang santri didasarkan kepada isi mata pelajaran tertentu yang ditandai dengan tamat dan berganti kitab yg dipelajarinya.
Apabila seorang santri telah mengusai satu kitab atau beberpa kitab dan telah lulus ujian yang diuji oleh Kiai maka ia berpindah kepada kitab lain yang lebih tinggi tingkatannya. Jelas penjenjangan pendidikan pesantren tak berdasarkan usia tetapi berdasarkan penguasaan kitab-kitab yg telah ditetapkan dari paling rendah sampai paling tinggi. Sebagai konsekuensi dari cara penjenjangan di atas pendidikan pesantren biasa menyediakan beberapa cabang ilmu atau bidang-bidang khusus yg merupakan fokus masing-masing pesantren untuk dapat menarik minat para santri menuntut ilmu di dalamnya. Biasa keunikan pendidikan sebuah pesantren telah diketahui oleh calon santri yg ingin mondok.
Kendati beberapa pakar berbeda dalam merumuskan pengertian kurikulum tetapi mereka tak berbeda mengenai fungsi kurikulum yakni : sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan sebagai pelestari nilai nilai budaya dan sebagai pedoman tentang jenis lingkup dan hirarki urutan isi dan proses pendidikan.
Kurikulum bagi pendidik berfungsi sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar peserta didik bagi tenaga kependidikan berfungsi sebagai pedoman dalam mengadakan supervisi bagi wali murid berfungsi untuk memberikan informasi sekaligus dorongan agar membantu menggiatkan belajar yang relevan di rumah dan bagi perserta didik sendiri berfungsi sebagai informasi tentang jenis pengetahuan nilai nilai dan keterampilan yg telah diperoleh sebagai entri behaviornya.
Biasa komponen tujuan tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan yakni tujuan pendidikan nasional tujuan institusional tujuan kurekuler dan tujuan instruksional. Namun demikian berbagai tingkat tujuan tersebut satu sama lain merupakan suatu kesatuan yg tak terpisahkan.
Komponen isi meliputi pencapaian target yang jelas materi standart standart hasil belajar siswa dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. kepribadian. Komponen strategi tergambar dari cara yg ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran cara di dalam mengadakan penilaian cara dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan. Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku dalam menyajikan tiap bidang studi termasuk cara mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
Komponen evaluasi berisi penilaian yg dilakukan secara terus menerus dan bersifat menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran yg dimaksudkan sebagai feedback terhadap tujuan materi metode sarana dalam rangka membina dan mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
Bila disebut pendidikan Islam maka orientasi adl sistem yaitu sistem pendidikan yang Islami yg teori-teori disusun berdasarkan alqur’an hadits. Sedangkan pendidikan agama Islam adl nama kegiatan atau aktivitas dalam mendidikkan agama Islam.
Dengan kata lain pendidikan agama Islam adl sejajar dgn mata pelajaran lain di sekolah seperti pendidikan matematika ataupun pendidikan biologi. Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam mempersiapkan peserta didik untuk mengenal memahami menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dgn tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan dgn kerukunan antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
Jadi kurikulum Pendidikan pesasntren adalah bahan-bahan pendidikan agama Islam di pesantren berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sisteatis diberikan kepada santri dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Kurikulum Pendidikan pesasntren merupakan alat untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adapun lingkup materi pendidikan pesasntren adalah : Al-Qur’an dan Hadits Keimanan akhlak Fiqh/ibadah dan sejarah dgn kata lain cakupan Pendidikan pesasntren ada keserasian keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah diri sendiri sesama manusia makhluk lain maupun lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan pesantren tersebut perlu rekonstruksi kurikulum agar lebih riil. Rumusan tujuan Pendidikan pesasntren yang ada selama ini masih bersifat general dan kurang mach dengan realitas masyarakat yang terus mengalami transformasi. Rekonstruksi disini dimaksudkan untuk meningkatkan daya relevansi rumusan tujuan Pendidikan pesasntren dgn persoalan riil yg dihadapi masyarakat dalam hidup kesehariannya.
Prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan pesasntren secara umum dapat dikelompkkan menjadi dua yakni prinsip umum yang meliputi prinsip relevansi prinsip fleksebelitas prinsip kontinoitas prinsip praktis prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Sedangkan prinsip khusus mencakup prinsip yg berkenaan dgn tujuan Pendidikan pesasntren prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi Pendidikan pesasntren prinsip yang berkenaan dengan metode dan strategi proses pembelajaran Pendidikan pesantren prinsip yang berkenaan dengan alat evalusi dan penilaian Pendidikan pesasntren.
Pengembangan kurikulum Pendidikan pesantren yang terus menerus menyangkut seluruh komponen merupakan sesuatu yang mutlak untuk dilakukan agar ia tak kehilangan relevansi dgn kebutuhan riil yang dihadapi komonitas pendidikan islam yang kecenderungan terus mengalami proses dinamika transformatif.
Dipondok pesantren Al- anuwar kurikulum yang berbasis moderen yang mana mereka tidak hanya belajar masalah Fiqih (hukum), Ushul Fiqh (yurispundensi), Hadits, Tafsir, Tauhid (theologi), Tasawuf dan Etika, melainkan mengikuti juga pembelajaran selayaknya sekolah pormal.
Ada keunikan tersendiri dari sistem pengajaran pondok pesantren Al-anuwar yaitu mereka menjadikan dalam dua puluh empat jam (24) digunakan secara penuh,  dengan cara membagi waktu menjadi dua yaitu:

a.       Siang hari
Disiang hari para pesantren mengikuti pembelajaran selayaknya sekolah formal umumnya bahkan pakayan seragam mreka seperti sekolah biasa, jiaka dilihat dari sepintas tempat tersebut adalah sekolah formal. Namun setelah diteliti lebih mendalam sekolah tersebut adalah pesantren.
Pesantren Al-anuwar merupakan pesantren pertama dan tertuau di siantan, bahkan ketika pesantren tersebut di bangangun banyak perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Mengapa demikian karena pesantren tersebut. banyak mengajarkan masyarakat yang kurang mampu, apalagi biaya pendidikan sanagat mahal dan ditambahlagi kekurang pahaman masyarakat terhadap dunia pendidikan saat itu.
Masyarakat sebelum mengenal pendidikan formal atau sekolah yang kita ketahui saat ini mereka sudah mengenal yang namanya pesantren. pesantren merupakan lembaga sekaligus sistem pendidikan tertua di Indonesia. Beberapa sejarawan ada yang menyebut, pesantren telah ada pada zaman Wali Songo. Bahkan ketika menginjakkan kakinya di Demak Jawa Tengah, yang pertama kali dilakukan Raden Fatah bukan mendirikan kerajaan, melainkan membangun lembaga pendidikan dengan sistem sebagaimana layaknya pesantren. Dalam perkembangannya, tentu saja banyak hal baru yang dilakukan oleh pesantren. Saat ini misalnya, hampir semua pesantren mempunyai madrasah. Madrasah mempunyai pola pendidikan yang mirip dengan sekolah.
Pesantren banyak diminati masyarakat karena mudah dijankau oleh masyarakat kalangan menengah kebawah, biaya dan atministrasi lainya tidak terlalu mencekak leher maka dari itulah pesantren sangat digemari masyarakat terdahulu. Dampak dari adanya pesantren yang kian hari merabak menjadi batu loncatan peningkatan didunia pendidikan yang sekarang ini meramabak keseluruh penjuru di indonesia. Termaksudlah dampak dari pendidikan pesantren Al-anwar disiantan yang banyak mengantarkan masyarakat pribumi melanjutkan sekolah diluar daerahnya bahkan diluar pulau sekalian. Perlahan-lahan masyarakat mulai mengenal dan memahami tentang pendidikan baik yang sifatnya formal maupun non formal. Kemajuan dunia pendidikan di indonesia bahkan kalimatan barat khusunya tidak dapat dipungkiri adalah karena pondok pesantren yang tampa sengaja mengajarkan masyarakat tentang dunia pendidikan.
Sekarang ini pesantren bukan lagi tempat bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama semata, melainkan juga bisa memberikan pendidikan-pendidikan umum seperti sekolah pada umumnya. Ditambah lagi dengan adanya pesantren dengan model boarding school yang cukup menyita perhatian masyarakat terhadap pesantren, maka peran pesantren kian terlihat nyata. Mereka yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren kemudian juga belajar di berbagai lembaga pendidikan lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri, pada umumnya memandang pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai lembaga pendidikan.
Islam khas Indonesia yang dapat diruntut pertalian keilmuan dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam di berbagai belahan dunia. Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa pesantren masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan belum ada lembaga pendidikan yang berhasil melahirkan ulama dari generasi ke generasi dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.
b.      Malam hari
Malam hari para santri pesantren Al-anuwar juga melakukan proses belajar mengajar juga yang mana pembelajaran malam memang di khususkan belajar agama. Masjid yang terlihat mengah dan besar itu ternyata bertujuan menampung santri khusus belajar di malam hari. Sebelum datang waktu shlat para santri melakukan pembelajaran yang di ajarkan oleh ustad.
1.    Bandongan atau Weton
Bandongan atau biasa disebut metode wetonan adalah cara penyampaian kitab kuning di mana seorang guru, kiai atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab kuning. Sementara santri, murid atau siswa mendengarkan, memberi makna dan menerima wejangan. Dalam metode ini, guru berperan aktif, sementara murid bersifat pasif. Metode bandongan atau weton dapat bermanfaat ketika jumlah murid cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang disampaikan cukup banyak.
 Sedangkan E. Shobirin Nadj, dalam artikelnya Perspektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bandongan adalah mengikuti dan memperhatikan. Proses pengajaran kiai membacakan kata-perkata atau kalimat-perkalimat dan menerjemahkan kemudian diterangkan arti maksudnya lebih jauh kepada para santri/murid.
2.    Sorogan
Sorogan adalah metode belajar yang berbeda dengan metode bandongan. Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog antara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila diberikan kepada murid-murid seusia
E. Shobirin Nadj mengatakan, bahwa sorogan berasal dari kata sorog yang berarti mengajukan. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah kitab di hadapan kiai atau pembantu kiai, kemudian kiai memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya dan menghafalkannya.
3.    Hafalan
Hafalan adalah sebuah metode pembelajaran yang mengharuskan murid mampu menghafal naskah atau syair-syair dengan tanpa melihat teks yang disaksikan oleh guru. Metode ini cukup relevan untuk diberikan kepada murid-murid usia anak-anak, tingkat dasar dan tingkat menengah. Karena menghafal sama dengan mengajak otak agar tetap bekerja. Jika diibaratkan pisau agar tidak cepat tumpul, maka harus sering diasah. Begitupun dengan otak manusia. Agar tidak mudah hilang hafalannya juga harus sering diasah.
4.    Diskusi
Metode ini sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning atau pelajaran lainnya. Dalam metode ini, kiai atau guru bertindak sebagai moderator karena metode diskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar. Melalui diskusi ini, akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis dan logis.
Belajar untuk Berkarya Pola pendidikan pondok pesantren yang merupakan sistem asrama (boarding house) mengajarkan pada para santri hidup secara mandiri, sederhana, kreatif dan berorientasi pada karya. Pola hidup khas pondok pesantren seperti ini memberikan dampak positif ketika para santri mengikuti pendidikan kesetaraan. Karena sistem metedeologi dan pendekatan yang digunakan pada pendidikan kesetaraan sepenuhnya sama dengan yang diterapkan pada pondok pesantren. Selain memberikan pengetahuan umum dan agama, pendidikan kesetaraan pondok pesantren memberikan bekal kepada para santri kecakapan hidup yang meliputi kecakapan pribadi, kecakapan intelektual, kecakapan sosial dan kecakapan vokasional.
Sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mengembangkan kecakapan komprehensif, kompetitif dan mendorong agar para santri mampu mengimplementasikan pengetahuan dan kecakapannya dalam berkarya. Pembelajaran yang diimplementasikan dalam karya laksana buah dari “pohon ilmu”. al-‘Ilm bila ‘amal ka al-shajar bila thamar. Ilmu tak diiringi dengan karya, ibarat pohon yang tak menghasilkan buah.
Pendidikan yang memberi motivasi untuk berkarya akan memacu seseorang santri untuk belajar dan mereguk pengetahuan sebanyak mungkin. Karena dengan pembelajaran dan pengetahuan yang didapatkan, ia bisa membuat karya sebaik mungkin. Setiap santri akan memiliki sikap positif untuk berlomba-lomba memperoleh kesuksesan. Baik sukses secara materi maupun sukses secara spiritual agama. Maka dengan sendirinya para santri tumbuh dengan memiliki jiwa achievement, yaitu mental untuk selalu mencapai prestasi tertinggi dengan memberikan karya terbaik.
Untuk memilliki suatu karya terbaik, tentu saja tidak mudah untuk meraihnya. Tentu memiliki pola pengembangan dalam belajar agar santri bisa berfikir secara rasional. Dan tentunya para santri harus memiliki semangat yang tinggi untuk menciptakan suatu karya yang terbaik. Para santri juga dididik agar menjadi seorang yang terampil, informal leader, berorientasi keahlian, inventif dan kreatif.
Pondok Al-anuwar juga menerapkan beberapa skill penting yang harus dimiliki santri pondok pesantren, adalah:
1.    Terampil
Keterampilan adalah konsekuensi logis santri yang karena beberapa hal tidak dapat mengikuti pendidikan jalur formal. Pendidikan kesetaraan memberikan substansi praktikal yang relevan dengan kehidupan nyata. Karena itu pendidikan kesetaraan lebih menekankan aspek vokasional (keterampilan) tanpa mengabaikan aspek intelektual, emosional dan spiritual. Karena proses pembelajaran pada pendidikan kesetaraan di pondok pesantren lebih menitikberatkan pada mengasah keterampilan dengan mengenali permasalahan lingkungan serta cara berfikir secara kreatif untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pendekatan antara disiplin ilmu, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu keislaman yang digali dari telaah kitab-kitab kuning khazanah pondok pesantren.
2.    Informal Leader
Lulusan pondok pesantren lebih diproyeksikan sebagai para pemimpin informal yang berkiprah di tengah-tengah masyarakat secara fleksibel dan luwes. Yang dimaksud pemimpin informal adalah pemimpin yang mendedikasikan kemampuan dan keterampilannya kepada umat di luar jalur pemerintahan atau birokrasi. Seperti ulama, kiai, cendekiawan, tokoh masyarakat dan ketua adat. Menjadi pemimpin informal sangat ideal bagi lulusan pondok pesantren, karena pemimpin informal di tengah-tengah masyarakat lebih bersifat pelayanan dan pengabdian dan pelayanan diberikan atas dasar tanggungjawab sosial kepada masyarakat dan demi meraih pahala dari Allah SWT. Hal ini sesuai karakter pendidikan pondok pesantren yang mengedepankan keikhlasan, ketekunan, kesabaran, kerja keras, kerja cerdas, tidak mudah menyerah, tawakkal dan keinginan menjadi manusia terbaik di hadapan Allah SWT dan masyarakat.
3.    Berorientasi Keahlian
Pendidikan pondok pesantren memberikan bekal kepada lulusannya keterampilan (vokasional) dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan media dan keilmuan yang dimiliki. Kedua hal ini sangat berpengaruh untuk menumbuhkan (expertisement) lulusan, karena lulusan pesantren dituntut untuk menguasai spesialisasi tertentu sesuai karakter, bakat, potensi dan kompetensinya. Jika para santri lebih berbakat di bidang ilmu pengetahuan eksakta, maka ia didorong untuk menguasai matematika, fisika dan biologi. Sehingga kelak ia memiliki keahlian di bidang tersebut dengan dilengkapi pengetahuan keislaman yang mumpuni. Sebaliknya, para santri yang lebih tertarik dengan pengetahuan keislaman bisa diproyeksikan menjadi ulama yang ahli, tetapi mengetahui dan memahami pengetahuan lainnya.22)
4.    Inventif (Berdayacipta)
Ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui pendidikan pondok pesantren bukanlah hasil yang didapatkan dari proses pembelajaran semata. Ilmu pengetahuan tersebut merupakan modal awal yang berguna bagi lulusannya untuk mengarungi pengetahuan yang lain dengan terus-menerus melakukan terobosan dalam penciptaan hal-hal baru yang baik dan konstruktif.
Aspek maslahat yang dijadikan batu pijakan dalam hukum Islam bisa jadi motivasi lulusan pondok pesantren menjadi manusia yang berjiwa inventif. Manusia inventif adalah orang-perorangan yang mampu memanfaatkan kemampuannya untuk menciptakan temuan-temuan baru yang berguna bagi umat manusia, disertai tanggungjawab sebagai makhluk Allah SWT. Melihat kondisi dunia yang semakin berkembang, dibutuhkan pemikiran-pemikiran baru yang dapat mendukung fenomena kemajuan dan legitimasi hukum keagamaan untuk menjelaskan perkembangan dunia. Lulusan pondok pesantren selain harus melibatkan diri dalam penemuan-penemuan keilmuan dan teknologi baru, juga harus mampu memberikan penjelasan hukum keislaman atas hal-hal baru yang ditemukan. Penguasaan literatur keagaman dan khazanah kitab kuning memungkinkan lulusan pondok pesantren menjawab tuntutan perkembangan zaman.
5.      Kreatif
Kemampuan inventif seyogyanya ditopang oleh jiwa kreatif. Pendidikan pondok pesantren diarahkan untuk membentuk lulusan yang memiliki daya kreatif dan kemampuan inventif yang tinggi. Sebagaimana watak kreatifitas itu sendiri, daya kreatif yang dimiliki lulusan pondok pesantren juga dikembangkan secara luas tanpa batas. Kreatifitas dimanfaatkan pada setiap bidang keilmuan yang berguna dalam mengarungi kehidupan. Akan tetapi, daya kreatif dan inventif harus dikelola secara cerdas agar tidak disalahgunakan untuk melakukan eksperimentasi yang bersifat merusak dan menimbulkan mafsadat yang berdampak luas. Karena itu, kreatifitas dan inventifitas perlu dipagari dengan memperkuat keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti, moralitas dan pribadi yang bertanggung jawab.
Peran Penting Pesantren Menurut M. Dian Nafi’ dalam buku Praktis Pembelajaran Pesantren, pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat dan sekaligus menjadi simpul budaya,25) maka itulah pondok pesantren. Biasanya peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan, pesantren bisa pula menjadi lembaga keilmuan, kepelatihan dan pemerdayaan masyarakat. Keberhasilannya membangun integrasi dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya.
1.     Lembaga Pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan masyarakat. Disebut dalam arti luas, karena tidak semua pesantren menyelenggarakan madrasah, sekolah dan kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luarnya. Keteraturan pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan ini diterapkan turun-temurun membentuk tradisi kurikuler yang terlihat dari segi standar-standar isi, kualifikasi pengajar dan santri lulusannya.26)

2.    Lembaga Keilmuan
Pesantren juga punya peluang menghadirkan diri sebagai lembaga keilmuan. Modusnya adalah kitab-kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren lainnya. Luas-sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dilihat dari banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya. Jarang terjadi kritik terbuka atas suatu kitab seperti itu dalam bentuk pidato. Yang lebih sering terjadi adalah ketidaksetujuan akan dituangkan ke dalam bentuk buku juga. Dan akhirnya masyarakat akan ikut menilai bobot karya-karya itu. Dialog keilmuan itu berlangsung dalam ketenangan pasantren selama berabad-abad hingga tercatat karya-karya Syeikh Nawawi al-Bantani menjadi pegangan pembelajaran di Makkah dan Madinah. Demikian pula karya Syeikh Mahfudh at-Turmusi yang berjudul Manhaj Dzawi an-Nadhar yang menjadi kitab pegangan ilmu Hadis hingga sampai jenjang perguruan tinggi.
3.    Lembaga Pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola kebutuhan diri santri sendiri. Mulai dari makan, minum, mandi, pengelolaan barang barang pribadi, sampai urusan merancang jadwal belajar dan mengatur hal-hal yang berpengaruh kepada pembelajaranya, seperti jadwal kunjungan kedua orang tua atau pulang menjenguk keluarga. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya masih di bimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu mengurusnya sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik, maka santri akan menjalani pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi anggota komunitas yang aktif dalam rombongan belajarnya. Di situlah santri belajar bermusyawarah. Menyampaikan pidato, mengelola suara saat pemilihan organisasi santri, mengelola urusan operasional di pondok dan mengelola tugas membimbing santri juniornya. Pelatihan-pelatihan itu bisa berlanjut hingga santri dapat menjadi dirinya sendiri suatu hari nanti.28)
c.       Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Jarang pondok pesantren yang dapat berkembang dalam waktu yang sangat singkat dan langsung berskala besar, karena setiap tahapan dipahami sebagai membutuhkan penjiwaan. Kebesaran pesantren akan terwujud bersamaan dengan meningkatnya kapasitas pengola pesantren dan jangkauan programnya di masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
Dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat itu pesantren benar-benar mandiri dan lebih selektif pada lembaga penyandang dana dari luar masyarakatnya sendiri. Inovasi teknis terjadi di banyak masyarakat pesantren, tetapi inovasi sosialnya tidaklah begitu memenuhi harapan. Pengalaman itu menjadi latar  belakang kritik atas wacana pengembangan masyarakat di pesantren. Jenis pengembangan masyarakat yang lebih menjadikan masyarakat pesantren sebagai pasar bagi produk asing menjadi sorotan tajam. Konsep pengembangan masyarakat pun diganti dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam konsep ini termuat pendekatan yang lebih memampukan masyarakat, yaitu yang dapat memperbaiki tata usaha, tata kelola dan tata guna sumber daya yang ada masyarakat pesantren.
5.    Lembaga Bimbingan Keagamaan
Tidak jarang pula pesantren ditempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan keagamaan oleh masyarakat. Setidaknya pesantren menjadi tempat bertanya masyarakat dalam hal keagamaan. Mandat pesantren dalam hal ini tampak sama kuatnya dengan mandat pesantren sebagai lembaga pendidikan. Di beberapa daerah, identifikasi lulusan pesantren pertama kali adalah kemampuannya menjadi pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat lain yang berkaitan dengan keilmuan, kepelatihan dan pemberdayaan masyarakat.
Dorongan keagamaan untuk peran ini antara lain adalah firman Allah SWT: “Hendaklah kalian berdakwah ke jalan Allah dengan hikmah, nasehat yang santun dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Tahu siapa diantara hamba-Nya yang sesat dari jalan-Nya dan Dia Maha Tahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Qs. an-Nah}l: 125)
 6.    Simpul Budaya
Pesantren dan simpul budaya itu sudah seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Bidang garapnya yang berada di tataran pandangan hidup dan penguatan nilai-nilai menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di daerah pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren berwatak tidak larut atau menentang budaya di sekitarnya. Yang jelas pesantren selalu kritis sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya. Pesantren hadir sebagai sebuah sub-kultur, budaya sandingan, yang bisa selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip syari’at. Di situlah pesantren melaksanakan tugas dan memperoleh tempat.
Itulah peran-peran pesantren yang paling utama untuk menjadi lembaga pendidikan Islami, tapi juga memfasilitasi pendidikan umum lainnya agar para santrinya tidak tertinggal zaman. Meskipun zaman semakin canggih, tetapi kita tidak boleh melupakan peran-peran pondok pesantren untuk kita semua. Dan semoga kita para santri bisa meneruskan peran-peran pesantren bagi pengembangan masyarakat.
Dari Pesantren Membangun Bangsa Setelah mengalami masa-masa sulit akibat bangsa penjajah, pesantren selanjutnya memasuki era pascakemerdekaan dan kiprah pesantren di zaman pembangunan. Terdapat bukti-bukti sejarah bahwa tidak sedikit putra terbaik bangsa ditempa di pesantren. Mereka tidak hanya terlibat dalam perjuangan fisik melawan bangsa penjajah, tetapi turut juga mengambil bagian dalam mendirikan bangsa, aktif dalam mempertahankan dan mengisi era kemerdekaan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya. Sejalan dengan itu, tidak berlebihan seandainya pada periode tahun 1959-1965, pesantren disebut sebagai “alat revolusi” dan penjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
Pada era ini dikenal para tokoh nasional, seperti KH. Wahid Hasyim (salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI) dan KH. Saifuddin Zuhri (Mentri Agama Era Orde Lama), yang dibesarkan melalui pesantren. Juga KH. Abdurrahman Wahid yang bahkan berhasil menduduki kursi Presiden RI ke-4; dan masih sangat banyak lagi yang lainnya.
Memasuki Orde Baru, tugas pokok pesantren dalam mendidik dan memberdayakan masyarakat tetap dijalankan. Indenpendensi yang selama ini dipertahankan agaknya menjadi faktor penting bagi tetap eksisnya pesantren sebagai media komunikasi efektif dalam jaringan masyarakat tradisional pedesaan. Bahkan, atas partisipasinya sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, Dawam Rahardjo mengungkapkan bahwa pesantren memiliki peran penting sebagai agen pembaharuan sosial, khususnya dalam program transmigrasi, sosialisasi sistem keluarga berencana, gerakan sadar lingkungan atau pergerakan para santri dan masyarakat setempat dalam perbaikan prasarana fisik dan pembangunan masyarakat desa, penyelenggaraan poliklinik bagi anggota masyarakat sekitar dan sebagainya. Dari semua itu, yang paling menonjol adalah kemampuan pesantren dalam menyediakan sarana pendidikan relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Di samping sebagai lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, terhitung sejak dekade 70 hingga sekarang, sudah banyak pesantren yang dinilai berhasil membuka jaringan (networking) dan melakukan aliansi strategis dengan pihak-pihak di luar pesantren, seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun lembaga asing, guna merealisasikan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Mengomentari fenomena ini, (internet) sosiolog Jerman yang pernah meneliti perkembangan pesantren di Indonesia, Manfred Ziemek mengungkapkan, bahwa pesantren telah berhasil melaksanakan proyek sinergis antara kerja dan pendidikan serta berhasil dalam membina lingkungan desa berdasarkan struktur budaya dan sosial. Demikianlah, pesantren terus berkembang mengikuti lintasan sejarah kehidupan dengan tetap mempertahankan indenpendensinya dan konsistensinya dalam memainkan peran sebagai lembaga pendidikan dan pemberdayaan sosial.
Tidak hanya itu, dalam tataran yang lebih luas, pesantren juga berperan sebagai benteng pengawal moral, khususnya berkenaan dengan terjaganya tradisi kepesantrenan yang luhur dengan nilai-nilai keteladanan, baik yang ditunjukkan oleh figur kiai maupun nilai-nilai agama yang diajarkan di pesantren. Peran seperti ini menempatkan pesantren sebagai kekuatan counter culture, demi tidak terjadinya alienasi budaya di tingkat lokal. Alhasil, semua penjelasan di atas dapat dikategorikan sebagai potensi pesantren yang bisa dikembangkan secara optimal, sehingga menjadi institusi yang berperan aktif dalam mamberdayakan masyarakat, khususnya dalam hal pendidikan masyarakat.
Sebagai generasi santri, maka jangan sampai kita kalah dengan para kiai terdahulu yang telah berhasil membangun bangsa ini melalui kiprahnya. Jika mereka saja bisa memajukan pesantren dengan semangat juang yang tinggi, sehingga bisa membangun bangsa ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, kenapa kita tidak bisa melakukan hal yang lebih dari itu? Dengan semangat dan tekad yang kuat, kita pasti bisa membuat peradaban baru di dunia tanpa harus menghilangkan tradisi khas pesantren, karena sistem pendidikan di pesantren itulah yang akan menghantarkan kita sebagai bagian dari pembangunan dan kemajuan bangsa ini.
BAB III
KESIMPULAN

Pesantren Al-anuwar berdiri yaitu pada tahun 1960 yang didirikan oleh ustad Al-zari. Pesantren ini bercikal bakal dari sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh sultan syarif Muhammad. Dia melihat kondisi masyarakat yang semakin hari semakin banyak jumlah penduduk pontianak khususnya masyarakat siantan, maka beliau berkeinginan membangun sebuah masjid baru di siantan, karena dia tidak ingin melihat kesusahan masyarakat siantan yang jauh-jauh kekadariah pontianak atau keraton hanya mengejar shalat berjama’ah lantara di siantan tidak ada masjid. Setelah dibangunkan sebuah masjid rupanya berdampak positif yang sangat besar terjadi di siantan yang mana mereka mulai memikirkan perkembangan agama islam yaitu mengiginkan sebuah pondok pesantren.
Sebenarnya pondok pesantren yang di inginkan oleh pak ustad Al-zari adalah rasa simpati beliau melihat banyak para anak-anak disiantan yang tidak menempuh pendidikan akibat mahalnya biaya pendidikan dan kekurang pahaman masyarakat tentang dunia pendidikan, itulah salah satu alasan mengapa dia mengiginkan sebuah pondok, karena dia tidak tega melihat banyak anak bangsa yang tidak sekolah.
Kita tahu dipesantren biaya pendidikan tidak terlalu mahal bahkan sangat besahabat dengan kalangan masyarakat yang kurang mampu, maka dari itulah pesantren sangat membantu sekali dunia pendidkin. Setelah dibangunkan sebuah pesantren banyak sekali masyrakat siantan mulai memikirkan tentang pendidikan, bahkan dikatakan pak ustad Muhammad hasan Al-zari selaku kiai pesantren Al-anuwar sekarang banyak sekali pemuda siantan keluar pulau hanya untuk memempuh pendidikan dan bisa di adopsi dan dikembangkan dikampungnya bahkan secara perlahan-lahan masyarakat siantan mulai mementingkan pendidikan.
Pesantren Al-anuawar sangat besar dampak bagi masyuarakat siantan yang mana  kala itu masyarakat buta sekali yang namanya pendidikan, baik pedidikan moderen atau tradisional tapi setelah berdirinya pondok tersebut menjadikan masyarakat siantan tidak lagi buta huruf. Pondok Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia, sehingga keberadaanya sangat mengakar dan berpengaruh ditengah masyarakat; Pondok Pesantren  adalah lembaga pendidikan generasi muda yang menggabungkan etika, moral dan agama, sehingga berperan dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia.
Kurikulum Pondok Pesantren Al-anuwar adalah tidak lepas dari tiga pokok dasar:
a. Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas yang bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam menegakkan syiar Islam.
b. Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai keperibadian yang baik (sholeh) dan bertaqwa kepada Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.
c. Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama, yang dapat menempatkan masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat
maka dengan itu pondok pesantren Al-anuwar menerap sistem pendidikan dengan cara membagi waktu yaitu malam dan siang. Karena di pesantren Al-anuwar menerap dua kebijakan yaitu agama dan pemerintah adapun kebijakan di:
1.      Siang hari
Pesantren tersebut diajarkan sekolah formal namun ada juga diselingi dengan agama, tapi yang banyak adalah mata pelajaran selayaknya sekolah formal
2.      Malam hari.
Dimalam hari para santri memang dikhususkan belajar agama tampa ada yang lain.










No comments:

Post a Comment